KH. Imron Rosyadi Ketum PP GP Ansor era 1950-an asal Indramayu (Bagian 2)

Latar Belakang Kehidupan

KH. Imron Rosyadi terlahir dari keluarga keturunan NU tulen. Ayahnya bernama KH Abdullah dan ibunya Hj. Ratu Salichah, memiliki empat orang puteri, dan seorang putera yang paling bungsu adalah Imron Rosyadi. Seorang di antara kakaknya KH. Imron Rosyadi yang bernama Hj. Chasanah Mansur pernah menjadi Sekretaris Umum Pucuk Pimpinan Muslimat NU yang berkedudukan di Jakarta yang secara keluarga memang sudah memiliki DNA Nahdlatul Ulama.

Awalnya Imron Rosyadi muda belajar di sekolah rakyat (HIS) di Bandung, pemuda yang lahir tahun 1916 melanjutkan pendidikan tingkat menengah MULO, suatu lembaga pendidikan zaman Belanda yang modern dan maju. Di sekolah ini di ajarkan lima bahasa asing, karena itu lulusannya rata-rata menguasai bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman di samping bahasa Indonesia. Walaupun belajar di sekolah Belanda, namun ia tetap bercita-cita menjadi orang yang berpengetahuan terutama memperdalam agama Islam. Karena itu dia belajar di Pondok Pesantren Jamsaren Solo dan Madrasah Rabithah Alawiyah di kota yang sama. Tamat MULO, Imron Rosyadi yang ketika itu berusia sekitar 25 tahun memiliki semangat juang yang tinggi.

Ia ingin berkeliling dunia, tetapi orang tuanya kurang berkenan, karena rencana itu membutuhkan biaya yang amat banyak yang tidak bisa ditanggung oleh orang tuanya. Karena ketekadan dan semangat Imron Rosyadi muda menuntut ilmu ke luar negeri sangat tinggi, terutama negara-negara Timur Tengah pantang bersurut. Dengan segala daya dan upaya dia mencobasalah satunya dengan menyamar sebagai awak kapal angkutan barang.(NU Online, 2006)

Namun di tengah pelayaran ternyata ia tertangkap oleh nakhoda kapal, akhirnya ia diturunkan di Singapura, walaupun demikian ia tidak tampak gelisah karena sudah meninggalkan negaranya apalagi dia sudah memiliki sejumlah uang dan menetap untuk beberapa lama di kota dagang itu. Sambil terus mengatur siasat, Imron melanjutkan pengembaraan ke Kuala Lumpur Malaysia. Di sana pun seperti itu, sambil menghimpun kekuatan, ia melanjutkan perjalanan ke Islamabad Pakistan, kemudian ke India hingga akhirnya sampai di Baghdad Irak. Dari sana mendapatkan mengenyam pendidikan perguruan Tinggi dengan mendapatkan gelar LLB. Lalu mengikuti penyesuaian di Universitas Indonesia menjadi Meester in de Reecthten, disingkat Mr atau SH dalam istilah sekarang, kemudian beliau menjadi Rektor Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya sejak 1977.

Dengan semangat juangnya yang tinggi dan tidak pernah putus asalah semua cita-cita-Nya dapat terlaksana, namun menurut KH. Sayuti, Imron Rosyadi tidak memiliki anak dan istrinya meninggal terlebih dahulu sebelum KH. Imron Rosyadi wafat. ia wafat di kota Bandung pada tahun 1993 karena sakit (saat itu KH. Sayuti mengiringi pemakaman KH. Imron Rosyadi di Bandung).(Sujati, 2020) Dimakamkannya Imron Rosyadi di Bandung bukan di Indramayu dikarenakan Bandung adalah kota kelahiran isteri yang disayanginya dan menginginkan agar dimakamkan bersama dengan istrinya.

Adapun secara organisasi, Istri KH. Imron Rosyadi juga aktivis dan pernah menjadi ketua/penasihat Muslimat NU, yaitu Hj. Chadidjah Imron Rosyadi. Sang isteri adalah salah seorang puteri dari Bupati Bandung yang saat dinikahi KH. Imron Rosyadi merupakan sosok yang sangat terpandang di bumi Parahiyangan. KH. Imron Rosyadi kebetulan tidak dikaruniai putera atau puteri, sehingga bisa berkarir di Departemen Luar Negeri, di NU maupun di Parlemen secara lebih intensif, namun bukan berarti tidak memiliki asuhan, sebab ia punya anak angkat yang cukup banyak dan mereka di didik seperti anak-anaknya sendiri, disekolahkan hingga perguruan tinggi. Warisan hartanya tidak banyak, selain sikap kejujuran dan kejuangan serta keteguhan pendiriannya yang bagaikan batu karang. Kedalaman ilmunya terbukti dari banyaknya buku-buku pengetahuan agama dan kitab-kitab kuning yang dimilikinya dan kini sudah dihibahkan kepada salah satu perguruan Islam di Jakarta.(NU Online, 2006)

(Bersambung ke bagian 3)


Baca bagian 1 DISINI

Baca bagian 3 DISINI

Baca bagian 4 DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel