Awal Mula Indramayu: Dari Pedukuhan Cimanuk ke Tanah Legenda

 

Awal Mula Indramayu: Dari Pedukuhan Cimanuk ke Tanah Legenda




Di ujung barat Sungai Cimanuk yang mengalir tenang, terbentang sebuah tanah yang dulunya hanya berupa pedukuhan kecil, sunyi, dan sederhana. Penduduk menyebutnya Pedukuhan Cimanuk, karena terletak tak jauh dari aliran sungai yang menjadi nadi kehidupan masyarakat pesisir utara Jawa. Meski tampak biasa, tanah ini menyimpan harapan besar yang kemudian menjadi pijakan awal lahirnya sebuah daerah yang kini dikenal luas: Indramayu.

Namun, nama Indramayu tidak hadir begitu saja. Ia bukan produk dari keputusan administratif modern, melainkan berasal dari kisah yang panjang dan penuh makna—kisah tentang keberanian, restu leluhur, dan warisan nilai-nilai luhur. Di balik nama itu, tersembunyi peristiwa penting yang melibatkan seorang tokoh legendaris: Wiralodra.

Wiralodra adalah seorang tokoh yang dalam berbagai naskah babad dan cerita rakyat dianggap sebagai pembuka wilayah Cimanuk pada awal abad ke-17. Ia datang dari Bagelen sebagai bagian dari pasukan Mataram yang diutus untuk menjaga batas barat wilayah Kesultanan Cirebon. Tugasnya tidak hanya strategis secara militer, tetapi juga penting secara sosial dan budaya: membuka lahan, membangun pemukiman, dan mengatur kehidupan masyarakat.

Kedatangan Wiralodra bukan semata misi kekuasaan. Ia membawa visi tentang sebuah tanah yang bisa berkembang menjadi pusat kehidupan baru. Dalam proses membuka belantara Cimanuk, ia bukan hanya menebang pohon atau membangun rumah, tetapi juga mendirikan peradaban—dengan nilai, tatanan, dan semangat kebersamaan. Masyarakat perlahan tumbuh, dan kehidupan mulai bergerak dinamis di pedukuhan yang ia bangun.

Namun titik balik dari kisah ini muncul ketika Wiralodra bertemu dengan sosok perempuan sakti yang tinggal di belantara: Endang Darma Ayu. Pertemuan mereka bukan peristiwa biasa. Darma Ayu dikenal sebagai perempuan bijak, memiliki kekuatan spiritual tinggi, dan sangat dihormati masyarakat sekitar sebagai penjaga alam dan nilai-nilai luhur. Dari pertemuan itu, terjadi dialog batin dan kesepakatan yang bersifat spiritual. Darma Ayu merestui pembangunan pemukiman dengan satu wasiat: jika wilayah ini berkembang menjadi negeri, hendaknya dinamai sesuai dengan namanya.

Wasiat itu diterima dan dihormati sepenuh hati oleh Wiralodra. Maka pada tahun 1610, pedukuhan yang awalnya bernama Cimanuk secara resmi dinamai Darmayu, yang merupakan kependekan dari Darma Ayu. Nama ini adalah bentuk penghormatan terhadap perempuan yang telah memberikan restu dan nilai-nilai luhur dalam pembangunan tanah tersebut. Seiring waktu dan perubahan pengucapan, Darmayu kemudian dikenal sebagai Indramayu.

Begitulah asal-usul Indramayu—bukan sekadar daerah administratif, tetapi tanah yang dibangun dari pertemuan sejarah, restu spiritual, dan semangat para leluhur. Sebuah tanah yang sejak awal telah ditakdirkan menjadi tempat penuh cerita dan kebanggaan bagi masyarakatnya.

Redaksi | Indramayutradisi.com

Akang Marta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel