Ads

Melawan Obsesi "Ngebut" dengan Ilmu Pernapasan Leluhur

 

Melawan Obsesi "Ngebut" dengan Ilmu Pernapasan Leluhur

Oleh: Kang Fuad



Krisis Energi di Tubuh Milenial

Jika ada satu penyakit yang melanda generasi milenial, itu bukanlah penyakit fisik semata, melainkan krisis energi. Dalam laju kehidupan yang serba tertekan ini, kita didorong untuk stres secara administratif—obsessi terhadap produktivitas, ketakutan akan ketinggalan zaman (Fear of Missing Out), hingga akhirnya membuat energi internal kita terus-menerus terlimitasi.

Para ahli energi menyebutkan, 40 persen energi hidup kita dipakai untuk fungsi organ tubuh, 20 persen untuk pikiran dan perasaan, dan sisanya untuk bekerja (makaryo). Masalahnya, ketegangan dan stres yang dirancang oleh kehidupan modern—di mana kita didorong untuk terus "ngebut"—membuat alokasi energi ini kacau.

Energi yang seharusnya digunakan untuk keselarasan berpikir dan merasa, terambil habis. Akibatnya, pikiran dan perasaan menjadi goyah, memicu depresi, dan lebih jauh lagi, mengambil energi vital yang seharusnya menjaga sistem tubuh. Inilah ironi peradaban modern: kita sendiri yang mendesain jalan menuju penyakit kronis.

Pelajaran dari Napas Malam Hari

Di tengah kekacauan ini, kita patut menengok kembali kebijaksanaan leluhur, terutama dalam ilmu pernapasan. Ilmu kuno mengajarkan bahwa tubuh kita adalah medan magnet, dan teknik menahan napas (nahan pirang detik) bertujuan untuk menekan aktivitas agar energi tubuh naik dari bawah.

Ini bukan sekadar ritual mistis, melainkan ilmu terapan.

Leluhur kita menggunakan waktu malam hari untuk berlatih pernapasan karena ada alasan hormonal yang rasional. Pada malam hari, tubuh memproduksi melatonin lebih banyak—hormon yang dibutuhkan untuk kesegaran dan peremajaan tubuh. Ketika latihan pernapasan dilakukan di malam hari, terutama dalam ruangan gelap, produksi melatonin ini dioptimalkan, membuat tubuh jauh lebih "rasulullah" (segar, optimal).

Ini menunjukkan bahwa ketika leluhur menyuruh kita untuk fokus pada napas di waktu-waktu tertentu, itu adalah kecerdasan leluhur dalam memanfaatkan biologi tubuh. Bukan sekadar isapan jempol atau ritual tanpa dasar.

Menarik Energi dari Bawah

Namun, ada kekeliruan fatal dalam praktik pernapasan yang beredar luas saat ini. Menurut beberapa praktisi, banyak yang meninggalkan latihan pernapasan karena mengalami masalah fisik, seperti ambeien atau pembuluh darah. Ini terjadi karena latihan diarahkan kepada aspek kawisesan (kekuatan supranatural), di mana energi ditarik dan ditahan di bawah lalu dinaikkan secara paksa, naik-turun, yang berpotensi merusak sistem.

Padahal, esensi pernapasan yang benar adalah menahan napas dalam kondisi energi stabil, tidak langsung naik turun. Semakin lama tubuh bisa bertahan dalam kondisi energi terkumpul (medan magnet di kutub selatan tubuh), semakin besar manfaatnya untuk kesegaran, bukan sekadar untuk kesaktian.

Intinya adalah manajemen energi: menyedot, menahan, dan mengeluarkan dengan kesadaran. Bukan memaksakan diri mencapai "salam trans mental" atau menargetkan cakra-cakra di wajah.

Mendapatkan Pembimbing, Mengakhiri Stres

Dalam konteks milenial, pernapasan ini adalah alat untuk mengelola stres administratif. Ketika energi kita terus terkuras oleh pikiran dan perasaan, kita rentan terhadap ketakutan (suka ketakutan njerone awak dewe).

Kembalinya pada disiplin pernapasan adalah cara untuk memastikan energi yang 40 persen untuk fungsi organ dan 20 persen untuk pikiran/perasaan tidak saling mencuri.

Oleh karena itu, praktik ini perlu dijalankan dengan benar. Diperlukan pembimbing yang memahami filosofi dan teknisnya agar tidak salah kaprah. Jangan sampai niat mencari kesegaran, justru berujung pada cedera fisik.

Kita harus mulai menyadari: kehidupan milenial yang mendesak kita untuk selalu tegang dan mengejar obsesi hanyalah desain yang menguras energi. Kebijaksanaan leluhur menawarkan jalan keluar: menata ulang pernapasan, menyeimbangkan energi, dan melawan laju yang mengarah pada depresi dan penyakit.

Kita tidak bisa terus-menerus membiarkan kehidupan ini mengambil energi yang kita butuhkan untuk kesehatan dan kebahagiaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel