LEGENDA DESA PEGAGAN DAN DESA RAJAHYANG KECAMATAN LOSARANG


Dahulu kala ada suatu daerah yang bernama  Rajahyang, yang konon berasal dari nama Rajahyang Bumi Sora nama dari Putri Prabu Siliwangi ketika berkunjung kesana yakni sisi sungai Cipanas. Dalam perkembangannya daerah ini kemudian menjadi menjadi padat penduduknya diantaranya di blok Rajahyang atau Rejiang, Cilogog dan Kampung Ranggawana/Pegagan.

Adata sedekah Bumi Desa Pegagan


Adat Sedekah Bumi Desa Pegagan


Berdasarkan musyawarah ditetapkan pusat pemerintahan desa di kampung Ranggawana atau Pegagan karena terdapat tanaman Pegagan saat itu maka segala pusaka desa Rejiang turut dipindah seperti alat kesenian Trebang yakni Kompul atau Barong atau Bonde dari perunggu, mengingat pesan sesepuh disana barang-barang itu harus disimpan oleh pejabat kuwu yang terpilih, pesan dari Buyut Rejiang pusaka ini agar bisa membawa masyarakat menjadi tentram, aman, dan sejahtera. 

Di kampung Cilogog ada sebuah sungai yang buntu yang disebut Buyut Buntu, dulu daerah ini masih banyak ombel buntu atau tanah embut-embutan yaitu bekas gunung yang mati dan menjadi rata dengan tanah sekitarnya. 

Konon dulu Buyut Buntu ini memberikan tanda berupa bunyi seperti suara ular yang besar dan suaranya terdengar oleh semua masyarakat desa yang menandakan akan terjadi sesuatu malapetaka yang akan menimpa daerah ini.

Konon pula kata sesepuh, pernah suara itu terdengar dari Buyut Buntu,  ternyata terjadi malapetaka yaitu banjir besar. 
Waktu penjajah Jepang mendarat di pantai Eretan juga terdengar suara itu. 

Sementara kampung Rejiang, dibawah tanahnya memiliki kekayaan sumber alam yakni minyak bumi yang dikelola Pertamina.

Sekarang kampung Ranggawana sudah menjadi desa sendiri bernama desa Pegagan.

Sedangkan Rejiang dan Cilogog menjadi satu desa yang bernama desa Rajahyang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel