NasidariA EzzurA Menginspirasi di Harlah Akhirussanah ke-10 Pondok Pesantren Nurul Islam
“Tidak Perlu Menjadi Sebutir Berlian agar Disukai Banyak Orang, Cukup Menjadi Seperti Air Putih yang Dibutuhkan Banyak Orang”
NasidariA EzzurA Menginspirasi di Harlah Akhirussanah ke-10 Pondok Pesantren Nurul Islam
Indramayu, 24 Juni 2025 — Sebuah pesan sederhana namun menyentuh terdengar dari panggung Harlah Akhirussanah ke-10 Pondok Pesantren Nurul Islam. Dengan penuh ketenangan, seorang nasidaria muda yang dikenal dengan nama panggung NasidariA EzzurA menyampaikan kalimat penuh makna:
“Tidak perlu menjadi sebutir berlian agar disukai banyak orang, cukup menjadi seperti air putih yang banyak dibutuhkan banyak orang.”
Kalimat ini sontak mendapat tepuk tangan dan sorakan takbir dari ratusan hadirin yang memadati halaman pondok di malam penuh syahdu itu. Mereka bukan hanya datang untuk merayakan sepuluh tahun kiprah pesantren dalam mencetak generasi Qur’ani, tapi juga untuk menyimak hikmah demi hikmah yang lahir dari jiwa-jiwa penuh cinta akan ilmu dan dakwah.
Makna di Balik Air Putih
Dalam wawancaranya seusai tampil, EzzurA menjelaskan bahwa metafora air putih bukanlah sekadar kiasan. Air putih memang tampak biasa, tak mengilap seperti berlian, namun justru karena kesederhanaannya itu ia dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Begitulah seharusnya manusia. Tidak perlu mengejar pujian atau kemewahan agar diterima, tapi hadirkan manfaat bagi sesama, seperti halnya air yang menghilangkan dahaga dan menenangkan jiwa.
“Saya ingin pesan ini hidup di hati santri dan semua yang hadir malam ini. Jangan merasa kecil karena tidak menonjol, karena yang paling penting adalah kebermanfaatan,” ujarnya dengan mata berbinar.
Harlah dan Akhirussanah Penuh Makna
Acara Harlah Akhirussanah ke-10 ini diisi dengan berbagai penampilan santri, pembacaan puisi, penampilan marawis, dan testimoni dari para alumni. Di atas panggung sederhana dengan lampu-lampu remang yang menyala syahdu, para santri menampilkan bakat-bakat mereka yang telah diasah selama mondok di Pesantren Nurul Islam.
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Islam, KH. Ma’mun Nawawi dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas keberlangsungan pesantren yang telah tumbuh bersama masyarakat selama satu dekade terakhir. Ia mengapresiasi dukungan para wali santri, donatur, serta masyarakat sekitar yang telah setia membersamai pondok dalam berbagai proses perjuangan.
“Sepuluh tahun ini bukan hanya angka. Ia adalah jejak langkah pengabdian, pendidikan, dan pembinaan akhlak. Kita bangga memiliki santri yang bukan hanya cerdas, tapi juga rendah hati dan siap menjadi air putih bagi umat,” kata Kiai Ma’mun.
Kesederhanaan yang Menyentuh
Foto-foto dari acara malam itu viral di media sosial. Salah satu yang banyak dibagikan adalah potret dua ustaz duduk santai dengan latar belakang ratusan kursi plastik hijau, menggambarkan suasana akrab, hangat, dan penuh kesederhanaan. Mereka tampak menikmati malam itu bukan karena kemewahan acara, melainkan karena nilai-nilai yang dihidupkan.
Acara ditutup dengan doa bersama, pembagian kenang-kenangan kepada santri lulusan, dan tausiyah dari ulama lokal yang menegaskan kembali bahwa pendidikan pesantren adalah benteng moral bangsa.
Harlah Akhirussanah ke-10 Pondok Pesantren Nurul Islam menjadi saksi bahwa dalam dunia yang serba kompetitif ini, menjadi seperti air putih—sederhana, jernih, dan dibutuhkan—adalah bentuk pencapaian tertinggi dalam hidup.