Tan Malaka: Jejak Keberanian di Moskow dan Kongres Komintern

 

Tan Malaka: Jejak Keberanian di Moskow dan Kongres Komintern

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Setelah tiba di Moskow, Tan Malaka memulai pendidikan di Partai Komunis dan segera menunjukkan kemampuannya sebagai seorang pemimpin yang cerdas dan berani. Dalam waktu singkat, ia berhasil meraih perhatian para pemimpin Komintern, sebuah organisasi internasional yang berusaha menyebarkan ideologi komunisme di seluruh dunia. Di tengah hiruk-pikuk pergerakan revolusioner internasional, Tan Malaka tidak hanya menjadi peserta pasif, melainkan menjadi salah satu tokoh yang berperan penting dalam merumuskan strategi-strategi untuk pergerakan global. Ketajaman pikirannya dan kemampuannya untuk merumuskan visi besar membuatnya dihormati di kalangan aktivis komunis dunia. Di Moskow, Tan Malaka menemukan kesempatan untuk mengembangkan ideologi yang sudah lama ia yakini, yakni untuk memperjuangkan hak kaum tertindas di dunia, khususnya bagi negara-negara yang masih hidup di bawah belenggu kolonialisme.

Pada tahun 1922, Tan Malaka berkesempatan untuk berbicara di Kongres Internasional Komintern keempat, yang menjadi momen bersejarah dalam perjalanan perjuangannya. Pidato Tan Malaka pada kongres tersebut mengguncang banyak pemimpin komunis dunia, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Vladimir Lenin dan Leon Trotski. Dalam pidatonya, Tan Malaka mengusulkan sebuah gagasan yang sangat inovatif dan belum pernah diutarakan sebelumnya, yaitu untuk membangun aliansi antara Komintern dan negara-negara Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membebaskan kaum tertindas dari penjajahan. Tan Malaka meyakini bahwa bulan sabit dan bintang Soviet dapat menjadi simbol persatuan antara komunis dan umat Islam dalam melawan penindasan yang terjadi di seluruh dunia. Pandangannya ini tidak hanya menunjukkan keberanian intelektualnya, tetapi juga kemampuan visioner Tan Malaka dalam melihat potensi besar dari solidaritas internasional antara ideologi komunis dan dunia Islam.

Kehadiran Tan Malaka di Kongres Komintern keempat juga mencerminkan keyakinannya yang mendalam terhadap pentingnya menggalang kekuatan global dalam perjuangan kemerdekaan. Pada saat itu, banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, masih berada di bawah cengkeraman penjajahan Eropa, dan Tan Malaka melihat bahwa untuk melawan penjajahan tersebut, diperlukan gerakan internasional yang solid dan terorganisir. Dengan keberanian dan visi besarnya, Tan Malaka berhasil memukau para pemimpin komunis dunia dan menunjukkan kepada mereka bahwa perjuangan melawan kolonialisme bukan hanya tanggung jawab satu negara atau satu bangsa, tetapi merupakan perjuangan seluruh umat manusia. Hal ini mencerminkan betapa luas dan dalam pemikiran Tan Malaka dalam memperjuangkan kebebasan bagi bangsa-bangsa yang terjajah.

Pada tahun 1923, setelah Kongres Komintern keempat, Tan Malaka diangkat menjadi agen Komintern untuk Asia Tenggara dan dipindahkan ke Kanton, China, untuk menjalankan misinya menyebarkan ideologi komunisme dan memperjuangkan kemerdekaan negara-negara yang masih dijajah. Penugasan ini menjadi titik awal dari perjalanan panjang Tan Malaka untuk mengorganisir gerakan komunis di berbagai negara yang tertindas oleh kolonialisme. Di Kanton, Tan Malaka tidak hanya berinteraksi dengan para pemimpin komunis di China, tetapi juga dengan para aktivis dari negara-negara Asia lainnya yang berjuang untuk kemerdekaan dan melawan penjajahan. Tan Malaka terus bergerak dari satu negara ke negara lain, memperluas jaringan dan membangun solidaritas internasional di kalangan para pejuang kemerdekaan yang berbagi tujuan yang sama.

Tan Malaka, dalam menjalankan misinya, berganti identitas dan menyamarkan gerakannya agar tetap aman dari pengawasan pemerintah kolonial. Ia memanfaatkan jaringan pergerakan komunis internasional untuk menyiarkan ideologi dan memperjuangkan kemerdekaan. Keberaniannya untuk beroperasi di bawah identitas yang berbeda dan bergerak secara diam-diam di tengah tekanan besar membuktikan tekadnya yang kuat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan negara-negara jajahan lainnya. Keberanian Tan Malaka di Moskow dan selama misinya sebagai agen Komintern tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang berani bertindak, tetapi juga menunjukkan komitmennya yang tak tergoyahkan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan bagi bangsa-bangsa yang terjajah, suatu perjuangan yang ia lanjutkan sepanjang hidupnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel