H. Ahmad Bukhori Dosen Humoris Teman Nyantri Kyai Nyentrik KH. Dunyadi Asmudi

Humoris adalah kata yang diidentikkan dengan seorang pelawak. Karena Homoris adalah kata yang disematkan untuk seseorang yang mampu membuat orang lain bisa melakukan proses humorisasi, tertawa, terhibur, bahkan minimal bisa membuat siapapun yang melihatnya tersenyum. Adalah H. Ahmad Bukhori, sosok yang merupakan tokoh agama di Desa Kertajaya Blok Sabrangwetan Jambe Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu. 


Wa Kaji Buk biasa sebagian orang memanggil, adalah seorang pribadi kyai Kampung kharismatik tapi penuh dengan humor. Bahkan dengan gayanya yang khas kalau bicara, siapapun yang mendengarkannya dibuat ketawa sampai mengocok perut orangnya. Haji Buk yang lahir 8 juni 1969 di desa Bongas kecamatan Bongas Indramayu pernah tamat SD tahun 1984, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang diasuh KH. Asmawi. Masih kurang puas pesantren di Cirebon, pada tahun 1987 Wa Kaji Buk lanjut mondok bareng dengan KH. Dunyadi di Pondok Pesantren Al-Islahiyah di Srengseng Krangkeng yang diasuh langsung oleh almarhum almaghfurlah KH. Ansor Toyyib yang diteruskan putrannya KH. Bahauddin Ansor. Karena pernah sekolah di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) di Jalan Pilang Cirebon tidak tamat, maka kemudian mengambil program persamaan setara SMA (Paket C). 

Masih belum puas juga dengan Paket C nya, H. Ahmad Bukhori kemudian pada tahun 2018 masuk kuliah di STIDKI NU Indramayu (salah satu PTKIS milik Lembaga Perkumpulan PBNU) sebagai Angkatan Pertama dengan Sidang Senat Terbuka 1 tepat lulus pada tahun 2021.

Menikah dengan seorang perempuan bernama Solihat dan di karuniai 5 orang anak, Fahd Abdullah, Siti Nuralimah Atiroh, Abdul Aziz, Gina Amalia dan Nida Aulia, saat ini Wa Kaji Buk pun dianugerahi 3 cucu. Percaya Diri dengan Alumni Angkatan Pertama di STIDKI NU Indramayu, sang Humoris ini kemudian melanjutkan S2 di Pascasarjana Program S2 di PTKIS di Wilayah Bandung. 

Menjadi Asisten Dosen dari Kang Atho Rektor IAMA Darul Fikri Indramayu sekaligus merupakan Dosennya waktu di STIDKI NU Indramayu, H. Buk semakin semangat mengabdikan diri dan menjadi Pembina di Lembaga Pendidikan Islam Yayasan Darul Fikri Bongas Indramayu mulai dari Pondok Pesantren, SMPI, SMKI maupun IAIMA Darul Fikri Indramayu. 

Disamping sebagai seorang Kyai karena menjadi pengajar di pesantren dan Ketua DKM Baetul Muttaqin di desanya, H. buk juga sebagai sahabatnya KH. Dunyadi Asmudi waktu sama-sama mesantren di Srengseng Krangkeng Indramayu. Menurut Bapak Dun (panggilan akrab KH. Dunyadi Asmudi) H. Buk adalah santri yang sangat jujur dan cerdas ketika nyantri. Bahkan Kyai Nyentrik ini juga sering dibuatnya ketawa sampai mengeluarkan air mata ketika mendengarkan cerita yang penuh dengan lelucon, bahkan kata Bapak Dun jangankan narasi ceritanya baru melihat kedatangan H. Buk terus bersalaman dan duduk disamping saja langsung bisa membuatnya tertawa. Apalagi kalau sudah mulai bercerita tentang PDF yang baru saja dikenalnya saat sekarang menjadi dosen, pasti dibuatnya terpingkal-pingkal (hahaha).

Diusianya yang sudah lebih dari setengah abad, H. Buk tetap sebagai sahabat sejati yang selalu setia kepada Bapak Dun, baik ketika di pesantren maupun sekarang sama-sama mengabdi untuk umat di sekitar kecamatan Bongas demi menjaga ajaran-ajaran keagamaan ala Ahlus Sunnah Waljamaah Annahdliyyah yang berorientasi NKRI harga mati. Lambang kesetiaan pernah terwujud ketika mengantar dan mendaftarkan H. Buk secara langsung tanpa perantara sebagai peserta Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) yang diselenggarakan oleh PAC GP Ansor Kecamatan Sukagumiwang. Sampai di malam hari ketika sedang mengikuti Diklatsar, H. Buk ditengok langsung oleh Bapak Dun didampingi kang Atho (Rektor IAIMA Darul Fikri Indramayu dengan slogan Berakhlak, Berilmu dan Berkemajuan). Menjadi peserta Diklatsar yang terkenal menghebohkan Seantero Nusantara waktu itu karena sebagai peserta yang tidak muda lagi, H. Buk tetap konsentrasi sampai selesai mengikuti Diklatsar. 

Sang Rektor pernah bertanya kepada Bapak Dun, Kenapa sih pak, Wa H. Buk disuruh ikut Diklatsar? Dengan nada santai penuh harap, Bapak Dun menjawab, supaya kemanapun saya pergi selalu didampingi Banser yang bernama H. Buk. Memang luar biasa persahabatan keduanya selalu setia dalam suka maupun duka dimanapun berada dengan berbagai macam caranya. Bahkan teman sahabat Dosenya Dulkalim yang sama-sama mengabdi di IAIMA Darul Fikri Indramayu dan merupakan adik kelas ketika kuliah di STIDKI NU Indramayu sekaligus pernah mendapatkan ilmu pengetahuan dari dosennya yang saat ini menjadi Rektor mengatakan, H. Buk adalah pribadi yang sangat kharismatik, penuh canda tawa, tidak gampang tersinggung, terus semangat belajar dari tidak tahu ingin menjadi tahu dan bahkan semua masalah yang datang diselesaikan dengan cara sambil tersenyum bahagia. Semoga dari hasil pengabdiannya di Darul Fikri Bongas Indramayu akan melahirkan generasi penerus yang berwawasan agama secara universal dengan karakteristik seperti H. Ahmad Bukhori bahkan lebih dari itu. Semoga dan semoga. Amin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel