Sejarah Kereta Paksi Naga Liman: Warisan Kejayaan Cirebon
Sejarah
Kereta Paksi Naga Liman: Warisan Kejayaan Cirebon
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Kereta
Kencana Paksi Naga Liman adalah sebuah simbol kebesaran dan warisan budaya yang
luar biasa dari Keraton Kanoman, Cirebon. Dibuat pada abad ke-15 atas prakarsa
Pangeran Losari, kereta ini tidak hanya sekadar kendaraan kerajaan, tetapi juga
sebuah karya seni yang menggabungkan unsur-unsur budaya yang kaya. Proses
pembuatannya yang rumit dan penuh ketelitian menggunakan kayu jati solid tanpa
sambungan, menjadi bukti dari keahlian para pengrajin Nusantara pada masa itu.
Ukiran yang menghiasi tubuh kereta ini mencerminkan estetika yang sangat tinggi
serta filosofi yang mendalam, menggambarkan keagungan kerajaan dan kemakmuran
Cirebon di masa lalu. Kereta ini bukan hanya menunjukkan kemajuan teknologi dan
keterampilan di bidang kerajinan, tetapi juga menjadi bukti bahwa budaya
Cirebon sangat menghargai nilai-nilai artistik dan historis dalam setiap benda
yang ada.
Awalnya,
Kereta Kencana Paksi Naga Liman digunakan sebagai kendaraan Gusti Sultan untuk
berbagai keperluan kenegaraan, termasuk prosesi adat dan kirab. Fungsi utamanya
adalah untuk membawa Sultan dalam acara-acara penting yang menyangkut kedudukan
kerajaan, seperti pelantikan, kunjungan kenegaraan, atau acara ritual. Dalam
setiap acara tersebut, kereta ini menjadi simbol kebesaran dan status tinggi
dari Sultan serta Keraton Kanoman. Ketika Sultan menggunakan kereta ini, bukan
hanya tampak megah, tetapi juga penuh dengan makna filosofis yang memperkuat
otoritas kerajaan dan menunjukkan kedudukan penting kerajaan Cirebon dalam
sejarah tanah Jawa. Selain itu, kereta ini juga digunakan untuk berbagai
perayaan adat yang merupakan bagian integral dari kehidupan budaya di Keraton
Kanoman, menjadikannya lebih dari sekadar alat transportasi.
Yang
membuat Kereta Paksi Naga Liman sangat unik adalah cara penarikannya. Berbeda
dengan kebanyakan kereta kencana lainnya yang ditarik oleh kuda, kereta ini
justru ditarik oleh kerbau bule. Tradisi ini bukan hanya terjadi di Cirebon,
tetapi juga ditemukan di budaya Surakarta dan Yogyakarta. Penggunaan kerbau
bule sebagai penarik kereta menjadi simbol dari kesuburan dan kekuatan, yang
mencerminkan semangat kemakmuran dan kekuatan yang ada dalam kerajaan. Kerbau
bule dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa, yang secara metaforis
menggambarkan kekuatan dan kestabilan kerajaan Cirebon. Selain itu, penggunaan
kerbau bule dalam tradisi keraton menunjukkan adanya adaptasi budaya yang khas,
dengan mengintegrasikan unsur lokal dalam upacara-upacara kerajaan, sehingga
memperkaya keberagaman budaya Nusantara.
Kereta
Paksi Naga Liman juga menunjukkan hubungan erat antara kebudayaan Cirebon
dengan kebudayaan besar lain, seperti pengaruh budaya Tiongkok, India, dan
Arab. Dalam sejarahnya, Cirebon merupakan kota yang terbuka terhadap berbagai
pengaruh dari luar, dan hal ini tercermin dalam keberagaman budaya yang ada di
dalamnya. Kereta ini menjadi salah satu contoh dari harmonisasi tiga budaya
besar yang membentuk identitas Cirebon. Keberagaman budaya ini tercermin tidak
hanya dalam desain dan fungsi kereta, tetapi juga dalam filosofi yang ada pada
setiap ukiran dan simbol yang menghiasi tubuh kereta. Paksi Naga Liman adalah
simbol dari kebesaran Cirebon yang tidak hanya menyerap pengaruh budaya luar,
tetapi juga berhasil mengintegrasikannya dengan budaya lokal secara harmonis.
Sebagai
bagian dari warisan budaya, Kereta Kencana Paksi Naga Liman terus dilestarikan
hingga saat ini. Keberadaannya tidak hanya menjadi saksi sejarah kejayaan
kerajaan Cirebon, tetapi juga menjadi simbol dari persatuan dan kekuatan budaya
yang mengakar kuat di masyarakat. Meskipun kereta ini tidak lagi digunakan
dalam prosesi kenegaraan seperti dahulu, keberadaannya tetap hidup sebagai
simbol identitas dan kebanggaan Cirebon. Kereta ini kini menjadi daya tarik
wisata budaya yang tidak hanya memberikan informasi sejarah, tetapi juga
menjadi media untuk mengenalkan generasi muda pada pentingnya melestarikan
warisan budaya. Sebagai benda sejarah yang kaya makna, Kereta Paksi Naga Liman
terus mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan
leluhur agar tidak terlupakan oleh zaman.