Jangan Sampai Jadi Tukang Bakso Lupa Tugas: Kita Ini “Intel” dari Akhirat!

✍️ Subchan Daragana

Pengusaha, Social Architect, dan Ketua IPSM Jabar

Aktif di isu peradaban Islam dan pendidikan keluarga.



Bayangkan kamu seorang intel. Ditugaskan menyusup ke daerah musuh. Tapi agar tak dicurigai, kamu menyamar jadi tukang bakso. Hari demi hari kamu berjualan. Awalnya pura-pura, lama-lama jadi sungguhan. Pelanggan makin ramai, untung menggiurkan, pesanan makin sibuk. Dan akhirnya... kamu lupa bahwa kamu sebenarnya intel.

Kisah itu diceritakan oleh guru saya. Sederhana, tapi menghantam tepat di ulu hati. Karena begitulah kita. Kita ini "agen" dari akhirat yang ditugaskan sebentar di dunia. Tapi karena kesibukan harian, banyak dari kita yang terlena menjadi tukang bakso dunia, dan melupakan tugas suci sebagai hamba (‘abdullah) dan khalifah Allah.

Hamba dan Khalifah: Dua Identitas Luhur

Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut dua peran penting manusia:

Sebagai hamba (‘abdullah):

“Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun.”

(QS. Adz-Dzariyat: 56)

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku.”

Sebagai khalifah di bumi:

“Innii jaa’ilun fil ardhi khalifah.”

(QS. Al-Baqarah: 30)

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.”

Kita diciptakan bukan untuk sekadar hidup, kerja, menikah, punya anak, lalu mati. Ada misi surgawi yang kita emban. Tapi... bukankah kita semua sering lupa?


Ketika Dunia Mengalihkan Pandangan Kita

Lupa tugas bukan berarti kita jahat. Kadang hanya karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Kita menjadi ayah, tapi lupa menjadi pemimpin spiritual. Kita menjadi karyawan, tapi lupa menjaga amanah. Kita jadi pengusaha, tapi lupa bahwa rezeki bukan hanya tentang cuan, tapi keberkahan.

Inilah jebakan dunia yang pelan-pelan melalaikan:

“Falaa taghurrannakumul hayaatud-dunya.”

(QS. Luqman: 33)

“Jangan sampai kehidupan dunia memperdayakan kalian.”


Pelajaran dari Para Nabi

1. Nabi Ibrahim AS: Ayah yang Tak Lupa Tugas

Nabi Ibrahim adalah ayah dan suami. Tapi ketika Allah memerintahkannya untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di padang gersang, ia taat tanpa debat.

Saat mimpi menyuruhnya menyembelih Ismail, ia tidak mendahulukan perasaan sebagai ayah, melainkan ketaatan sebagai hamba.

“Ya bunayya inni araa fil manaami anni adzbahuka…”

(QS. Ash-Shaffat: 102)

Nabi Ibrahim tidak lupa bahwa ia hamba Allah lebih dulu sebelum menjadi ayah.


2. Nabi Yusuf AS: Karyawan yang Tetap Taat

Yusuf bekerja di istana Mesir sebagai bendahara negara. Kekuasaan, jabatan, dan harta ada di tangannya. Tapi ia tetap menjaga integritas dan menolak godaan Zulaikha.

“Innahu rabbii ahsana matswaya.”

(QS. Yusuf: 23)

“Sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik.”

Ia khalifah yang amanah dan ‘abdullah yang tahu batas.


3. Nabi Sulaiman AS: Raja yang Tidak Terlena

Sulaiman punya kerajaan besar, pasukan jin dan burung. Tapi saat diuji kehilangan cincinnya (dan hilangnya kekuasaan), ia tetap bersyukur dan sadar semua itu titipan Allah.

“Hadza min fadli rabbii, liyabluwani a’asykuru am akfur.”

(QS. An-Naml: 40)

Sulaiman sadar bahwa raja sejati adalah yang tetap jadi hamba, bukan yang diperbudak takhta.


Menjadi “Intel” yang Sadar Diri

Kita semua hari ini mungkin sedang menjalani peran:

Sebagai anak, kita harus tetap taat pada orang tua.

Sebagai suami, kita harus jadi pemimpin spiritual keluarga.

Sebagai karyawan, kita harus amanah dan jujur.

Sebagai pengusaha, kita harus berdagang dengan berkah.

Sebagai masyarakat, kita wajib menjaga lingkungan sosial.

Semua itu bukan sekadar pekerjaan harian, tapi bagian dari misi besar: menjalankan tugas langit di bumi.

“Ad-dunya mazra’atul akhirah.”

(HR. Al-Baihaqi)

“Dunia ini adalah ladang untuk akhirat.”


Penutup: Ayo Pulang ke Tugas!

Jangan sampai kita sibuk jualan, sibuk proyek, sibuk deadline...

Tapi lupa bahwa kita ini bukan tukang bakso sungguhan. Kita ini intel dari akhirat yang ditugaskan sebentar di dunia, membawa misi dari Tuhan.

Maka mari kita perbarui niat, luruskan langkah, dan kembalikan arah.

“Fa idzaa faraghta fanshab. Wa ilaa rabbika farghab.”

(QS. Al-Insyirah: 7–8)

“Apabila engkau telah selesai dari satu urusan, tetaplah bekerja keras. Dan hanya kepada Tuhanmu engkau berharap.”

Semoga kita tidak menjadi orang yang sibuk, tapi lupa arah.

Semoga kita tetap menjadi hamba, dalam peran apapun yang kita jalani.

Karena di balik semua topeng dunia itu, kita tetaplah hamba. Tetaplah intel. Tetaplah utusan Allah.


✍️ Subchan Daragana

Pengusaha, Social Architect, dan Khatib Jumat.

Aktif di isu peradaban Islam dan pendidikan keluarga.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel