Manakala Hidup terus Dirundung Gelisah, ini Penyebab dan Solusinya

Dunia ini sementara. Demikian segala turunannya juga sementara. Karena sementara, hidup pun terus berputar dan bergantian. Merasa bahagia dan menderita juga silih berganti. Tidak ada yang abadi. Bahkan orang yang banyak uang sekali pun tidak luput dari penderitaan. Tidak terkecuali orang yang sedikit harta pun tetap bisa merasakan kebahagiaan. Betapa Allah Maha Adil. Masalahnya kemudian, ada orang yang di sepanjang hidupnya dirundung gelisah. Penuh kekhawatiran dan ketakutan. Hidup pun menjadi tidak tenang. 


Tentu saja ada banyak penyebab mengapa orang gampang dirundung gelisah. Berikut ulasannya. Bahwa yang paling utama adalah ia yang di dalam hatinya tidak bersemayam Allah Swt., sudah pasti hidupnya akan rawan. Hidup yang tidak dinikmati, hidup yang seolah-olah bisa diatur sendiri. Padahal hidup ini ada yang mengatur, ada yang berkuasa atas segalanya. Pantas saja hatinya gelisah karena ia tidak menggantungkan hidupnya kepada sumber ketenangan. Berapa banyak orang yang menggantungkan hidup tenang dan bahagia pada sumber yang salah dan fana. 

Orang yang dirundung gelisah adalah orang yang tidak berilmu. Apalagi gelisahnya berkepanjangan. Padahal setiap masalah pasti ada solusinya. Bahkan Allah berjanji di dalam Al-Qur'an, setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Sayangnya, tidak jarang orang yang membatasi dan menutup diri dari ilmu. Akhirnya hidupnya memaksakan diri dengan nafsunya yang bergejolak. Padahal kalau tahu ilmunya, masalah hadir malah justru untuk memperkuat mental dan ketahanan spiritual. Oleh masalah yang hadir, kita sedang ditempa agar menjadi orang yang tahan banting dan lebih dewasa. 

Kurang ibadah. Orang yang hidupnya rentang dirundung gelisah adalah orang yang ibadahnya kurang. Ia sibuk dengan aktivitas duniawi, sementara lalai akan kebutuhan ukhrawi. Dunia yang mestinya menjadi ladang ibadah, malah berbalik bisa menjadi laknat dan musibah. Puncaknya terjebak istidraj: suatu jebakan dari Allah bagi orang yang hartanya berlimpah, tetapi di saat yang bersamaan berada dalam kemaksiatan dan kekufuran. Ia merasa ibadah tidak ada korelasinya dengan harta yang banyak dan berkah. 

Kurang khusyuk. Ada pula orang yang telah mampu menjalankan ibadah, tetapi tidak mendapatkan kenikmatan atau kekhusyukan. Ia ibadah hanya gerak badan atau sekadar menggugurkan kewajiban. Ibadah yang di dalamnya tidak mampu menghadirkan Allah Swt. Akhirnya ibadah seperti demikian tidak berbekas pada kebaikan akhlak. Saat dalam ibadah pun, yang ada di otaknya hanyalah bagaimana ia bisa lebih banyak lagi mengumpulkan harta, naik jabatan dan mendapatkan banyak sanjungan. 

Kurang sedekah. Biasanya orang yang mudah gelisah itu pelit. Ia merasa bahwa apa yang selama ini punya adalah miliknya, hasil.dari jerih payahnya. Sampai kemudian ia bersikap angkuh atas hartanya. Atau kalau pun berbagi hanya sebatas angin lalu, sekadarnya saja. Ia malah juga khawatir kalau-kalau uangnya disedekahkan akan berkurang. Penyebab lainnya, orang yang mudah dirundung gelisah adalah orang yang lalai akan keutamaan memudahkan urusan orang lain, membahagiakan orang lain dan menolong orang lain. 

Lalu apa solusinya? Perbaiki tauhidnya, perbaiki ibadahnya, fokus dan khusyuk dalam beribadah, tambah sedekahnya, tambah ilmunya dan mudahkan urusan orang lain. Hidup ini mestinya proporsional saja. Manakala sedang bahagia, bahagia seperlunya. Manakala sedang menderita, jangan diratapi dan ditangisi. Sepanjang hidup manusia, maka sepanjang itu pula masalah akan selalu ada. Yang menjadikan masalah itu menjauh bukan dengan mengeluh, melainkan hadapi dengan teguh. 

Terakhir kalau kita mentok atas segala masalah dan frustasi atas segala cobaan, itu artinya Allah masih sayang. Kembalilah ke Allah. Segeralah bersimpuh ke hadapan Allah, merajuk dan mintalah petunjuk kepada-Nya. Boleh bertanya kepada orang yang dianggap mampu memberikan pencerahan. Jalani terus hidup ini dan berusahalah untuk sekuat tenaga menikmatinya. Tidak perlu banyak komentar dan tengok kanan-kiri, nikmati saja, tawakal saja, nanti juga Allah yang tunjukin jalannya. Yakin, yang yakin sama Allah. 

Wallahu a'lam


Penulis  : Mamang M Haerudin (Aa)

Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Al-Insaaniyyah, 15 Februari 2023, 8.49 WIB

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel