Niliki Wong Teka Haji, Silaturahmi Penuh Keakraban
Ahmad Zamakhsyari: Niliki Wong Teka Haji, Silaturahmi Penuh Keakraban di Ligung Majalengka
Majalengka, 19 Juni 2025 — Di tengah semangat bulan haji, suasana hangat dan penuh kekeluargaan tampak jelas dalam sebuah momen silaturahmi yang digelar secara sederhana di Ligung, Kabupaten Majalengka. Dalam acara yang berlangsung pada Rabu sore (19/6), tampak sejumlah tokoh muda dan akademisi bersilaturahmi sambil menikmati hidangan tradisional khas daerah. Di antara mereka hadir nama yang sudah tidak asing di kalangan akademisi dan aktivis pendidikan Islam, yakni Ahmad Zamakhsyari, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Al-Biruni.
Acara yang berlangsung di teras sebuah bangunan pendidikan anak ini sekaligus menjadi ajang penghormatan untuk menyambut kembalinya salah satu tokoh yang baru saja menunaikan ibadah haji. Dalam suasana yang bersahaja namun penuh makna, tampak Ahmad Zamakhsyari bersama Kang Dheni dan Jauharudin, dua sahabat dekatnya, terlibat dalam percakapan akrab seputar dinamika dakwah dan pendidikan Islam kontemporer.
Niliki Wong Teka Haji: Tradisi yang Sarat Makna
Tradisi “niliki wong teka haji” atau menjenguk orang yang baru kembali dari tanah suci, bukan hanya sebatas formalitas sosial. Di kalangan masyarakat Nahdliyin, kegiatan ini merupakan bagian dari praktik kultural yang kaya makna. Niliki menjadi ruang bertukar cerita spiritual, mendoakan keberkahan, sekaligus mempererat jalinan ukhuwah Islamiyah.
Ahmad Zamakhsyari yang dikenal sebagai sosok low profile, dengan ramah menerima kunjungan rekan-rekannya. Dalam suasana penuh kehangatan, ia berbagi pengalaman spiritualnya selama di Makkah dan Madinah, serta refleksi personal yang ia dapatkan dari rangkaian ibadah haji.
“Kita pergi ke tanah suci untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Tapi ternyata, kita juga belajar meninggikan makna persaudaraan manusia. Di sana saya benar-benar merasakan betapa kecilnya kita sebagai hamba, dan betapa pentingnya menjaga niat, ikhlas, serta kejujuran dalam dakwah,” tutur Ahmad Zamakhsyari.
Peran Akademisi dalam Dakwah Humanis
Sebagai dosen di STID Al-Biruni, Ahmad Zamakhsyari dikenal sebagai pengajar yang mengusung pendekatan dakwah humanis. Ia tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa agar mampu menjawab tantangan sosial keumatan dengan empati dan kearifan.
Menurut Kang Dheni, sahabat sekaligus kolega Zamakhsyari, kehadiran dosen muda seperti dirinya memberikan warna tersendiri dalam dunia pendidikan Islam di daerah. “Beliau itu punya daya tarik bukan karena popularitas, tapi karena konsistensi. Mau turun ke lapangan, ikut kegiatan warga, dan tidak segan membaur dengan semua kalangan,” ujarnya.
Sementara itu, Jauharudin menambahkan bahwa Ahmad Zamakhsyari juga aktif mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam program pengabdian masyarakat, khususnya di pedesaan. “Bagi beliau, dakwah tidak harus di podium megah, tapi bisa dimulai dari ruang-ruang kecil seperti taman baca, pesantren, bahkan di warung kopi,” tambahnya.
Harapan dari Ligung
Silaturahmi sore itu tidak hanya menjadi pertemuan nostalgia, namun juga menjadi ruang diskusi kecil tentang masa depan dakwah Islam, terutama di wilayah-wilayah pinggiran seperti Ligung, Majalengka. Ahmad Zamakhsyari menyampaikan pentingnya kolaborasi antar-elemen, mulai dari kampus, pesantren, hingga komunitas lokal.
“Kalau kita ingin Islam yang ramah dan membumi tetap eksis, maka kita harus menanamkannya dari lingkungan terdekat. Di sinilah pentingnya peran para pendidik, kiai kampung, serta mahasiswa yang mau terjun langsung ke masyarakat,” ujarnya menutup perbincangan.
Dengan wajah yang tenang dan penuh semangat, Ahmad Zamakhsyari meninggalkan kesan bahwa dakwah bukan soal siapa yang paling banyak bicara, tapi siapa yang paling konsisten menjaga keikhlasan dan memberi manfaat.
Acara kemudian ditutup dengan doa bersama dan santapan ringan khas tradisional, mulai dari ketan, tape uli, hingga teh manis hangat yang disajikan dalam teko kuningan. Tak lupa, tawa dan canda yang bersahaja menjadi penutup manis dari pertemuan yang sarat makna itu.