DASEIN, TOLERANSI dan GEOPOLITIK

BEING atau ADA dan Beings atau mengada. Segala yang ada dalam dunia sebanyak jumlah hitungannya adalah Beings mengada termasuk manusia.
BEING ADA adalah asal usul dari segala yang mengada. Manusia ada dalam dunia Beings in the world secara terlempar to be there tiba-tiba saja ada dunia tanpa tahu asal dan sebabnya. 

Manusia menjalani keseharian biologisnya namun dalam perjalanan mengalami kecemasan (anxiety) dan dalam kecemasan itu bertanya sebenarnya aku ini siapa? Dari mana? Akan ke mana? Dalam menjawab pertanyaan itu manusia melakukan penafsiran (verstehen) untuk menemukan jawabannya dan bagi Haidegger BEING itulah hakekat asal dan manusia kembali.

Perjalanan di dunia hanya sementara menuju pada kematian. Manusia dengan penafsiran menembus metafisika menyibak hakekat ontologis dari ontis. ADA adalah ontologis (hakekat) sedangkan ontis adalah Mengada (wujud kesementaraan). Manusia yang menemukan momentum eksistensial dalam kecemasannya dan menjadi amaliah dalam keseharian disebut Dasein.

Sedangkan yang hanya terjebak pada regularitas biologis adalah Dasman. Sang ADA tidak dapat digambarkan dan diserupakan adanya dengan segala yang Mengada hanya bisa dirasakan dengan proses transedensi dan setiap manusia berbeda-beda pengalamannya. Dalam upaya menyingkap BEING sejarah manusia mencatat banyak melahirkan isme- isme dan sekte-sekte.

Bila dalam kehidupan umat manusia terjadi konflik antar isme maka sebenarnya itu akibat pembekuan (penunggalan) pemaknaan kepada BEING yang tak terbatas dan seandainya manusia memahami dengan baik BEING dan memahami keunikan masing-masing pemahaman dalam praksisnya sesungguhnya akan menghasilkan sikap toleran.

Dalam kehidupan modern sejak dimulainya Revolusi Cartesian dengan Cogito Ergu Sum terjadilah pembekuan dan monopoli kebenaran subjektif yang diuniversalkan. Dalam filsafat disebut dengan Cartesian Ego. Manusia berfikir dan alam semesta sebagai objek. Pola subjek-objek memunculkan dominasi dan eksploitasi.

Semenjak Descartes pesona dunia memudar keintiman hubungan antar manusia modern rasional-bertujuan-dominatif-kalkulatif-hambar dan manusia memasuki nihilisme tanpa pemaknaan ontologis terjebak menjadi Dasman. Descartes diteruskan Locke, Hegel, Marx sampai pada Kierkegard yang mulai mempertanyakan eksistensi manusia sebagai personal dan kemudian Nietzsche yang mendeklarasikan bahwa manusia modern telah membunuh tuhan dengan rasionalitasnya.

Bagi Haidegger, Sum lebih penting daripada Cogito karena Ada dulu baru bisa berfikir dan berfikir hanya salah satu cara memaknai ADA. Manusia sekarang perlu melakukan dekonstruksi terhadap bangunan epestemologi Barat agar kembali pada ontologi yang hakiki.

Pemikiran modern tidak hanya untuk keperluan individu tapi juga menjadi sistem negara dan sistem dunia. Ada tiga sistem politik besar di era modern yaitu:

1. Liberal-Demokrasi
2. Komunisme
3. Fasisme.

Subjek Liberal-Demokrasi adalah Individualis. Subjek Komunis adalah kelas buruh. Subjek fasis adalah superioritas ras yang dianut Nazi dan superioritas negara yang diterapkan Mussolini.

Meski Komunisme menentang Liberal Demokrasi yang kapitalistik tetapi komunisme tetap berbasis modernisme yang universal menghendaki seluruh dunia menjadi sistem komunis dalam comintern dan menghancurkan kelas lain yang dianggap menghisap yaitu kaum Borjuis.

Pola superioritas dalam subjek-objek Cartesian tetap ada. Begitu juga dengan fasisme yang mengandalkan superioritas tertentu untuk menghabisi dan mendominasi yang lain.

Setelah perang dingin berakhir liberal-demokrasi menjadi pemenang tunggal dalam pertarungan filsafat dan ideologi politik. Fukuyama menulis The End of History yang menandakan sejarah telah berakhir dengan kemenangan liberalisme. Amerika sebagai prototype Liberal-Demokrasi menjadi penguasa dunia menjadi hakim bagi negara yang dianggap tidak liberal-demokratis.

Soros menulis open society and it enemy. Liberal-Demokrasi harus diwujudkan dalam masyarakat yang terbuka secara global (globalisasi) dan masyarakat yang tertutup dianggap musuh dan harus "dibikin beradab".

Penghakiman Amerika bukan hanya seruan tapi sampai pengerahan kekuatan militer seperti di Yugoslavia, Irak dan Afganistan. Selain dengan kekuatan militer adalah dengan revolusi sipil menjatuhkan pemimpin yang dianggap tidak demokratis.

Seperti colour revolution di Eropa Timur dan Arab Spring. Dominasi dan hegemoni Amerika itu mengancam eksistensi lain. Arogansi itu tetiba disentak dengan perlawanan serangan pada 2 menara kembar WTC di Amerika.

Citra Kehebatan Amerika yang adigung dan adidaya tetiba runtuh. Pertahanan mereka bisa ditembus bahkan serangan sampai markas Pentagon dan reaksi balik Amerika adalah dengan melakukan deklarasi war on teror.

Kesalahan para jihadis adalah melakukan serangan secara membabi buta ke negara yang tidak ada kaitan dengan Amerika mengakibatkan terganggunya kedaulatan eksistensi yang lain.

Serangan para jihadis hanya mengejutkan tidak dapat mengubah struktur dominasi Amerika yang sangat superior dan jadilah mereka teroris. Saat ini perlawanan yang lebih sistematis dilakukan oleh Rusia yang terjepit oleh dominasi Amerika pasca Soviet di Eropa Timur. Semua negara bekas Uni Soviet diinstal liberal-demokrasi dan diarahkan untuk mengancam Rusia.

Puncaknya ketika Revolusi Maidan di Ukraina yang menjatukan Presiden Victor Yanukovick oleh kelompok nasional yang dibackup Amerika Pakta Warsawa aliansi blok Timur bubar namun NATO tetap ada bahkan memperbanyak anggota melebar ke Eropa Timur kecuali Rusia yang masih bertahan.

Dalam rangka melawan mempertahankan eksistensi Filsuf Rusia menyusun teori politik ke empat selain liberal-demokratis, komunisme dan fasisme. Dia menawarkan Dasein yang dikutip dari Haidegger sebagai landasan konsepnya. Dasein tidak seperti komunis dan fasis yang universal dan dominatif tapi berdasarkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat tertentu semisal Rusia.

Setiap masyarakat punya common root masing-masing dan di Rusia dia merumuskan dengan gabungan 3 hal yaitu; tradisional value national sovereignty, dan social Justice. Nilai tradisional mereka seperti kebanyakan masyarakat timur adalah mistis yang berarti percaya pada yang spiritual yang dalam pandangan modern tidak relevan.

Tradisi masyarakat Rusia tidak individualis tapi kolektif. Dalam rangka membangun sistem geopolitik Dugin menawarkan aliansi Eurasia (Eropa-Asia) yang ketimuran. Menjadi catatan nanti jika China masih pengen menerapkan. Komunis internasional maka akan terjadi lagi pola dominasi dalam Eurasia.

Dasein harus berpegang pada prinsip tidak boleh mendominasi eksistensi yang lain dan hubungan harus timbal-balik setara. Perang Rusia vs Ukraina menjadi deklarasi perlawanan Dasein (Versi Dugin) vs Liberal Demokrasi. Menjadi pertanyaan kenapa harus perang? Bagi Dugin dalam mempertahankan eksistensi harus siap berperang. Dalam hal ini Dasein bersifat realis. Sergei Karaganov mengatakan "destruktif konstruktif". Mereka harus melakukan dekonstruksi Liberal-Demokrasi untuk memambangun tata dunia baru yang lebih adil. Bagaimana dengan Indonesia?

Tentu Indonesia sebagai Dasein memiliki nilai tradisional dan bertujuan menegakan kedaulatan nasional serta mewujudkan keadilan sosial. Modal bangsa Indonesa adalah common root nya masyarakat mistis-spiritual namun bukan yang mendominasi keyakinan orang lain. Selain itu nilai bangsa Indonesia suka gotong royong jika tidak sudah dikikis nilai individualis. Namun bagaimana dirumuskan untuk mewujudkan kedaulatan nasional? Kembali ke nila luhur dan strateginya harus punya musuh (musuh dapat bersifat imagener) serta memiliki aliansi strategis yang setara.

Dulu kala bung Karno bikin musuh liberal, kapitalis dan imperialis dan membangun aliansi non-blo dan nampaknya aliansi itu belum kuat namun India bisa bertahan dengan membangun hubungan yang kuat dengan Rusia. Nilai dan semangat kemandirian dan kesetaraan non-blok perlu dipertahankan, makna non-blok dapat diartikan membangun aliansi pada siapapun bersedia setara dan menghormati kedaulatan setiap bangsa.

Bagaimana dengan sistem politik Indonesia sekarang? Sistem politik Indonesia pasca beberapa kali amandemen berwatak liberal-kapitalis. Perlu ada perombakan UUD 45 agar sesuai dengan Pancasila dan Pembukaan UUD 45. Perlua penguatan kolektivitas bangsa dan menghilangkan watak individualistik dalam UUD 45 sekarang.

(Penulis: Surya Fermana, Pemerhati Politik Internasional)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel