Tan Malaka: Pengasingan dan Petualangan Tan Malaka di Luar Negeri

 

Tan Malaka: Pengasingan dan Petualangan Tan Malaka di Luar Negeri

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Pada tahun 1922, aktivitas Tan Malaka yang semakin mengancam posisi pemerintah kolonial Belanda akhirnya memicu tindakan tegas dari pihak berwenang. Pemerintah Belanda memutuskan untuk menangkap Tan Malaka, yang dianggap sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kekuasaan mereka di Indonesia. Pada tanggal 13 Februari 1922, Tan Malaka ditangkap di Bandung dan, seiring dengan keputusan pemerintah kolonial, ia diasingkan ke Belanda pada 24 Maret 1922. Tujuan pengasingan ini adalah untuk mengisolasi Tan Malaka dari pergerakan buruh yang semakin berkembang di Indonesia dan mencegahnya menghasut rakyat Indonesia untuk bangkit melawan penjajahan. Namun, justru dalam masa pengasingan ini, Tan Malaka menemukan kesempatan baru yang membuka babak penting dalam petualangannya di luar negeri.

Setibanya di Belanda, Tan Malaka diterima dengan baik oleh Partai Komunis Belanda, yang mengakui kecerdasannya dalam memahami dan menganalisis teori marxisme serta komunisme. Keahliannya dalam bidang ini membuat Tan Malaka dihormati oleh banyak kalangan di Eropa. Tan Malaka bahkan diajukan sebagai calon anggota parlemen dalam pemilihan umum Belanda. Meskipun pada akhirnya ia tidak terpilih, pengalaman tersebut memberikan banyak pelajaran berharga baginya dan membuka peluang yang lebih luas untuk mengembangkan pemikirannya. Di Belanda, Tan Malaka tidak hanya memperdalam pemahaman tentang teori-teori sosialisme, tetapi juga berkenalan dengan berbagai pemikir dan aktivis internasional, yang semakin memperkaya wawasannya tentang pergerakan buruh dan perjuangan kemerdekaan.

Tan Malaka kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Jerman pada pertengahan tahun 1922. Keputusan ini diambil setelah ia merasa bahwa langkah selanjutnya dalam perjuangannya adalah memperluas jaringan internasionalnya, yang sangat penting bagi gerakan kemerdekaan Indonesia. Di Berlin, Tan Malaka bertemu dengan Darsono, seorang perwakilan Komintern yang saat itu menjabat sebagai utusan Komintern untuk kota Paris. Darsono yang mengenal reputasi Tan Malaka sebagai tokoh pergerakan buruh Indonesia mengundangnya untuk bergabung dengan Komintern, sebuah organisasi internasional yang berpusat di Moskow dan memiliki tujuan untuk mengorganisasi revolusi proletariat di seluruh dunia, termasuk di negara-negara Timur seperti Hindia Belanda. Tawaran ini disambut dengan antusias oleh Tan Malaka, yang melihatnya sebagai kesempatan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara lebih global.

Setelah menerima ajakan tersebut, Tan Malaka memulai perjalanan besar yang akan membawanya ke Moskow. Keputusan untuk bergabung dengan Komintern menunjukkan tekad Tan Malaka yang semakin kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalan yang lebih radikal. Di Moskow, Tan Malaka bertemu dengan berbagai tokoh pergerakan sosialisme internasional, yang memperkenalkan konsep-konsep revolusi yang lebih luas. Ia merasa bahwa dengan bergabung dalam Komintern, perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia tidak hanya akan mengandalkan kekuatan internal, tetapi juga dukungan dari gerakan sosialisme global. Di Moskow, Tan Malaka dapat memperkuat pemahamannya tentang pentingnya solidaritas internasional dalam perjuangan melawan penjajahan.

Selama berada di luar negeri, terutama di Eropa dan Rusia, Tan Malaka tidak hanya memperoleh pengetahuan baru tentang teori-teori revolusioner, tetapi juga memperluas cakrawala perjuangannya. Pengalaman ini membuka pandangan Tan Malaka bahwa kemerdekaan Indonesia tidak bisa hanya dicapai dengan perjuangan lokal semata, melainkan dengan menggalang dukungan internasional dari berbagai gerakan revolusi dunia. Tan Malaka semakin yakin bahwa perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia harus dilakukan dengan cara-cara yang lebih radikal, yang melibatkan aksi-aksi revolusioner yang terorganisir. Selama di luar negeri, Tan Malaka juga semakin menguatkan keyakinannya bahwa perjuangan sosial yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama buruh dan kaum tertindas, adalah kunci utama untuk meraih kemerdekaan dan mewujudkan keadilan sosial di Indonesia.

Masa pengasingan Tan Malaka, meskipun penuh tantangan dan jauh dari tanah air, justru memberikan kesempatan baginya untuk mengasah strategi perjuangan yang lebih tajam dan memperluas jaringan internasional. Tan Malaka tidak hanya menjadi sosok yang dihormati di kalangan pergerakan sosialisme dunia, tetapi juga terus mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk membawa perubahan besar bagi Indonesia. Petualangannya di luar negeri ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan panjang perjuangannya yang kelak akan memberi dampak besar bagi kemerdekaan Indonesia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel