Perang Kedongdong: Saat Dermayu Melawan Penjajahan

 

Perang Kedongdong: Saat Dermayu Melawan Penjajahan



Sejarah Darmayu—yang kini dikenal sebagai Indramayu—tak hanya dipenuhi dengan kisah pembangunan dan keteladanan para leluhur. Di balik nama besar Wiralodra dan Darma Ayu, tersembunyi pula lembaran sejarah yang penuh dengan pergolakan dan perlawanan. Salah satunya adalah peristiwa besar yang mengguncang wilayah ini pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19: Perang Kedongdong, yang dipimpin oleh tokoh karismatik rakyat, Bagus Rangin.

Bagus Rangin bukan bangsawan atau pejabat kerajaan. Ia lahir dari rahim rakyat jelata, namun memiliki tekad luar biasa dalam menentang penjajahan. Gerakan perlawanan yang ia pimpin bermula dari hutan Bantarjati, wilayah terpencil yang kemudian menjadi basis perjuangan. Dari sana, semangat perjuangan merambat ke berbagai daerah, mulai dari Pemayahan, Kedongdong, Subang, Karawang, hingga Pegaden. Api perlawanan tak bisa dibendung. Dermayu dan wilayah sekitarnya pun berubah menjadi medan pertempuran.

Puncak dari perlawanan ini dikenal dalam sejarah sebagai Perang Kedongdong. Sebuah konflik besar yang mengguncang wilayah Cirebon dan Dermayu, memakan banyak korban jiwa, serta menyedot sumber daya masyarakat secara besar-besaran. Namun, di balik kehancuran itu, Perang Kedongdong menjadi simbol penting—sebuah penanda bahwa rakyat Dermayu tidak diam dalam menghadapi penindasan kolonial. Mereka bangkit, melawan, dan menunjukkan bahwa tanah ini tidak mudah dijajah begitu saja.

Catatan tentang peristiwa ini bahkan terekam dalam dokumen kolonial, salah satunya dalam laporan Van Der Kemp, seorang pejabat Belanda yang menyebutkan bahwa perlawanan Bagus Rangin berlangsung pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels dan Letnan Gubernur Raffles. Perlawanan itu terjadi pada masa transisi kekuasaan kolonial antara Belanda dan Inggris di tanah Jawa, menjadikan perjuangan Bagus Rangin sebagai salah satu bentuk resistensi rakyat di masa kekacauan kolonial.

Hingga hari ini, nama Bagus Rangin terus dikenang dalam berbagai diskusi sejarah dan seminar. Banyak sejarawan dari wilayah Cirebon, Subang, dan Indramayu yang sedang mengusulkan agar ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Langkah ini bukan semata bentuk penghargaan, tetapi juga upaya menempatkan kembali perjuangan lokal dalam konteks sejarah nasional.

Perjuangan Bagus Rangin adalah cermin dari keberanian rakyat kecil. Ia bukan hanya kisah tentang senjata dan perang, tetapi juga tentang harga diri, cinta tanah air, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa sejarah Dermayu tidak hanya dibentuk oleh para pembuka tanah, tetapi juga oleh mereka yang berani berdiri melawan ketidakadilan—meski harus bertaruh nyawa.

Perang Kedongdong bukan sekadar pertempuran. Ia adalah suara rakyat Dermayu yang menggema hingga hari ini.

Redaksi | Indramayutradisi.com

Akang Marta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel