NYI BLORONG DAN IPM INDRAMAYU
Mohon jangan mengait-ngaitkan cerita ini dengan seseorang, sebutan nama atau dalam era kekinian “nick name” yang penulis tulis bisa jadi ditemukan di daerah-daerah lain. Penulis sekedar menuliskan sepenggal kisah pilu dari sebuah pedalaman desa di Indramayu. Penulis tidak akan menyebutkan desa mana menghindari banyak dugaan berkaitan dengan nama. Kesamaan nama tidaklah mesti itu yang penulis tuju.
Orang-orang memangginya dengan sebutan
“Blorong”, entah itu sebutan dimulai dari mana, dari siapa. Mayoritas orang
kebanyakan jarang tahu namanya yang indah, disebutnya saja si Blorong.
Blorong tidak mengenyam pendidikan tinggi
tak tamat SD tapi dia bisa menulis dan membaca. Menginjak remaja kecantikan
Blorong menjadi daya pikat luar biasa. Seperti banyak gadis cantik di desanya
Blorong kemudian menjadi PSK (wong dermayu nyebut luruh duit). Karir Blorong di
dunia ini pekerjaan ini seperti banyak diduga banyak orang moncer sekali. Dari gadis
desa yang miskin, Blorong mulai mengumpulkan pundi-pundi harta secara cepat.
Makin lama bergelut dalam dunia
prostitusi Blorong belajar tentang hidup secara otodidak. Dia tercerahkan
menjadi pribadi yang lincah, licin dan pemberani. Kecerdasan dan kecantikan
Blorong menjadi ikon desa kecil tersebut. Blorong makin banyak dikunjungi
banyak orang desa yang lemah secara ekonomi saat itu. Banyak orang desa yang
butuh duit datang ke Blorong untuk sekedar meminjam karena kebutuhan makan.
Ibu-ibu desa sambil berkeluh kesah kehidupan ekonominya mengadu ke Blorong
bisakah hidupnya dibantu.
“Blorong … bisa kah agar hidup kami
bisa makmur seperti kamu itu?” ungkap seorang ibu
“Bisa ibu… nanti anak ibu suruh datang
ke saya ya…” sahut Blorong.
Atas banyaknya permintaan Blorong
mulai memutar otak bagaimana membantu banyak orang sesuai kemampuan yang ia
miliki. Berbagai kenalan ia hubungi, dari direktur, satpam, manajer hotel dan
lain-lain.
Blorong mulai menaikkan level
kapasitas menjadi PSK panggilan saja setelah dia banyak menghubungi banyak
orang. Tarifnya makin melambung tinggi, ketrampilannya makin di atas rata-rata.
Kecantikan dan keahliannya makin membuat ia tambah kaya raya.
Kini dia sering bolak-balik hotel
berbintang di Bandung, Jakarta dan kota-kota lainnya. Tujuan Blorong satu
bagaimana ia bisa membantu gadis-gadis desa bisa sukses dari segi ekonomi
sepertinya. Mulanya satu orang bisa dibantu, kemudian berpuluh gadis ikut
sukses juga sepertinya.
Makin terkenal Blorong rumahnya makin
ramai, makin banyak gadis-gadis yang cantik bercengkerama. Beberapa tentu
bersilaturahmi sebagai ungkapan terima kasih sudah dibantu. Beberapa yang lain
belajar bagaimana menjadi sukses.
Blorong Makin sukses menjadi mucikari
(orang dermayu menyebutnya germo) puluhan hotel berbintang dia jangkau, dia
makin banyak kenal dengan manajer hotel. Blorong adalah seorang yang makin
percaya diri, makin berani. Dia makin banyak kenal dengan manajer, advokat,
pejabat dan beberapa tentu oknum APH.
Masyarakat tentu menilai Blorong
sebagai orang yang bukan hanya cantik tapi baik hati. Alasan mereka sederhana,
Blorong lah yang mengentaskan mereka dari kemiskinan. Sudah ratusan orang yang
Blorong bantu, rezeki Blorong makin bertambah asetnya makin melimpah. Sawahnya
makin luas, rumahnya makin banyak. Setelah makin kaya Blorong mulai berfikir
tentang bagaimana menikmati kekayaan, bukan sekedar membantu banyak orang.
Di kampung tentu yang tersedia adalah hiburan
saat musim hajatan. Blorong mulai hadir dalam acara-acara hiburan rakyat biasa
seperti sandiwara, organ dan sebagainya. Bermula dari sawer, lama-lama Blorong
mulai masuk lebih dalam, seneng dalang sandiwara. Kesenangan menggaet dalang
sandiwara ini sebuah rasa ingin dihargai, dicintai, dan ingin dimengerti. Dia
tidak fikir panjang terhadap yang ia sukai ia siap membelikan apa saja. Buat
Blorong duit itu mudah dicari sementara kesenangan itu harus dinikmati.
Selain minum-minum di tempat hajatan,
kesenangan Blorong yang lain adalah berjudi. Dia siap berlama-lama berjudi
bersama banyak pria. Dia merasa enjoy sekali ketika berjudi, dia merasa bisa
fokus, merasa berfantasi, sesuatu yang jarang ia lalui. Dia bisa kuat 2 hari
berjudi tanpa pulang ke rumah. Dia selalu merasa ketagihan ketika sudah berada
di ruang judi.
Begitulah kisah hidup Blorong, ruang
prostitusi yang dia geluti sebagai pekerjaan mencari nafkah. Sudah beberapa
kali berganti suami, dia siap membeli siapapun untuk menjadi suami. Dia makin
sering berputar dari hotel ke hotel untuk mengantar gadis pesanan.
Semua resiko sudah dia jalani, semua
masalah telah ia lalui. Semua kasus hukum selalu bisa dia selesaikan dengan
uang. Baginya uang adalah panglima, hukum adalah rekayasa. Kenalannya yang
banyak orang besar bisa menyelesaikan semua persoalan, tentu saja asal ada uang.
Hari berganti hari kini usianya sudah
nenek-nenek, umurnya sudah 70an, namunnya samar-samar kecantikannya masih
terlihat. Sawahnya sudah habis dia jual untuk membeli laki-laki yang dia
senangi, rumahnya sudah ludes dia gunakan berjudi. Tapi dia masih sering
dikunjungi oleh banyak gadis-gadis cantik yang pernah ia bantu menjadi manusia
yang berharga di negeri indah ini.
Bagi beberapa orang Blorong telah
menaikkan kepercayaan diri, tingkat ekonomi masyarakat Indramayu. Semoga saja
spirit “Nyi Blorong” yang kini sudah renta menjadi pemicu pemangku kebijakan untuk
meningkatkan harkat martabat masyarakat Indramayu, syukur bisa menaikkan indeks
IPM menjadi signifikan. Terutama soal kesejahteraan, kalau tidak bisa maka bisa
jadi kualitas kita lebih rendah daripada Nyi Blorong.
Penulis : Yahya Ansori