BANJIR LAUT ATAU ROB DI INDRAMAYU



Selama beberapa hari ini nyaris disemua pantai terjadi rob atau banjir laut termasuk dipantai Indramayu. Rob terjadi karena adanya tarikan gravitasi bulan besar (supermoon) dan adanya pemanasan global dimana es dikutub sedikit demi sedikit mencair dalam kurun waktu tertentu.
Loroban atau rob ini bagi masyarakat pantai sudah biasa terjadi.

Banjir Rob di Cantigi

Banjir Rob di Cantigi

Banjir Rob di Cantigi

Banjir Rob di Cantigi


Fenomena alam ini sebenarnya sebuah hal yang lumrah terjadi sejak zaman dulu, di saat terjadi loroban (pasang tinggi) ini arus air laut membawa biota laut seperti udang , kepiting dan sebagainya menepi untuk berkembang biak di pesisir yang masa tersebut masih di penuhi vegetasi mangrove, di kali (sungai) banyak sekali nener (bibit) udang windu berkeliaran dan airnya di penuhi wekah (larva) udang, tidak heran dulu kita pernah mendengar istilah tambak udang, ya nelayan akan membuat parit atau petakan di bibir pantai untuk menampung wekah tadi.

Banjir laut atau rob atau orang kita menyebutnya loroban akan terjadi setiap tahun, loroban terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Loroban Lumbung
2. Loroban Kerten
3. Loroban Maling

Banjir Rob di Karangsong

Banjir Rob di Karangsong

Banjir Rob di Eretan

Banjir Rob di Eretan

Banjir rob di Eretan

Banjir Rob di Dadap

Banjir rob di Dadap

Banjir rob di Dadap


Lalu  kenapa hal seperti itu sekarang menjadi viral dan kesannya menakutkan ?

Pertama, berubahnya topografi pesisir dari sekitar 137 km panjang pantai di Indramayu (Abdul Latief) tinggal berapa sih yang masih di tumbuhi mangrove alam ?
Sebab di samping sebagai tempat berkembang biaknya berbagai biota laut mangrove juga berfungsi sebagai pelindung daratan dari terjangan abrasi gelombang laut bahkan bencana tsunami, daerah-daerah yang berpotensi kena dampak abrasi paling tinggi di Indramayu seperti sepanjang pantai Eretan, Sumur Tiris, Dadap dan Kerangkeng hampir semua pantainya berubah fungsi entah itu jadi pemukiman penduduk atau empang-empang jelas rentan sebab sabuk alami yang melindunginya sudah tidak ada.

Di kawasan wisata Karangsong seharusnya sepanjang tepi sungai dan garis pantai itu harus bersih dari aktivitas niaga apalagi pemukiman tapi yang terjadi seperti yang kita ketahui bersama di penuhi hal demikian, seperti halnya Dadap dimana  rumah warga dipinggir laut, jika terjadi musim pasang tinggi seperti ini dan terendam lalu siapa yang disalahkan ?

Kedua, di zaman medsos ini semua hal bergerak cepat termasuk informasi yang cepat memviral ditambah kekurangtahuan penggunanya akan fenomena alam ini tentu akan menambah bombastisnya informasi yang berseliweran di beranda facebook kita.

Semoga kita semua lebih bijak lagi dalam menyikapi semua ini karena itu mungkin sebuah pesan dari Tuhan untuk kita agar lebih bijak mengeksploitasi alam dan tentunya juga mematuhi peraturan pemerintah yang berlaku.

Sumber :
Mas Joko (Lentera Hati)
Kang Tasoeka
Abdul Latief
Foto-foto dari Facebook

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel