Dari Ma He hingga Cheng Ho: Sebuah Permulaan di Tengah Gejolak Dinasti Ming
Laksamana Cheng Ho: Lebih dari Sekadar Nama
yang Dihormati di Indonesia
Ketika kita membicarakan
tokoh-tokoh Tiongkok yang paling dikenal dan dihormati oleh masyarakat
Indonesia, nama Laksamana Cheng Ho (鄭和) hampir selalu muncul di urutan
teratas. Namun, di balik popularitas dan penghormatan tersebut, seberapa dalam
sebenarnya kita mengenal sosok legendaris ini? Mari kita telaah lebih jauh
perjalanan hidup dan warisan Laksamana Cheng Ho, seorang tokoh muslim Tiongkok
yang jejaknya terukir dalam sejarah maritim dan penyebaran Islam di Nusantara.
Sebuah Permulaan di Tengah Gejolak Dinasti Ming
Cheng Ho lahir dengan nama Ma He
(馬和)
dalam keluarga muslim Hui yang telah bermukim di Yunan, Tiongkok, selama
berabad-abad. Nama "Ma" adalah marga yang umum bagi komunitas muslim
Hui di Tiongkok, dan diyakini sebagai transliterasi dari "Muhammad".
Kakek Cheng Ho dari pihak ayah adalah seorang tokoh penting bernama Ajall Syams
al-Din Omar, yang berasal dari Persia dan menjabat sebagai gubernur pertama
Yunan pada era Dinasti Yuan yang dikuasai oleh bangsa Mongol.
Cheng Ho lahir pada masa awal
berdirinya Dinasti Ming. Selama tiga tahun pertama berdirinya dinasti ini,
kondisi Tiongkok masih belum stabil. Ancaman serangan dari sisa-sisa kekuatan
Mongol masih nyata, dan pergolakan internal di dalam kerajaan pun belum
sepenuhnya mereda. Dinasti Ming, di bawah kepemimpinan Kaisar Hongwu (朱元璋),
belum sepenuhnya menguasai seluruh wilayah Tiongkok. Kaisar Hongwu, yang
memiliki visi untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai Mongol,
menunjuk salah satu anak buah kepercayaannya, Fu Youde (傅友德), untuk memimpin
ratusan ribu pasukan menuju Yunan. Peristiwa inilah yang kemudian memainkan
peran penting dalam kehidupan Cheng Ho yang saat itu masih kecil.
Penaklukan Yunan oleh Dinasti
Ming pada tahun 1381 membawa dampak besar bagi keluarga Ma He. Dalam
pertempuran tersebut, ayah Cheng Ho, yang juga seorang haji bernama Hajji Ma,
gugur. Pada masa itu, terdapat tradisi di mana anak laki-laki dari prajurit yang
terbunuh atau ditangkap akan diambil dan dibawa ke istana untuk dijadikan
kasim. Nasib serupa menimpa Ma He, yang dikebiri sekitar usia 10 hingga 14
tahun. Fu Youde, pemimpin pasukan Ming ke Yunan, melihat karisma dan perawakan
Ma He yang besar, sehingga ia membawanya ke istana. Seiring bertambahnya usia
Cheng Ho, banyak orang yang bertemu dengannya memberikan testimoni tentang
postur tubuhnya yang tinggi dan karismanya yang kuat.
Content Creator
Akang Marta (Indramayutradisi.com)