KANG AYIP ITU WALI
Kemudian tidak dia lanjutkan, karena keluarga tersebut tidak satu “frekuensi”, bukan dzurriyyah min Ahlissunnah wa jama’ah (Aswaja).
Saya penasaran, dan memberanikan diri untuk bertanya, kok bisa tahu kalau tidak satu “frekuensi”? Almarhum menjelasakan salah satu indikator yang dipakainya adalah foto-foto tokoh ulama atau habaib yang terpampang di ruang tamu.
Keluarga habaib Aswaja biasanya memasang satu atau beberapa foto Waliyullah Aswaja.
Foto-foto yang sering saya jumpai di ruang tamu keluarga Habaib adalah Sayyid Muhammad 'Alawi Al Maliki Makkah, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik, Habib Sholeh Alhamid Tanggul, dll.
Saya percaya cerita salah satu guru saya, Almaghfurlah Habib Idrus Bin Agil (dzurriyyah Habib Sangeng Bangil dari jalur ibu), bahwa Habaib yang saya sebutkan di atas adalah para Wali terkenal yang dengan ikhtiar tertentu bisa kita akses, diajak komunikasi lewat mimpi dll untuk sharing, diminta nasihat dst.
Biasanya sesama wali yang bisa menjangkaunya, sebagaimana kisah masyhur Gus Dur yang “ngobrol” dekat maesan saat berziarah di makam-makam wali keramat. La ya’riful waliy illal waliy (tidak dapat mengetahui wali kecuali seorang wali).
Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan diyakini banyak ulama khos adalah Wali. Bahkan Kyai Khos, Almaghfurlah Nawawi Abdul Jalil Sidogiri pernah dawuh, saya mendengarnya langsung. Bahwa Sulthanul Awliya (pemimpin para wali) yang masih hidup sekarang adalah Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Beliau pimpinan tertinggi Thariqah seluruh dunia, dst.
Saya percaya dawuhnya Kyai sepuh Sidogiri Nawawi Abdul Djalil tersebut, karena beliau disebut Kyai Khos oleh Gus Dur, dan disebut-sebut juga sebagai wali, memiliki banyak karomah.
Kembali ke Habib Luthfi. Alhamdulillah.. saya beberapa kali bertemu dan Curhat mendalam ke beliau. Saya silaturrahim pertama kali (sekitar 2011) bersama istri di ndalemnya Pekalongan. Waktu itu jam sudah sangat malam, tetapi tamunya masih banyak sekali.
Saya langsung duduk di belakang para tamu yang mayoritas pengasuh pesantren di Jawa Tengah. Saya terkejut, ternyata wejangan habib Luthfi kepada para tamunya itu persis seperti yang saya butuhkan.
Tetapi karena saya tak tahan pipis, maka sayapun bergeser mencari kamar mandi.
Subhaanallah.. begitu saya kembali ke Majelis ruang tamu, istri saya berbisik, bahwa Habib Lutfi “break” atau berhenti memberikan wejangan, dan menanyakan keberadaan saya dimana?
Begitu saya kembali, baru beliau melanjutkan wejangannya. Habib Luthfi seakan tahu persis bahwa saya membutuhkan wejangan itu, sehingga beliau menunggu saya selesai dari kamar mandi.
Begitu majelis itu selesai, dan tamu-tamu pulang, saya dan istri mendekat. Saya mencium tangan beliau lama sekali, sambil tak kuasa menahan tangis.
Saya menghaturkan banyak terima kasih dan bersyukur, karena dapat wejangan yang begitu mengena.
Saya memperkenalkan diri sebelum Habib Luthfi memberikan tambahan nasihat, bahwa saya adalah santrinya Kang Ayip, sambil menunjuk salah satu foto yang ada di ruangan itu.
Ya, di ruang tamu beliau ada foto guru kita, Kang Ayip (Habib Muhammad bin Syaikhani bin Abubakar Yahya), ayahanda Habib Hasanain Yahya, pengasuh Ponpes Jagasatru Cirebon.
Foto Kang Ayip berada di tengah-tengah belasan foto Habaib dan Awliya’. Beberapa di antaranya sangat familier, sangat masyhur, para ulama besar besar, dzurriyyah Rasulullah SAW.
Di foto-foto yang terpasang itu, hanya Foto Kang Ayip yang (sepengetahuan saya) termasuk generasi baru, artinya, seusia saya masih menjumpainya. Sementara foto-foto yang lain adalah Awliya’ (wali wali) sepuh yang sudah wafat sebelum saya lahir.
Dari situ, saya haqqul yaqin bahwa Kang Ayip adalah Waliyullah. Hanya foto-foto Wali khos saja yang akan dipajang di ndalem para Wali. Apalagi di ruang tamu Sulthanul Awliya’ ketua umum organisasi Thariqah dunia, Habib Luthfi bin Yahya.
Indikasi lain tentang kewalian Kang Ayip sudah banyak diceritakan oleh santri santri senior Jagasatru, antara lain kisah ujian “sulapan” munaqasah Dr. KH. Rosyidin Hasan, MA. (Asisten I Gubernur Sumatera Selatan sekarang) saat kuliah di IAIN Sunan Gunung Djati Cirebon. Juga kisah nasihat Kang Ayip untuk santri Ahmad Zayadi, agar memilih IAIN Walisongo dibandingkan kampus lain. Dan terbukti, dari jalur inilah Ahmad Zayadi muda menemukan jalan mulus kariernya di Kemenag pusat sebagai Sekretaris Utama BAZNAS Pusat sekarang.
Dan masih banyak lagi wejangan dan saran Kang Ayip yang kemudian menjadi kenyataan (taqdir) terbaik untuk santri-santrinya yang ditata, dikondisikan untuk menjadi The right Man on right job place (orang yang tepat berada di posisi yang pas), sesuai dengan passion dan kompetensinya. Wallahu a’lam..
Jl. Syarif Abdurrahman (d/h Jl. Bahagia) Cirebon, 5 Sawwal 1443 H. 🙏🏻
Penulis : Dr. Syarif Thayeb