Penggunaan dan Perawatan Kereta Paksi Naga Liman: Dari Kejayaan Hingga Pelestarian
Penggunaan
dan Perawatan Kereta Paksi Naga Liman: Dari Kejayaan Hingga Pelestarian
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Kereta
Kencana Paksi Naga Liman memiliki sejarah panjang dalam kehidupan budaya dan
kenegaraan Cirebon, digunakan hingga masa Sultan Kanoman ke-8 pada awal abad
ke-20. Di masa kejayaannya, kereta ini tidak hanya digunakan sebagai alat
transportasi bagi Sultan dan keluarga kerajaan, tetapi juga merupakan simbol
kebesaran kerajaan yang sering dipakai dalam berbagai prosesi adat dan acara
kenegaraan. Keunikan dan kemegahannya membuat kereta ini menjadi salah satu
simbol penting dari Keraton Kanoman, menunjukkan otoritas serta status tinggi
kerajaan Cirebon di masa itu. Dengan desain yang luar biasa dan fungsinya yang
multifungsi, kereta ini menjadi bagian integral dari identitas kerajaan yang
menonjolkan kejayaan dan kebudayaan Cirebon. Namun, setelah beberapa dekade
digunakan, kereta asli Paksi Naga Liman akhirnya diistirahatkan dan dipindahkan
ke Museum Keraton Kanoman sebagai pusaka yang dilestarikan untuk generasi
mendatang.
Seiring
berjalannya waktu, Kereta Paksi Naga Liman yang asli telah berhenti digunakan
dalam prosesi kenegaraan. Namun, pentingnya pelestarian kereta ini tidak pernah
luntur, sehingga sebuah replika kereta dibuat pada tahun 1997. Replika tersebut
dirancang dengan sangat teliti, berusaha mempertahankan detail ukiran yang ada
pada kereta asli. Ukiran-ukiran yang menghiasi tubuh kereta, seperti motif
megamendung, tetap dipertahankan pada replika ini, mengingat maknanya yang
sangat dalam dan terkait erat dengan identitas Cirebon. Motif megamendung, yang
dikenal sebagai simbol khas Cirebon, tidak hanya digunakan sebagai dekorasi,
tetapi juga membawa filosofi yang mendalam. Filosofi tersebut menggambarkan
ketenangan, kebijaksanaan, serta harapan bagi pemimpin yang adil dan bijaksana,
yang dapat memimpin masyarakat dengan penuh kedamaian.
Perawatan
terhadap Kereta Paksi Naga Liman, baik yang asli maupun replika, sangat penting
untuk menjaga agar warisan budaya ini tetap lestari. Kereta asli yang kini
disimpan di museum membutuhkan perhatian khusus untuk menjaga keawetan material
kayu jati yang telah digunakan sejak abad ke-15. Selain itu, perawatan terhadap
ukiran-ukiran rumit yang menghiasi kereta juga menjadi bagian penting dalam
usaha pelestarian ini. Sebagai bagian dari koleksi museum, kereta tersebut
dirawat dengan sangat hati-hati oleh para ahli konservasi yang memiliki
pengetahuan tentang teknik-teknik pelestarian warisan budaya. Proses perawatan
tersebut dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa kereta tetap dalam
kondisi baik dan tidak rusak oleh faktor usia maupun perubahan iklim.
Di sisi
lain, replika Kereta Paksi Naga Liman yang dibuat pada tahun 1997 kini
digunakan dalam berbagai acara budaya dan prosesi adat di Keraton Kanoman.
Meskipun bukan merupakan kereta yang asli, replika ini tetap memiliki nilai
sejarah dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Cirebon. Dalam berbagai
acara adat, seperti kirab, perayaan, dan prosesi kerajaan, kereta replika ini
tetap digunakan sebagai simbol kebesaran dan warisan budaya yang tak ternilai.
Penggunaan kereta replika ini bukan hanya untuk tujuan estetika, tetapi juga
sebagai upaya untuk menjaga tradisi dan mengenalkan budaya Cirebon kepada
generasi penerus. Dengan mempertahankan bentuk dan detail ukiran yang sama,
kereta ini terus menjadi saksi perjalanan sejarah Cirebon dan tetap menginspirasi
banyak orang tentang pentingnya melestarikan budaya.
Dengan
pelestarian yang dilakukan baik terhadap kereta asli maupun replika, Kereta
Paksi Naga Liman tetap menjadi simbol kebanggaan dan identitas Cirebon.
Perawatan dan penggunaannya dalam berbagai prosesi budaya mencerminkan komitmen
masyarakat dan kerajaan Cirebon dalam menjaga warisan budaya yang telah ada
sejak ratusan tahun lalu. Kereta ini bukan hanya sekadar barang pusaka, tetapi
juga merupakan simbol kebesaran, kekuatan, dan kebijaksanaan, yang terus
diwariskan untuk generasi mendatang. Dalam setiap penggunaannya, baik sebagai
bagian dari upacara adat maupun sebagai objek sejarah di museum, Kereta Paksi
Naga Liman tetap hidup sebagai pengingat akan kejayaan masa lalu dan sebagai
inspirasi untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia.