Aksi Warga Eretan Wetan Menggema: “Banjir Rob Datang, Pejabat Hilang”

Aksi Warga Eretan Wetan Menggema: “Banjir Rob Datang, Pejabat Hilang”



Indramayu, 23 Juni 2025 — Ratusan warga dari Desa Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu, tumpah ruah ke jalan pada Senin pagi dalam sebuah aksi damai yang menyuarakan kekecewaan dan tuntutan mereka kepada pemerintah daerah. Aksi ini menjadi puncak kemarahan kolektif warga yang telah bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang bencana banjir rob yang tak kunjung diatasi secara serius.

Di bawah payung Aliansi Warga Eretan Wetan Bersatu, massa aksi berkumpul dengan mengenakan pakaian seragam warna kuning dan membawa spanduk besar bertuliskan pesan yang menyentak: “BANJIR ROB DATANG, PEJABAT HILANG”. Kalimat ini seolah mewakili suara luka masyarakat pesisir yang selama ini merasa ditinggalkan oleh pejabat publik saat musibah datang bertubi-tubi.

Aksi digelar secara tertib di sepanjang jalan utama yang mengarah ke pusat pemerintahan daerah, dengan titik kumpul di Jalan KUD Misaya Mina sejak pukul 08.00 WIB. Warga dari berbagai kalangan—ibu rumah tangga, buruh nelayan, hingga anak-anak—ikut turun langsung menyuarakan tuntutan yang selama ini tak digubris oleh pihak berwenang.

“Kami Tidak Bisa Diam Lagi”

Koordinator aksi, Sri Wahyuni, dalam orasinya menegaskan bahwa warga sudah sangat bersabar menghadapi banjir rob yang terjadi hampir setiap bulan. “Kami bukan tidak sabar, kami sudah terlalu sabar! Tapi sabar ada batasnya. Anak-anak kami tidak bisa sekolah, rumah kami rusak, penyakit makin banyak. Tapi pejabat hanya datang saat mau kampanye, setelah itu hilang!” teriaknya di depan massa yang bersorak setuju.

Warga menyebut bahwa mereka sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi melalui jalur formal, termasuk musyawarah desa dan surat ke pemerintah kabupaten, namun tidak pernah mendapat tanggapan yang konkret.

“Sudah berapa kali kami buat laporan? Sudah berapa kali kami datangi kantor DPRD? Selalu dijanjikan bantuan, tapi bantuan itu entah ke mana. Saat air naik, kami sendirian, saat butuh evakuasi, tidak ada satu pun pejabat yang peduli,” ujar Harun, tokoh masyarakat setempat.

Kerusakan dan Kehilangan

Desa Eretan Wetan termasuk dalam wilayah yang paling terdampak akibat naiknya permukaan air laut (rob) setiap musim pasang. Beberapa rumah warga kini bahkan sudah nyaris tidak layak huni karena selalu tergenang. Infrastruktur jalan dan drainase rusak parah, dan produktivitas ekonomi warga nelayan menurun drastis.

“Kalau hujan besar datang bersamaan dengan rob, kami tidak bisa keluar rumah. Perahu kami rusak, hasil tangkapan tidak bisa dijual karena tidak ada jalan. Ini mematikan kami secara perlahan,” ujar Fathur, seorang nelayan muda.

Data dari perangkat desa menyebutkan bahwa lebih dari 600 kepala keluarga terdampak secara langsung, dengan kerugian ekonomi mencapai ratusan juta rupiah setiap tahunnya.

Tuntutan yang Jelas dan Mendesak

Dalam pernyataan resmi yang dibacakan di tengah aksi, Aliansi Warga Eretan Wetan Bersatu menuntut:

1.      Pemerintah Kabupaten Indramayu segera membangun tanggul permanen untuk mencegah banjir rob yang semakin parah setiap tahun.

2.      Relokasi sementara bagi warga yang rumahnya tidak lagi layak huni akibat rob.

3.      Penyaluran bantuan logistik dan kesehatan yang merata dan transparan.

4.      DPRD Kabupaten Indramayu membentuk tim khusus pengawasan dan tanggap darurat terhadap bencana ekologis di pesisir.

5.      Pertemuan terbuka antara perwakilan warga dengan Bupati dan pimpinan DPRD paling lambat dalam 7 hari ke depan.

Warga juga menuntut agar pejabat yang terlibat dalam pengabaian penanganan bencana ditindak secara administratif dan diminta pertanggungjawabannya secara publik.

Simpati dan Dukungan Meluas

Aksi ini mendapat dukungan luas dari organisasi sipil, mahasiswa, dan aktivis lingkungan. Mereka hadir tidak hanya untuk memberikan semangat moral, tetapi juga untuk mencatat dan mendokumentasikan penderitaan warga Eretan Wetan sebagai bagian dari advokasi perubahan kebijakan publik.

“Kami berdiri bersama warga Eretan Wetan karena ini adalah krisis kemanusiaan, bukan sekadar bencana alam biasa. Pemerintah harus sadar bahwa ketidakpedulian terhadap warga pesisir adalah bentuk ketidakadilan struktural,” ujar Devi Handayani, pegiat dari Forum Lingkungan Pesisir Pantura.

Harapan dan Ancaman Aksi Lanjutan

Meski aksi hari ini berlangsung damai dan tertib, warga menegaskan bahwa jika dalam waktu dekat tidak ada tanggapan serius dari pemerintah, mereka akan menggelar aksi lanjutan dengan jumlah massa yang lebih besar.

“Kami tidak akan berhenti sampai suara kami didengar. Kami tidak minta mewah, kami hanya minta keadilan. Kami ingin hidup tanpa takut tenggelam,” pungkas Sri Wahyuni.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu maupun DPRD terkait tuntutan yang disampaikan massa aksi. Namun pesan dari jalanan hari ini sudah sangat jelas: Eretan Wetan menolak tenggelam, dan mereka tidak akan diam.

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel