ABAH JAHID SANG PAWANG HUJAN DARI INDRAMAYU

Pawang hujan itu dekat dengan kita jika musim hujan, tentu tidak menarik membincang pawang hujan ketika musim kemarau. Berkenaan dengan soal pawang hujan yang sedang ramai, saya sekedar membincang cerita kawan saya yang berprofesi sebagai pawang hujan.


Kawan saya ini bernama Mujahid, dari namanya saja jelas beliau ini orang islam yang serius dengan keislamannya. Kang “Jahid” biasa saya memanggil adalah orang yang senang sekali bergaul. Sejak muda saya mengenal beliau sebagai seorang yang pemberani. Beliau pernah menjadi ketua Garda Bangsa kabupaten Indramayu.

Ketika saya tanya dari mana beliau dapat ilmu kanuragan memindahkan hujan, beliau menjawab dari hasil riyadoh atau tirakat. Tirakatnya tidak sembarangan harus puasa 21 hari berturut-turut, buka puasanya pun hanya waktu magrib sampai isya saja, jadi puasa siang malam.

Beliau mendapatkan amalan ini dari ayahnya Abdul Wahid, ayahnya dari Kakeknya seorang pentolan Darul Islam yang sakti era itu. “Ritual memindahkan hujan sejatinya hanyalah sebuah ikhtiar berdoa, hanya saja memang dengan tirakat dan riyadloh mudah-mudahan itu diijabah”. Jelas kang Jahid.

Ada beberapa macam media untuk melakukan ritual ini, bisa dengan membakar dedak, sapu lidi atau bahkan bisa dengan rokok sebagai media untuk membakar. Tapi kang Jahid menjelaskan yang lebih penting dari semuanya adalah hati yang terus berdoa.

“Kakek saya ini keturunan Demak kang, soal riyadloh dan tirakat ini adalah pesan orang tua, mudah-mudahan saja ada manfaatnya.” Pungkas Abah Jahid. Tiap orang memang punya keistimewaan masing-masing, termasuk kawan saya kang Mujahid ini. (Yahya)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel