Pola Berulang Pelanggaran Etik dalam Politik Elektoral: Refleksi Dedy Kurnia Syah atas Kasus Anwar Usman
Pola
Berulang Pelanggaran Etik dalam Politik Elektoral: Refleksi Dedy Kurnia Syah
atas Kasus Anwar Usman
Indramayutradisi.com: Pengamat politik Dedy Kurnia Syah menilai bahwa
situasi yang tengah dihadapi Anwar Usman saat ini mencerminkan kondisi yang
sulit secara personal maupun institusional. Sebagai mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi, Anwar tidak hanya kehilangan jabatannya, tetapi juga harus
menanggung beban moral dan reputasi akibat putusan kontroversial yang membuka
jalan bagi pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden. Dedy
memandang, keputusan Anwar yang turut mengubah batas usia capres-cawapres kini
menjelma menjadi beban politik yang berpotensi menimbulkan penyesalan pribadi.
Dalam
analisisnya, Dedy Kurnia Syah menggarisbawahi bahwa kasus Anwar Usman bukanlah
kejadian yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari pola berulang yang
menunjukkan adanya pelanggaran etik oleh pejabat publik dalam proses pemilu.
Dedy menarik paralel langsung dengan kasus Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Hasyim Asy'ari, yang juga dijatuhi sanksi oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP) akibat dugaan pelanggaran etik dalam proses pencalonan Gibran.
Menurutnya, preseden ini mencerminkan kecenderungan pejabat tinggi negara yang
terseret dalam konflik kepentingan dan penyalahgunaan wewenang, demi
melanggengkan agenda politik tertentu.
Dedy
menilai, dua figur tersebut—Anwar dan Hasyim—memiliki kesamaan nasib sebagai
simbol kegagalan integritas dalam menjaga netralitas dan profesionalisme
lembaga negara. Keputusan yang mereka buat berdampak besar terhadap legitimasi
proses demokrasi dan memicu respons keras dari publik. Hal ini menjadi
pelajaran penting bahwa keberpihakan terselubung dalam institusi strategis
justru akan berbalik menjadi beban hukum, etika, dan sejarah.
Lebih
lanjut, Dedy juga menyinggung soal dinamika politik dinasti yang memperumit
peta demokrasi Indonesia. Dalam konteks ini, keterlibatan Anwar Usman, yang
merupakan paman dari Gibran, tidak bisa dilepaskan dari tudingan konflik
kepentingan. Ia menyebut bahwa pengorbanan integritas demi kepentingan keluarga
atau kekuasaan adalah bentuk kemunduran etika yang sangat disayangkan.
Melalui
pandangan ini, Dedy memberikan peringatan bahwa setiap pelanggaran terhadap
prinsip etika dan hukum, walau diselimuti legitimasi prosedural, akan tetap
meninggalkan jejak yang buruk dalam demokrasi dan sejarah politik bangsa.
Sumber :
dari podcast RH Channel dan Dedy Kurnia 🔴GEGER! ANWAR USMAN MENYESAL
BUKA JALAN GIBRAN NYAPRES? INI KATA PENGAMAT POLITIK DEDI KURNIA SYAH!! Dari
link: https://youtu.be/VGUSmyTU3Ns?t=2388
Penulis
Akang
Marta
Kontributor
Indramayutradisi.com