Indramayu Hari Ini: Menjaga Warisan, Merawat Identitas
Indramayu Hari Ini: Menjaga Warisan, Merawat Identitas
Hari ini, Indramayu bukan lagi pedukuhan sunyi di tepi Sungai Cimanuk
seperti ratusan tahun lalu. Ia telah menjelma menjadi sebuah kabupaten yang
berkembang pesat, baik dalam aspek ekonomi, pendidikan, infrastruktur, maupun
budaya. Kota ini terus bergerak mengikuti irama zaman, beradaptasi dengan
tantangan global, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakatnya.
Namun, di tengah segala perubahan itu, satu hal yang tetap tak tergantikan
adalah kisah tentang Wiralodra dan Darma Ayu—dua tokoh
legendaris yang menjadi fondasi lahirnya Indramayu.
Dalam setiap lapisan kehidupan masyarakat Indramayu, nama Wiralodra masih
menggema. Ia bukan hanya dianggap sebagai pendiri wilayah, tetapi juga sebagai
simbol kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan berpihak pada rakyat. Sementara
Darma Ayu dikenang sebagai penjaga spiritual tanah ini, sosok perempuan agung
yang nilai-nilainya tentang cinta, kesetaraan, dan keharmonisan dengan alam
menjadi inspirasi lintas generasi. Keduanya, meski hidup dalam era yang jauh
berbeda, tetap relevan dalam membentuk jati diri masyarakat Indramayu hari ini.
Setiap tanggal 7 Oktober, masyarakat Indramayu memperingati Hari
Jadi Kabupaten Indramayu. Momentum ini bukan sekadar seremonial tahunan,
melainkan sebuah ruang refleksi dan penghormatan terhadap sejarah. Dalam
berbagai rangkaian acara, masyarakat diajak untuk kembali menyapa jejak para
leluhur: melalui ziarah ke makam-makam tokoh pendiri, seperti makam Wiralodra,
atau mengikuti pementasan seni tradisional yang mengangkat kisah-kisah dari Babad
Dermayu.
Lebih dari itu, peringatan ini menjadi cara masyarakat Indramayu menjaga
warisan sejarah agar tetap hidup di tengah generasi muda. Di sekolah-sekolah,
sejarah lokal mulai diperkenalkan sebagai bagian dari kurikulum. Anak-anak
dikenalkan pada nama-nama seperti Wiralodra, Darma Ayu, dan Bagus Rangin, bukan
hanya untuk dihafal, tetapi untuk dipahami nilai-nilainya. Mereka diajak
menyadari bahwa mereka tinggal di tanah yang dibangun atas perjuangan, restu,
dan kebijaksanaan leluhur.
Seni dan budaya lokal pun menjadi media penting dalam merawat identitas.
Wayang kulit, tari topeng Dermayon, hingga tembang-tembang lisan rakyat,
menjadi pengingat bahwa Indramayu adalah tempat di mana cerita dan sejarah
berpadu menjadi kekuatan batin masyarakatnya. Inilah yang membuat Indramayu
berbeda: di balik hiruk-pikuk modernisasi, ia tetap memeluk warisan leluhur sebagai
bagian dari denyut hidupnya.
Karena Indramayu bukan hanya tanah. Ia adalah cerita yang tak
pernah usang. Ia bukan sekadar wilayah administratif yang ditandai di peta,
tetapi jiwa kolektif yang menyatu dengan mitos, sejarah, dan harapan.
Dan selama kisah tentang Wiralodra dan Darma Ayu tetap diceritakan, maka
identitas Indramayu akan terus menyala, tak lekang oleh zaman.
Redaksi |
Indramayutradisi.com
Akang Marta