Tadarus Al-Quran : Berdialog dengan Allah Subhanahu Wata’ala

Kita percaya dan yakin bahwa Allah Subhanahu Wata’ala itu Maha berbicara. DIA adalah Dzat yang selalu berfirman. Ada banyak kode yang dipakai oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam berkomunikasi ini. Qola, kallama, auhayna, washshoyna adalah beberapa contoh kode yang dipakai oleh Allah dalam menyampaikan atau menyalurkan maksud dan tujuan-Nya.

Di dalam ayat 82 surat Yasin yang sering kita baca Allah Subhahu Wata’ala mengemukakan diri-Nya :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذآ أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ (يس : ۸۲)
82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.
Ayat 82 surat Yasin ini dapat difahami bahwa Gusti Allah Subhanahu Wata’ala itu mempunyai kehendak atau keinginan. Meskipun para Ulama Asy’ariyah tidak mau mendefinisikan pengertian kehendak dan keinginan Allah Subhanahu Wata’ala itu, tetapi paling tidak terdapat satu gambaran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala itu memiliki kemauan.
Untuk mengemukakan kemauan-Nya tersebut, tentu saja Allah Subhanahu Wata’ala menggunakan kode, rumus, atau tanda dalam menyampaikannya. Kode, atau rumus, atau tanda yang dipakai oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk menyampaikan maksud dan tujuannya itu disebut AYAT dan dalam jumlah yang banyak disebut dengan AL-QURAN.
Berdasarkan penjelasan ini, didapat satu pemahaman bahwa Al-Quran adalah kumpulan kemauan atau kehendak Allah Subhanahu Wata’ala. Bila Allah marah, kemurkaan-Nya dituangkan di dalam Al-Quran. Bila Allah senang, kegembiraan-Nya ditulis di dalam Al-Quran. Bila Allah ingin merayu, rayuan-Nya pun ditorehkan di dalam Al-Quran. Bila Allah mengancam, berjanji, membimbing, menggertak, menyanjung, dan lain lain, semuanya dirangkum di dalam Al-Quran.
Salah satu contoh kehendak Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Quran yang menggambarkan tentang kemarahan Allah SWT adalah surat ‘Abasa ayat satu sampai ayat sebelas :
عَبَسَ وَتَوَلَّى (۱) أَنْ جَآءَهُ الأَعْمَى (۲) وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (۳) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (۵) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلاَّ يَزَّكَّى (۷) وَأَمَّا مَنْ جَآءَكَ يَسْعَى (٨) وَهُوَ يَخْشَى (۹) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (۱۰) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (۱۱)
“ 1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, 2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya. 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), 4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, 6. Maka kamu melayaninya. 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). 8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), 9. Sedang ia takut kepada (Allah), 10. Maka kamu mengabaikannya.11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, “
Orang buta yang dimaksud dalam surat ‘Abasa ini adalah Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallama untuk meminta ajaran-ajaran tentang Islam, lalu Rasulullah Shallallahu Aalayhi Wasallama bermuka masam dan berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum.
Kenapa Rasulullah Shallallalu Alayhi Wasallama bermuka masam dan berpaling?, ternyata beliau sedang menghadapi tokoh-tokoh penting suku Quraisy dengan harapan agar mereka mau masuk Islam. Turunlah surat Ini sebagai teguran kepada Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallama.
Redaksi kalla, sekali-kali jangan !, pada ayat 11 di atas adalah sebuah kode tidak suka dari Allah Subhanahu Wata’ala kepada Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallama. Membaca Al-Quran dalam hal ini adalah surat ‘Abasa, seakan-akan kita melihat bagaimana Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallama dimarahi oleh Allah SWT. Begitu pula surat-surat yang lain di dalam Al-Quran, mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Qul a’udzu birobbinnas semuanya adalah ungkapan kehendak dan kemauan Allah Subhanahu Wata’ala.
Dengan kata lain, bila kita membaca Al-Quran, kita akan menemukan bimbingan Allah Subhanahu Wata’ala. Bila kita hayati Al-Quran, kita akan menemukan banyak sekali kehendak dan kemauan Allah Subhanahu Wata’ala. Bila kita melakukan kegiatan tadarus Al-Quran, itu artinya kita sedang berdialog dengan Allah Subhanahu Wata’ala, karena tadarus Al-Quran atau membaca Al-Quran itu seperti mengajak bicara Allah Subhanahu Wata’ala. Tadarus Al-Quran sama seperti berteman dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Membaca Al-Quran seperti sharing atau saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Membaca Al-Quran sama saja dengan seorang hamba yang mempersiapkan segalanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala, matanya, lisannya, telinganya, akalnya, badannya, jiwanya, dan hatinya sebagai tempat curahan kehendak, tempat limpahan keinginan dan kemauan Allah Subhanahu Wata’ala.
Luar biasa, benar-benar luar biasa. Tidak heran kalau para pembaca Al-Quran kelak di hari akhir akan mendapat syafaat atau pertolongan dari Al-Quran.
Semoga di bulan ramadhan ini, di bulan turunnya Al-Quran ini, kita masih giat untuk tadarus Al-Quran atau membaca Al-Quran, sehingga kita dapat mengetahui apa kehendak dan kemauan Allah Subhanahu Wata’ala, semoga. Amin.
Demikian, wallahu A'lam.

Penulis : KH. Munawir Amin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel