Tradisi yang Hidup: Jejak Babad Dermayu dalam Budaya Indramayu
Tradisi yang Hidup: Jejak Babad Dermayu dalam Budaya Indramayu
Jejak sejarah dan legenda yang tertulis dalam Babad Dermayu tidak
berhenti sebagai kisah yang dibacakan di ruang seminar atau disimpan dalam
lembaran tua. Ia hidup, tumbuh, dan terus berdenyut dalam tradisi masyarakat
Indramayu hingga hari ini. Sejarah itu bukan sekadar masa lalu yang dibekukan,
melainkan akar yang menumbuhkan jati diri masyarakat dan menjadi pedoman moral
dalam menghadapi zaman.
Setiap tanggal 7 Oktober,
masyarakat Indramayu memperingati Hari
Jadi Kabupaten Indramayu, yang merujuk pada momen penting saat Wiralodra mendirikan pedukuhan
Darmayu. Peristiwa ini tidak hanya diperingati sebagai acara seremonial,
melainkan menjadi bentuk penghormatan kolektif terhadap awal mula daerah,
terhadap perjuangan tokoh-tokoh pendiri, dan terhadap nilai-nilai luhur yang
mereka tinggalkan. Upacara, kirab budaya, pementasan seni, hingga ziarah ke
makam-makam leluhur menjadi rangkaian yang memperkuat koneksi antara generasi
kini dan sejarahnya.
Di berbagai desa, nama-nama tokoh
seperti Ki Jebug Angrum, Ki Gede Balongan, hingga Nyi Mas Ratu Junti
masih akrab di telinga masyarakat. Mereka tidak hanya disebut sebagai bagian
dari sejarah, tetapi juga dihadirkan dalam doa dan ritual keagamaan, khususnya saat haul atau
kegiatan adat lainnya. Makam-makam para tokoh ini dirawat dan dijadikan tempat
peziarahan, sebagai bentuk penghormatan terhadap para pendahulu. Kegiatan ini menjadi
pengingat bahwa keberadaan hari ini tak lepas dari pengorbanan dan keteladanan
masa lalu.
Salah satu tempat paling penting dalam ritual spiritual masyarakat Indramayu
adalah Astana Gunung Sembung
di Cirebon. Di sinilah sejumlah tokoh dari naskah Babad Dermayu
dimakamkan, menjalin keterhubungan erat antara Indramayu dengan Cirebon, baik
secara historis maupun spiritual. Tempat ini menjadi magnet ziarah, tempat
bertemunya jejak Islam, budaya pesisir, dan warisan leluhur Jawa yang saling
terjalin.
Sementara itu, kisah tentang Endang
Darma Ayu—meski dalam catatan sejarah tidak selalu rinci—hidup
kuat sebagai simbol perempuan sakti dan pemersatu. Nilai-nilai yang melekat
padanya seperti kesetiaan,
kebijaksanaan, keikhlasan, dan kekuatan batin menjadi bagian
dari etos hidup masyarakat Indramayu. Ia bukan hanya tokoh legenda, tetapi juga
cerminan dari nilai-nilai perempuan Jawa yang menjadi penyeimbang dalam tatanan
kehidupan.
Masyarakat Indramayu menjadikan warisan ini bukan sebagai beban sejarah,
melainkan sebagai identitas kultural.
Ia hadir dalam nama jalan, nama sekolah, dalam cerita rakyat yang terus
diceritakan ulang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan selama tradisi
ini tetap dijaga, maka selama itu pula semangat Babad Dermayu akan
terus hidup, membimbing Indramayu melangkah ke masa depan dengan teguh pada
akar sejarahnya.
Redaksi |
Indramayutradisi.com
Akang Marta