LEGENDA DESA RANCAJAWAT KECAMATAN TUKDANA


Alkisah seorang raja dari Jawa Tengah bernama Ki Wongso Demang Yudo, seorang raja Hindu menemukan hidayah dan ingin memeluk Islam. Dia juga meminta petunjuk dari sunan Kali Jaga.

Dengan petunjuk yang diberikan oleh sunan Kali Jaga, Ki Wongso Demang Yudo beserta istrinya diperintahkan untuk pergi ke Cirebon.

Ketika sampai di Cirebon mereka mendapat wejangan dari sunan Kali Jaga yang berkata :
“ seandainya kalian ingin memiliki ilmu kebatinan dan ilmu jaya kawijayan, maka kalian harus menerima resikonya."

Mereka siap menerima resiko apapun dan hasil dari belajar ilmu tersebut kulit mereka berubah menjadi hitam yang mengandung arti lebam ( sampai akhir hayat menetap didaerah Rancajawat).

Menurut sejarah diceritakan bahwa daerah tersebut berada disebelah barat sampai sampai tepi sungai Cmanuk, di situ ada sebuah hutan belantara yang sangat lebat dan angker serta sebuah rawa yang sangat panjang terbentang dari ujung selatan sampai keujung utara, yang saat sekarang disebut dari Blok Kesambi, blok Saradan sampai ke Blok Patri.

Pada saat itu belum ada penduduk satu pun, yang ada hanya bermacam-macam binatang seperti : burung, berbagai jenis ular, ikan dan hewan lainnya yang hidup bebas.

Ki Wongso Demang Yudo dan istrinya adalah orang pertama penduduk desa Rancajawat, karena mereka betah maka merek membangun rumah yang terbuat dari bambu (gubug) ditepi rawa yang beratapkan welit ( genting yang terbuat dari alang-alang), yang sekarang menjadi pesanggrahan Mbah Buyut Semarang.

Pada waktu itu mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu dengan bercocok tanam, berkebun, dan beternak. Sebagai penerangan mereka memanfaatkan bambu yang diberi minyak jarak yang disebut dengan oncor. Untuk peralatan masih sangat sederhana yaitu tombak, parang, arit, pecok, ani-ani, dan lain sebagainya. Bertahun-tahun mereka hidup didaerah tersebut dengan damai dan bahagia.

Pada suatu hari mereka kedatangan rombongan orang yang ternyata adalah para demang dan para patih dari kerajaan Smarang yang bertujuan mencari rajanya yang telah lama hilang dan tidak diketahui keberadaannya.

Kemudian Ki Wongso Demang Yudo berkata kepada mereka :
“Hai para tamu, sudahlah jangan pusing, jangan sedih untuk mencari rajamu yang telah hilang tersebut, yang lalu biarlah berlalu sekarang lebih baik kalian hidup bersama kami untuk membangun pemukiman di daerah ini demi masa depan kalian.”

Sebenarnya mereka samar atau menyangka bahwa orang tersebut adalah rajanya yaitu Ki Wongso Demang Yudo, tetapi karena kulit yang berubah menjadi hitam akibat belajar ilmu kebatinan dan ilmu jaya kawijayan, maka mereka menuruti perkataan beliau.

Sampai saat ini tempat para tamu tersebut tinggal dijadikan nama blok Patri, blok Saradan, blok Tambak Bedah, blok Kesambi, blok Semarang dan lain sebagainya.

Yang unik konon diceritakan para sesepuh Rancajawat pada waktu unjungan pemerintahan kuwu Rasgan yang terjadi kurang lebih pada tahun 1931 pada saat itu menyembelih 12 ekor kambing yang harganya lebih mahal dari pada satu ekor kerbau, tetapi yang terjadi bukannya mendapat barokah dan desanya subur tapi malah mendapatkan musibah. Seusai unjungan secara tiba-tiba desa Rancajawat menjadi gelap gulita tertutup mendung dan datang angin puting beliung dari arah buyut menuju Balai Desa menyapu dan mengobrak-abrik sehingga balai desa terbalik dan angin tersebut berbalik arah menuju kerumah kuwu sehingga rumah kuwu pun terobrak-abrik terkena hantaman angin puting beliung, maka sampai saat sekarang masyarakat Rancajawat kalau unjungan buyut Semarang harus menyembelih kerbau tidak berani menyembelih hewan lainnya.

Adapun untuk asal mula nama Rancajawat sendiri berasal dari dua kata yaitu Ranca, dan Jawat yang sebenarnya adalah orang jawa yang sangat kuat. Kuat disini mengandung arti dari Ki Wongso Demang Yudo yang mempunyai niat yang sangat kuat bagai baja ingin memeluk agama islam dan ingin memiliki ilmu kesempurnaan hidup menurut ajaran agama islam.

Sampai sekarang diyakini oleh masyarakat Rancajawat bahkan sudah dijadikan Hukum Adat Desa bahwa unjungan Mbah Buyut Semarang diharuskan menyembelih Hewan Kerbau.

Seiring dengan berjalannya waktu Rancajawat yang daerahnya subur banyak penduduk yang berdatangan dan menetap di tempat kediaman Ki Wongso Demang Yudo, dan lama kelamaan semakin ramai dan menjadi desa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel