Tan Malaka: Jejak Perjuangan Buruh dan Peranannya dalam Pergerakan Komunis Internasional
Tan
Malaka: Jejak Perjuangan Buruh dan Peranannya dalam Pergerakan Komunis
Internasional
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Tan
Malaka merupakan salah satu tokoh revolusioner Indonesia yang memiliki peran
penting tidak hanya dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga dalam
memperjuangkan hak-hak buruh yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
kolonial. Sejak awal pergerakannya, Tan Malaka sangat fokus pada kondisi sosial
dan ekonomi yang dialami oleh kaum pekerja, khususnya buruh yang tertindas di
bawah sistem penjajahan Belanda. Di Semarang, Tan Malaka mendalami lebih jauh
perjuangan kaum buruh dengan bantuan dari anggota Serikat Islam yang turut
berkontribusi dalam memperjuangkan hak-hak buruh di berbagai sektor. Melalui
keterlibatannya dengan Serikat Islam, Tan Malaka mulai memahami lebih mendalam
tentang pentingnya pengorganisasian buruh dan memperjuangkan hak-hak mereka
dalam struktur sosial yang sangat timpang.
Perjuangan
Tan Malaka di Semarang tidak hanya terbatas pada keterlibatannya dalam Serikat
Islam. Ia juga turut aktif dalam memperjuangkan buruh-buruh di sektor-sektor
penting seperti tambang, kereta api, dan percetakan, yang pada waktu itu
memiliki peran besar dalam ekonomi kolonial Belanda. Tan Malaka meyakini bahwa
tanpa pemberdayaan buruh, tidak akan ada perubahan sosial yang signifikan. Di
sini, ia mulai menjalin hubungan dengan berbagai serikat buruh lainnya dan
mendukung mereka dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Tan Malaka sadar betul
bahwa kaum buruh yang terorganisir dengan baik akan memiliki kekuatan untuk
memperjuangkan keadilan dan menuntut hak-hak mereka yang selama ini terabaikan
oleh sistem kolonial yang menindas.
Namun,
meskipun Tan Malaka berhasil menggerakkan buruh dan menciptakan kesadaran di
kalangan mereka, perjalanan politiknya tidak selalu berjalan mulus. Hubungan
politiknya dengan Serikat Islam dan Partai Komunis Hindia sering kali mengalami
ketegangan. Tan Malaka sering berseberangan dengan beberapa pemimpin Serikat
Islam yang kurang sepakat dengan pendekatan radikal yang ia usung dalam
perjuangan. Di sisi lain, hubungan Tan Malaka dengan Partai Komunis Hindia juga
tidak selalu harmonis, mengingat perbedaan pandangan yang muncul dalam strategi
pergerakan dan orientasi ideologis. Meskipun demikian, Tan Malaka tetap teguh
pada keyakinannya bahwa untuk mencapai perubahan sosial yang sesungguhnya,
perlu adanya perlawanan terhadap struktur kolonial yang ada, baik melalui
perjuangan buruh maupun perubahan ideologis yang lebih luas.
Pada masa
yang sama, Tan Malaka juga memperjuangkan peran Indonesia dalam pergerakan
komunis internasional. Dalam pandangannya, perjuangan Indonesia harus sejalan
dengan gerakan revolusioner yang lebih besar di tingkat internasional, yakni
pergerakan komunis global yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Lenin dan
Trotsky di Rusia. Tan Malaka melihat bahwa Indonesia harus turut serta dalam
perjuangan untuk pembebasan kelas buruh dunia. Oleh karena itu, ia
memperjuangkan ideologi komunis sebagai salah satu jalan untuk mencapai
kemerdekaan dan keadilan sosial yang sejati bagi rakyat Indonesia. Dengan
mengusung ideologi ini, Tan Malaka tidak hanya berusaha memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, tetapi juga melibatkan diri
dalam percaturan politik internasional yang lebih besar, yang diyakininya dapat
mengarah pada pembebasan rakyat Indonesia dan dunia.
Meski
akhirnya perjuangan Tan Malaka melalui pergerakan buruh dan komunis
internasional tidak dapat sepenuhnya diwujudkan sesuai harapan, jejak
perjuangannya tetap menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia.
Kontribusinya terhadap kesadaran kelas buruh dan perjuangan mereka untuk
mendapatkan hak-hak dasar tetap relevan hingga hari ini. Tan Malaka mengajarkan
kita bahwa perjuangan sosial tidak dapat dipisahkan dari perjuangan politik dan
ekonomi, dan untuk mencapai perubahan yang sejati, perlu ada kesadaran kolektif
di kalangan rakyat yang terorganisir dengan baik. Perjuangan Tan Malaka menjadi
contoh konkret bahwa keadilan sosial tidak hanya bisa dicapai dengan perlawanan
fisik, tetapi juga melalui perjuangan ideologis dan pengorganisasian rakyat
untuk melawan ketidakadilan.