Wiralodra dan Darma Ayu: Jejak Sejarah di Tanah Cimanuk
Wiralodra dan Darma Ayu: Jejak Sejarah di Tanah Cimanuk
Menurut berbagai versi cerita dan naskah babad yang diwariskan
secara turun-temurun, sosok Wiralodra adalah tokoh kunci dalam pembentukan
wilayah yang kini dikenal sebagai Indramayu. Dikisahkan bahwa pada awal abad
ke-17, tepatnya tahun 1607, Wiralodra datang ke kawasan Sungai Cimanuk sebagai
bagian dari misi kerajaan. Ia berasal dari wilayah Bagelen dan merupakan
senapati yang diutus oleh Kesultanan Mataram, atas perintah Sultan Agung, untuk
menjaga wilayah perbatasan barat kekuasaan Mataram dan Cirebon.
Pada masa itu, wilayah barat Cirebon sangat strategis. Sungai Cimanuk
menjadi jalur penting yang menghubungkan pesisir utara Jawa dengan wilayah
pedalaman. Namun, posisi strategis ini juga membuatnya rawan. Dari barat,
kekuatan Belanda mulai menancapkan pengaruhnya, sementara orang-orang Banten dikenal
sering melancarkan perlawanan terhadap Mataram dan Cirebon. Menghadapi potensi
konflik itu, Mataram memerlukan sosok tangguh yang tidak hanya mampu menjaga
wilayah, tapi juga bisa mengelola kehidupan masyarakat di tempat baru. Sosok
itu adalah Wiralodra.
Namun Wiralodra bukan sekadar seorang prajurit. Ia adalah pemimpin yang
visioner. Saat tiba di kawasan Cimanuk, ia melihat potensi luar biasa dari
tanah subur ini. Dengan kegigihannya, ia membuka hutan, menata lahan, dan
mendirikan pemukiman baru bersama para pengikutnya. Dalam waktu yang relatif
singkat, pedukuhan ini pun berkembang pesat. Masyarakat mulai berdatangan,
kehidupan ekonomi mulai bergerak, dan tatanan sosial mulai terbentuk. Sebuah
peradaban baru tumbuh di tepian sungai.
Namun, yang membuat nama Wiralodra benar-benar abadi dalam ingatan
masyarakat Indramayu bukan hanya keberhasilannya membangun pedukuhan. Ada satu
peristiwa penting yang menjadi titik balik sejarah: pertemuannya dengan seorang
perempuan sakti bernama Endang Darma Ayu. Dalam kisah rakyat, Darma
Ayu digambarkan sebagai wanita bijaksana yang hidup di hutan belantara Cimanuk.
Ia dikenal sakti, anggun, dan memiliki pengaruh spiritual yang besar.
Pertemuan antara Wiralodra dan Darma Ayu bukan hanya simbolik. Dari Darma
Ayu, Wiralodra mendapatkan restu dan nasihat spiritual tentang bagaimana
seharusnya sebuah wilayah dibangun—bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara
batin dan nilai-nilai. Darma Ayu kemudian mewariskan wasiat penting: agar tanah
yang sedang dibangun ini kelak dinamai sesuai dengan namanya. Sebagai bentuk
penghormatan, Wiralodra pun menamai wilayah tersebut Darmayu.
Dari pertemuan itu lahir tidak hanya nama, tetapi juga warisan nilai. Darma
Ayu menjadi simbol kebijaksanaan, kehormatan, dan spiritualitas, sementara
Wiralodra menjadi lambang keberanian, kepemimpinan, dan ketekunan. Dua sosok
ini—lelaki pembuka jalan dan perempuan penjaga nilai—menjadi fondasi budaya dan
sejarah masyarakat Indramayu hingga hari ini.
Redaksi |
Indramayutradisi.com
Akang Marta