Bergeser ke Ideologi Sosialisme dan Komunisme: Perjalanan Tan Malaka dalam Memahami Ketimpangan Sosial

 

Bergeser ke Ideologi Sosialisme dan Komunisme: Perjalanan Tan Malaka dalam Memahami Ketimpangan Sosial

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Diskusi-diskusi mengenai ideologi sosialisme dan komunisme yang intens selama masa studinya di Belanda semakin membentuk pemikiran Tan Malaka. Ia mulai memperdalam pemahaman terhadap karya-karya para pemikir besar seperti Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin, yang pada intinya menyerukan kesetaraan hak ekonomi bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali. Tan Malaka merasa terinspirasi oleh ideologi ini, yang menekankan pentingnya pemberdayaan rakyat kecil dan pembelaan terhadap kaum tertindas. Dengan menggali lebih dalam ajaran-ajaran tersebut, ia menemukan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai ketimpangan sosial dan ekonomi yang merajalela, baik di Eropa maupun di tanah airnya, Indonesia. Lebih jauh lagi, Revolusi Bolshevik yang terjadi di Rusia pada tahun 1917, dengan keberhasilannya menggulingkan tatanan kapitalisme dan mendirikan negara sosialis, menjadi momen penting yang semakin menguatkan keyakinannya akan pentingnya perubahan sosial. Tan Malaka mulai meyakini bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas mengusir penjajah, tetapi juga harus melibatkan pemberantasan ketimpangan sosial yang sangat tajam dan mempengaruhi kehidupan rakyat.

Pendidikan yang Tan Malaka terima di Belanda selama enam tahun membuka wawasan intelektualnya secara signifikan. Selama masa ini, ia tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga terlibat dalam perdebatan ideologis yang mengubah pandangannya tentang peran negara, ekonomi, dan masyarakat. Tan Malaka sadar bahwa ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi di Indonesia memiliki akar yang dalam, dan untuk mengatasinya, dibutuhkan perubahan struktural yang mendasar. Pandangan-pandangannya semakin meluas tidak hanya terbatas pada tanah kelahirannya, Minangkabau, tetapi juga mencakup seluruh dunia, khususnya Eropa. Kecerdasan intelektual yang ia peroleh di Belanda memperkuat tekadnya untuk memperjuangkan ide-ide perubahan sosial yang lebih besar. Tan Malaka merasakan bahwa dengan pemahaman baru yang didapatnya, ia kini memiliki tugas besar untuk membangun kesadaran kolektif di Indonesia tentang perlunya perubahan radikal dalam struktur sosial dan ekonomi bangsa.

Selain itu, pengalaman Tan Malaka berinteraksi dengan tokoh-tokoh sosialisme dan komunisme di Belanda semakin memperdalam pemahamannya tentang bagaimana sistem kapitalisme mendiskriminasi sebagian besar rakyat. Ia bertemu dengan berbagai intelektual, terutama yang berkecimpung dalam gerakan buruh, dan membahas bagaimana kelas pekerja yang dieksploitasi oleh sistem yang ada. Di Belanda, Tan Malaka mulai menyadari bahwa perjuangan untuk kemerdekaan harus melampaui batasan geografis dan ideologis. Bukan hanya kebebasan politik yang harus diperjuangkan, tetapi juga kebebasan ekonomi yang akan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Diskusi-diskusi yang ia ikuti menjadi pijakan bagi pandangan politiknya yang lebih radikal, yakni bahwa revolusi bukan hanya soal menggulingkan penjajah, tetapi juga tentang menggulingkan struktur sosial yang tidak adil yang ada dalam negeri.

Dengan semakin dalamnya pemahamannya terhadap ideologi sosialisme dan komunisme, Tan Malaka merasa bahwa Indonesia memerlukan perubahan total dalam sistem sosial dan ekonomi yang ada. Ia melihat bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia bukan hanya melawan penjajah asing, tetapi juga harus melawan penjajahan ekonomi dan sosial yang dilakukan oleh kelas penguasa lokal yang berkolaborasi dengan penjajah. Tan Malaka yakin bahwa hanya dengan memperjuangkan keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang merata, Indonesia akan mencapai kemerdekaan sejati. Dalam pandangannya, kemerdekaan bukan hanya soal politik, tetapi juga soal penguasaan ekonomi yang adil untuk semua lapisan masyarakat.

Tan Malaka, dengan bekal pengetahuan yang ia peroleh di Belanda dan semangat revolusionernya, kembali ke Indonesia dengan tekad bulat untuk mengajak rakyat melawan ketidakadilan sosial yang mereka hadapi. Ia menyadari bahwa untuk mencapai perubahan sosial yang substansial, diperlukan pergerakan yang tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga bersifat internasional. Pemahaman ideologis yang ia dapatkan, ditambah dengan pengalaman hidupnya yang penuh dengan perjuangan, menjadikannya seorang pemikir dan pejuang yang siap mengabdikan dirinya untuk Indonesia yang lebih adil dan merdeka.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel