Belajar Ngomong Ning Ngarepe Wong Akeh: Momen Berharga di Haflah Akhirussanah MDTA Hayatul Mubtadi’in

 Belajar Ngomong Ning Ngarepe Wong Akeh: Momen Berharga di Haflah Akhirussanah MDTA Hayatul Mubtadi’in

Dokumentasi: Haflah Akhirussanah MDTA Hayatul Mubtadi’in, Bunder, Widasari – Indramayu, 22 Juni Kang Fauzi Aandika


Indramayu, 22 Juni 2025 — Suasana haru dan penuh semangat terpancar di panggung Haflah Akhirussanah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Hayatul Mubtadi’in, yang terletak di Desa Bunder, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Acara tahunan yang digelar untuk melepas siswa kelas IV dan merayakan kenaikan kelas I, II, dan III ini tak hanya menjadi ajang seremoni, tetapi juga menjadi panggung pembelajaran penting bagi santri—terutama dalam hal belajar ngomong ning ngarepe wong akeh (berbicara di depan umum).

Di tengah dekorasi panggung yang megah dan penuh nuansa islami, seorang santri maju ke depan dengan penuh percaya diri. Mengenakan baju koko dan sarung, dengan selempang hijau khas pondok pesantren, ia mulai berbicara dengan lantang. Sontak, para hadirin, mulai dari wali murid hingga tokoh masyarakat, memberikan tepuk tangan meriah.

Melatih Mental Sejak Dini

Pembiasaan berbicara di depan publik menjadi bagian integral dari proses pendidikan di MDTA Hayatul Mubtadi’in. Dalam sambutannya, pengasuh madrasah menyampaikan bahwa santri tidak hanya diajarkan ilmu agama seperti fikih, tajwid, dan akidah, tetapi juga dibimbing untuk berani menyampaikan pemikiran dan pendapatnya secara terbuka dan santun.

“Ngomong ning ngarepe wong akeh kuwi ora gampang, kudu wani, percaya diri, lan duwe isi. Maka anak-anak kita didorong untuk tampil, meskipun salah-salah dikit, sing penting wani nyoba,” ujar salah satu guru senior, Ustaz H. Ahmad Sobari.

Ia menambahkan, membiasakan anak tampil sejak dini akan melatih karakter, tanggung jawab, serta meningkatkan kemampuan komunikasi yang sangat penting di masa depan.

Panggung Pendidikan Karakter

Pada acara haflah tersebut, beberapa siswa dipilih secara bergantian untuk membacakan puisi religi, menyampaikan kultum, hingga menyampaikan pesan dan kesan selama belajar di madrasah. Salah satu santri perempuan, meski sempat gugup, mampu menyelesaikan pembacaan ayat Al-Qur’an dengan suara lantang dan jelas. Hal ini menunjukkan keberhasilan proses pembinaan mental dan spiritual yang diterapkan selama ini.

"Latihan ngomong di depan umum ini nglatih kepercayaan diri bocah-bocah. Lan penting kanggo masa depane, ora mung dadi ustaz, tapi juga pemimpin masyarakat," tambah Ketua Panitia Haflah, Bapak Mahfudzin.

Dihadiri Tokoh dan Wali Santri

Acara yang berlangsung meriah itu turut dihadiri tokoh agama, tokoh masyarakat, dan para wali santri. Mereka menyambut baik konsep pembelajaran berbasis praktik langsung ini. Beberapa wali santri mengaku terharu melihat anak-anak mereka bisa berbicara di depan umum dengan penuh semangat.

“Anak saya dulunya pemalu, tapi sekarang bisa tampil di panggung dan baca puisi di depan orang banyak. Saya bangga sekali,” ungkap Ibu Siti Aminah, salah satu wali santri kelas III.

Harapan untuk Masa Depan

Haflah Akhirussanah ini bukan sekadar acara perpisahan, melainkan menjadi panggung transformasi kepercayaan diri bagi para santri. Mereka tidak hanya dibekali ilmu, tetapi juga mental baja untuk menyampaikan ilmu tersebut dengan cara yang baik dan benar di masyarakat.

“InsyaAllah, anak-anak kita akan menjadi dai, guru, atau tokoh masyarakat yang tidak hanya alim, tapi juga komunikatif dan percaya diri,” pungkas Kepala MDTA Hayatul Mubtadi’in.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel