KETEGANGAN METODE HISAB DAN RUKYAT

Pagi itu, sekitar tahun 1993-an, tahun dimana PBNU yang diketuai oleh KH. Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum, Aku masih tidur di bilik asrama Al Wustho kamar 1 Pondok Pesantren Kempek Cirebon Jabar. Tiba-tiba Aku dibangunkan oleh putra Habib Usman, Kang Ayip Hasan. 

"Tangiiii ...!", bentak Kang Hasan, "Gagian zakat fitrah !", teriak beliau di jendela kamarku.
Setelah mendengar teriakan Kang Asan, lamat-lamat telingaku mendengar suara KH. Musthofa Aqiel Siroj bertakbir (takbiran) keliling pondok, dan tentu saja setelah sowan atau berkonsultasi dengan Pengasuh Pondok, Walidiy KH. Umar Sholih Kempek Cirebon Jabar. Semua santri yang masih tidur, buru-buru bergegas bangun dan, satu yg diingat Aku dan teman-teman saat itu adalah : zakat fitrah.
"Asyiiikk raya an, horeee raya an ..", suara santri menggema di pondok. 

Tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari toa Asrama Darul Futuh, "Pengumuman, hari ini Lebaran, semua santri yg belum zakat fitrah, segara zakat fitrah, pelaksanaan sholat Idul Fitri akan dilaksanakan jam 11.00 siang ini, mohon disampaikan kepada santri-santri yang belum tahu. Demikian pengumuman".  Jam 11.00 an masjid pondok pesantren Kempek menyelenggarakan sholat Idul Fitri dan tentu saja bertindak sebagai imam dan khotib adalah Walidiy KH. Umar Sholih Kempek Cirebon Jabar.
Bada duhur, Aku dipanggil al mukarrom Buya KH. Jafar Aqiel Siroj, katanya "Wir Kamu pulang, beritahu Ayahmu hari ini sudah lebaran, HARAM hukumnya hari ini masih berpuasa", terang beliau.
Akupun pulang ke rumah di desa Tulungagung Kec. Kertasemaya Kab. Indramayu Jabar 25 KM dari pondok. Sampai di rumah jam 16.00 lebih. dan ternyata di rumah, di wilayah kami saat itu semua orang masih berpuasa, karena pemerintah menyatakan Lebaran itu lusa, dan ramadhan disempurnakan 30 hari.
 

Setelah membaca salam di pintu rumah, dijawab salam lalu dibuka pintu sama ibu, orang tua kaget, "loh wir, kok tidak berpuasa?!", Aku memang sengaja merokok, sesuai anjuran Buya Ja'far, "Wir Kamu pulang sambil merokok, biar orang-orang tahu hari ini sudah lebaran", katanya waktu itu.
Sebelum Aku menjelaskan sama ibu, terdengar suara Ayah, "Suruh masuk dulu Munawir nya Mi", kata ayah.


Lalu, sore itu Aku berdiskusi panjang dan hampir berdebat dengan Ayah perihal Haram dan tidak haram makan/minum di hari yang diyakini sudah ramadhan atau belum, sudah lebaran atau belum.
Diskusi atau hampir berdebat itu berlangsung sampai jelang maghrib.
Begitu masuk waktu maghrib, terdengar suara takbir di segala penjuru, Ayah bilang, "Ya sudah, ayo sekarang makan. Ayah dan Ibu makan buka puasa. Kamu makan malam", terang Ayah.
 

Dan di meja makan, suasana tegang debat masalah hisab dan rukyat pun selesai.
"Selamat menjalankan ibadah puasa bagi teman-teman yang sudah berpuasa, dan selamat bersiap-siap menjalankan puasa bagi teman-teman yang baru memulai puasa besok"


Penulis : KH. Munawir Amin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel