Azab sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah pada Manusia


"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku "
(Q.S. Al-Dzâriyat ayat ke56)

Penghambaan kepada Allah swt adalah fitrah manusia, dan pemenuhan balasan dari penghambaan manusia adalah hakikat dari sang Khalik. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, suatu ketika Mu’az bin Jabal membonceng Rasulullah dalam suatu perjalanan.

“Wahai Mua'dz bin Jabal.”

“Ya wahai Rasulullah! saya penuhi pangilan anda,” jawab Mu’az

“Apakah engkau tahu apa hak Allah atas para hamba?” tanya Rasulullah

“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,” sahut Mu’az

“Hak Allah atas para hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun,”sabda Rasulullah.

Dialog pun berhenti sejenak, sampai kemudian Rasulullah bertanya kembali kepada Mu’az: “Apakah engkau tahu hak hamba atas Allah, jika mereka melakukan itu?”

“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,” jawab Mu’az

“Hak para hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengazab mereka.” Sabda Rasulullah saw.

Jika berbicara tentang “hak” maka kita sering memahaminya sebagai sesuatu yang harus dipenuhi pada sesuatu atau seseorang. Misalnya yang sering kita dengar adalah hak asasi manusia, yakni sesuatu yang harus dipenuhi pada diri manusia oleh manusia lainnya, atau dalam cakupan yang lebih spesifik masyarakat atau negara. 

Dengan demikian pemenuhan hak mengandung pengertian sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Namun apakah “hak Allah” juga mengandung pengertian yang senada, mengingat Allah swt adalah Yang Maha Segalanya. 

Kita tidak mungkin mengatakan bahwa hak Allah adalah sesuatu yang diinginkan oleh Allah, karena keingin sangat dekat dengan kebutuhan, padalah Allah swt tidak membutuhkan apa pun, karena Dia adalah yang Maha Berkuasa atas segalahnya. 

Ibadah yang dilakukan manusia kepda-Nya bukanlah karenana Allah membutuhkannya, karena tanpa seorang pun manusia beribadah kepada Allah, tidak akan mungkin mengurangi kekuasaan-Nya. Dengan demikian “hak Allah” adalah kebenaran yang niscaya melekat pada Dzat Allah itu sendiri, tanpa dikurangi atau ditambah dengan atau oleh siapa pun. 

Jika manusia mengetahui hak Allah dengan sebenar-benarnya, bahwa Dia adalah yang Maha Segalanya, maka manusia memiliki hak untuk menjadi hamba-Nya, atau dalam pengertian lain sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa mahluk Allah khusunya manusia adalah merupakan hamba-Nya. 

Dengan demikian hak Allah adalah sebuah keharusan manusia untuk beribadah atau menghamba kepada-Nya. Bukan Allah yang membutuhkan ibadah manusia namun manusialah yang membutuhkan untuk beribadah kepada-Nya.

Beribadah atau tidaknya hamba Allah kepada-Nya tidak akan mempengaruhi curahan rahmat-Nya. Namun pengingkaran akan penghambaan kepada Allah dengan cara mensekutukan-Nya dengan sesuatu selain-Nya akan menyebabkan terjadinya azab bagi manusia itu sendiri. 

Azab adalah sebuah keadaan atau situasi di mana manusia dipaksa untuk kembali mengingat Allah swt. sebagai sang Penciptanya. Dikarenakan proses pengingatan akan kehambaan ini dilakukan secara paksa, maka azab dalam prosesnya sangat menyakitkan. 

Azab adalah bukti cinta Allah kepada hamba-Nya, karena itu jika kita mau mencoba memahami dan membuka mata hati kita, maka pada hakikatnya proses azab bukanlah suatu penyiksaan yang dilakukan Allah kepada manusia. 

Kita ketahui bersama bahwa sifat Allah yang paling utama adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, maka dengan demikian azab Allah juga merupakan bentuk dari kasih sayang Allah kepada manusia. Pemahaman bahwa Allah selalau memancarkan cahaya cinta-Nya kepada manusia akan lebih mudah bagi manusia untuk selalu berfikir positif. 

Salah satu contoh yang paling dekat dengan kita adalah apa yang dilakukan oleh orang tua kita. Setiap orang tua yang baik tidak selamanya memanjakan anak-anaknya, adakalanya mereka bersikap tegas dan menghukum anak-anaknya, namun hukuman bagi sang anak tidak bermaksud untuk menyakiti dan membuatnya menderita, karena hukuman yang diberikan kepda sang anak adalah wujud dari rasa cinta dan sayang orang tua kepada anaknya, serta demi kesempurnaan kepribadian si anak itu sendiri. 

Begitu pun Allah swt, memberi azab kepada manusia dikarenakan Dia menyayangi manusia dan demi pencapaian manusia pada maqam yang lebih baik. Barang siapa dari hamba Allah yang mampu melewati azab-Nya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya maka dia termasuk orang yang paling beruntung.


Penulis : Frenky Mubarok, dosen STAIS Dharma Indramayu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel