Reuni Akbar di Syurga
Kisah bahwa kelak di syurga para penghuninya saling “ngerumpi”, berkelompok-kelompok saling menanyakan nasib teman-temannya, tercermin dalam QS. as-Shaffat mulai ayat 50.
Bisa jadi obrolan mereka mirip suasana reunian pesantren atau sekolah atau kampus yang biasa atau pernah kita ikuti.
Bedanya, pertanyaan-pertanyaan penghuni syurga itu: “si Fulan kemana?” “Dia ada di syurga mana?” sebagian lain saling menanyakan, “Amal apa yang telah membuatnya masuk syurga?” dan lain-lain dan seterusnya.
Di tengah-tengah suasana reunian syurga itu, tiba-tiba seorang dari mereka, Taufik (sebut saja begitu) bersedih, karena sahabat karibnya semasa di dunia tidak dia jumpai di syurga.
Seluruh sudut syurga sudah dia cari berhari-hari, tak kunjung bertemu. Akhirnya, atas saran penghuni syurga lainnya, dia bertanya kepada Malaikat Ridwan (penjaga syurga), apakah sahabatnya itu ada dalam data penghuni syurga?
Malaikat Ridwan menginfokan bahwa nama yang dimaksud tidak ada dalam daftar penghuni syurga. Taufik terkejut dan komplain, mengapa sahabatnya itu tidak masuk syurga?
Rupanya jawaban Malaikat Ridwan tidak memuaskannya, diapun izin menemui Malaikat Malik (penjaga neraka).
Setelah tiba di pintu neraka, Taufik terkejut, karena sahabatnya itu benar-benar ada dalam daftar penghuni neraka. Dia menangis. Tangisannya makin keras ketika diperlihatkan Malaikat Malik bagaimana kondisi sahabatnya yang sedang teriak-teriak kesakitan atas siksa.
Spontan Taufik bersimpuh di tepi neraka, memintakan ampunan dan rahmat Allah dengan mengajukan “banding” dan menyebut satu amalan kebajikan yang paling dia ingat bersama sahabatnya itu ketika masih di dunia.
Taufik memberi kesaksian, bahwa ia pernah berada dalam satu majelis ilmu bersama sahabatnya itu. Penuh kehangatan dan keikhlasan karena Allah SWT.
Dengan keagunganNya, maka Allah SWT memerintahkan Malaikat Malik untuk mengeluarkan satu penghuni neraka itu pindah ke syurga.
Sontak seluruh penghuni neraka gaduh, berteriak histeris, menjerit, berharap agar mereka-pun dijenguk oleh teman-temannya yang sedang reunian di syurga.
Kisah di atas mengingatkan saya pada acara reunian. Kami ngobrol ngalor ngidul, menanyakan kondisi satu persatu teman.
Agar moment reunian lebih berkesan, kadang kita buatkan sedikit acara seremonial, seperti kirim-kirim doa untuk orang tua, guru-guru, dan sahabat-sahabat yang telah mendahului. Kemudian beberapa di antara kita berbagi kisah pengalaman sukses, sekaligus kiat meraihnya.
Saya menghargai jika ada sahabat yang tidak mau hadir pada acara kumpul-kumpul reunian. Alasannyapun beragam, ada yang dilarang pasangannya, takut CLBK dll dst. Hehe..
Peluang adanya fitnah dst dari acara reunian itu tentu bisa kita cegah, misalnya hadir dengan formasi lengkap bersama pasangan dan anak-anak tercinta. Atau kita selektif untuk hadir pada acara reunian pesantren saja, karena disitu hanya pul-kumpul teman-teman lama satu pondok, laki-laki semua, atau khusus santriwati semuanya.
Di setiap moment mudik seperti tahun ini, tentu saya sempatkan hadir acara reuni, terutama reunian pondok pesantren Jagasatru Cirebon. Siapa tahu satu dari mereka kelak jadi “Taufik”, lakon ahli syurga yang saya ceritakan di atas. _Wallahu a’lam.._
*Cirebon, 29 Ramadhan 1443 H.*
Penulis : Dr. Syarif Thayeb