TULISAN PANJANG tentang BIOLA TUA AKHIR RAMADHAN

Alkisah di balai lelang Christie London digelar lelang barang-barang seni terbaik & termahal di dunia. Seorang juru lelang berpengalaman memimpin jalannya acara hingga larut malam.

Ratusan undanganpun nyaris tidak ada yang beranjak dari tempat duduk. Malam itu semua barang-barang lelang laku terjual dengan harga tinggi.

Namun di penghujung acara, sang juru lelang menemukan biola lusuh, kotor penuh debu di pojok panggung, dan tidak terdaftar dalam catatan buku lelang.

Sambil ogah-ogahan, sang juru lelang memegang biola itu dengan tangan kiri dan menawarkan kepada yang hadir.

Ternyata tidak ada satupun orang yang tertarik dengan biola itu, meski sang juru lelang sudah membuka dari harga yang paling rendah. Sampai akhirnya, ada seorang mahasiswa seni yang mengacungkan tangannya, menawar Biola itu dengan harga 100 US$.

Sang juru lelang langsung menyambutnya. “Bagaimana? Apa ada penawar lain? saya hitung sampai 3 ya.., Satu.. Dua..”

Tiba-tiba ada seorang kakek tua bertubuh tinggi, kurus, dengan rambut perak sebahu teriak keras: “SEBENTAAR..!! Boleh saya mainkan biolanya terlebuh dulu sebelum dijual..??”

Seluruh peserta lelang yang hadir kaget, karena ternyata sang kakek tua itu adalah maestro biola yang sudah sepuluh tahun menghilang, tak pernah tampil di depan publik.

Kakek itu berjalan menuju panggung. Tatapan matanya tajam seperti elang. Auranya sangat kuat, hingga membuat hampir semua yang hadir merinding.

Sesampai di atas panggung, sang kakek sambil membungkuk menerima biola dari tangan sang juru lelang yang juga ikut-ikutan penuh hormat menyerahkan biola.

Seketika semua yang hadir merasakan perubahan besar.. Biola itu menjadi begitu sangat berharga setelah berpindah tangan dari juru lelang ke tangan sang maestro biola.

Perlahan sang kakek memegang santun biola itu, sambil melirik ke dalam lobang tengah biola.

Sontak sang kakek terkejut, seketika matanya sembab. “Ternyata benar, ini Biola yang paling dicari itu. Saya sampai patah hati, malas tampil di semua event, setelah Biola ini dinyatakan hilang 10 tahun lalu.” Bisik sang kakek dalam hatinya.

Pelan-pelan sang kakek mengengcangkan senar biola itu satu persatu. Kemudian dia ambil senar gesek biolanya. Perlahan ia mulai memainkan Biola dengan penuh penghayatan dan cinta.

Pertama, dia mainkan biolanya pakai tangan kanan tanpa iringan lirik lagu dan musik lain.

Ketika suara biola mulai terdengar beberapa detik, sontak hadirin terperangah. Suara alunan biola itu seperti menebarkan aura kebahagiaan ke seluruh sudut ruang lelang, hingga sebagian orang tanpa sadar meneteskan air mata bahagia.

5 menit kemudian, biola itu ia pindahkan ke sebelah kanan, digesek pakai tangan kiri. Tiba-tiba suara biola itu membuat se-isi ruangan hanyut dalam kesedihan. Emosi penonton seakan diiris-iris, hingga tangis kesedihan sebagian besar penonton meledak.

Selanjutnya, permainan 5 menit ketiga, sang kakek memindahkan biola di posisi depan leher. Kali ini, suara gesekan biola sang kakek seperti menghipnotis suasana pertunjukan lelang menjadi semangat.

Tanpa sadar, satu persatu yang hadir di ruangan itu berdiri semangat berapi-api. Nafas penonton terengah-engah mengikuti suara biola yang seakan-akan sedang menyanyikan lagu semangat perjuangan.

Dan tiba-tiba suara biola itu dihentikan mendadak oleh sang maestro, ditarik ke atas, _ngeeiik..!!_

Nafas penonton seperti terputus. Suasana ruangan berhenti tanpa suara dalam beberapa detik.

Kemudian satu persatu penonton pun bertepuk tangan meriah sambil tetap berdiri, standing ovation.

Di tengah gemuruh tepuk tangan meriah, sang Kakek teriak. “Stop..!! saya tidak butuh tepuk tangan Anda..!! saya sudah bertekad pensiun dari dunia musik sejak 10 tahun lalu. Tapi saya terpaksa memainkan biola tua ini, karena saya tidak rela Biola karya terbaik guru saya, Anda hargai begitu murah..!!.”

Kemudian ia lanjutkan protesnya: “Anda tahu ini biola siapa? Ini adalah biola yang ketika hilang 10 tahun lalu, membuat saya patah hati, dan berhenti dari bermain musik. Ini biola yang mengantarkan saya dari mulai awal belajar, hingga menjadi musisi biola terkenal seperti sekarang (maestro biola), karena saya pakai biola guru saya ini..!! Saya tidak mungkin mampu membeli biola ini. Makanya, saya tidak rela, kalau biola ini hanya dihargai 100 US$..!!

Setelah itu, sang kakek menyerahkan biola itu kembali ke juru lelang dengan penuh hormat. Kemudian berjalan keluar ruangan tanpa kembali lagi.

Sang juru lelang, akhirnya memecah keheningan suasana dengan memberikan penawaran kembali kepada pengunjung untuk memberikan penawarannya.

Dimulai dari harga 100 US$ sesuai penawaran mahasiswa awal. Kemudian dari peserta lelang ada yang langsung menawar 10x lipatnya, 1000 US$, 5000 US$, bahkan 10.000 US$, dst.

Sampai akhirnya, tawaran tertinggi tembus di angka 100,000 US$ atau sekitar 1,4 Milyar rupiah!!

Ruangan mendadak riuh dan gaduh, mereka shocked (terkejut heran), kok bisa?! biola kotor-jelek yang hampir dijual obral 100 US$ itu, setelah dipegang dan dimainkan sang kakek, tiba-tiba dalam hitungan menit bisa laku terjual 100.000 US$. It's Amazing..!!

Pertanyaannya, ada berapa banyak saudara-saudara kita di luar sana yang bernasib seperti biola itu? lusuh berdebu tak terawat dan nyaris tidak berharga sama sekali, bahkan sebagian orang menyebutnya dengan julukan: sampah masyarakat.!!

Mereka adalah pemuda-pemudi putus asa mencari kerja, keluarga-keluarga prustasi korban pandemi, orang-orang yang terlecehkan karena lilitan hutang, stress ingin bunuh diri, menjadi gelandangan terkena PHK dll dst.

Di bulan agung ini, mestinya kita belajar untuk memiliki hati dan visi sang Maestro, karena orang-orang yang tak berdaya itu sesungguhnya adalah makhluk-makhluk terbaik ciptaan Tuhan. Mereka digadang-gadang sebagai maha karyaNya. _“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”_ (QS. Attien: 4).

Bahkan dalam QS. Albaqarah: 30 ditegaskan, _"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."_ dst.

Yuk kita bantu mereka dengan menyisihkan energi, ilmu, atau sebagian harta yang kita miliki untuk menjadikan mereka berharga milyaran, bukan makhluk murahan, (salah satunya) melalui program HoPES, holistic person empowerment system, peta jalan pemberdayaan diri pada 7 dimensi kehidupan manusia. Wallahu a'lam.. 


Penulis : Dr. Syarif Thayib

 Lembaga Amil Zakat Al Madina, 27 Ramadhan 1443 H.*

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel