KH. Imron Rosyadi Ketum PP GP Ansor era 1950-an asal Indramayu (Bagian 4)

Tatkala KH. Imron Rosyadi menjadi ketua GP Ansor pada 1953, di tahun yang sama salah satu tokoh terbaik NU mengalami kecelakaan di daerah Ciminde, Cimahi Jawa Barat. 


Hal ini menjadi berita yang paling menyedihkan pada waktu itu, bagaimana tidak tokoh utama, usianya masih muda meninggal dunia. Banyak sekali pejabat-pejabat NU yang berdatangan mengucapkan belasungkawa tidak terkecuali KH. Imron Rosyadi. Dalam tulisannya Aboebakar Atceh tentang “Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim” Menteri Agama RI KH. Wahid Hasyim Meninggal, dunia KH. Imron Rosyadi yang waktu itu menduduki posisi ketua PP GP Ansor bersama R. Soenarjo mantan Menteri Dalam Negeri, M. Zainul Arifin Mantan Wakil II Perdana Menteri kabinet Ali Sastroamidjojo, dan S. Abdullah Gathmyr anggota DPR RI. Memberikan sambutan berita wafat KH. Wahid Hasyim di Cimahi pada Hari Ahad, 19 April 1953. 

Berikut ini kutipannya:

“Pada hari wafatnya Almarhum, nyata benar masyarakat Indonesia, terutama di Ibukota yang lebih dahulu mendengar beritanya, bersedih dan berkabung, mengenangkan hilangnya seorang pemimpin besar yang dihormati kawan dan lawan, seorang pemimpin berakhlak lemah lembut, luas pergaulan, dan penuh toleransi. Banyak pemimpin Islam dan yang lain, dimana hayat almarhum, terang-terangan memuji beliau dengan kata-kata yang sangat muluk antaranya menyaksikan dengan tegas bahwa Kementrian Agama RI yang pada permulaan hidupnya Cuma mempunyai kantor yang amat sederhana dan beberapa lembar kertas tulis saja, atas jasa dan keuletan KH. A. Wahid Hasyim lantas dapat menjelma tersusun menjadi satu kementrian yang teratur.”(Atjeh, 2015, hlm. 994–995)

Sejak bebas dari penjara karena kebijakan represif Presiden Soekarno, KH. Imron Rosyadi langsung melejit menjadi Ketua IV PBNU dalam Muktamar NU di Bandung (1967), menjadi Ketua III dalam Muktamar Surabaya (1971) dan menjadi Ketua III dalam Muktamar NU di Semarang tahun 1979. Pada tahun 1967 KH. Imron Rosyadi menjadi Pengurus Besar Partai Nahdatul Ulama bagian ketua IV Tanfidziyah

KH. Imron Rosyadi, merupakan putra daerah pertama dari kalangan pelajar/ intelektual yang bergabung dengan NU. Bergabungnya dengan NU merupakan salah satu khidmatnya kepada organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia dengan jumlah penganutnya. Namun, untuk mencapai karir yang melejit tidak dengan cara yang instan dan tidak dengan mudah mengembalikan tangan tetapi membutuhkan kerja keras dan sikap pantang menyerah walaupun keadaan lingkungan sekitarnya tidak mendukung.

Karena didukung dengan tekat, tujuan yang kuat, disertai doa dari orang-orang terdekatnya akhirnya KH. Imron Rosyadi bisa mencapai keinginannya menuntut ilmu di luar negeri. Pengalamannya sewaktu menimba ilmu di Baghdad Irak serta ketika diamanahkan menduduki jabatan Duta Besar Arab Saudi dan Duta Besar di Swiss menjadikan NU mencari tokoh-tokoh intelektual yang bisa menjadi pemimpin NU terutama ketika NU memutuskan keluar dari Masyumi dan mendirikan Partai NU berdasarkan Muktamar NU ke-19 di Palembang pada 1952. Dampak dengan keluarnya NU dari Masyumi maka NU sangat membutuhkan tokoh-tokoh terutama yang berpendidikan tinggi untuk masuk ke dalam structural NU. Hal ini terbukti saat NU merangkul KH. Imron Rosyadi langsung diamanahkan menjadi ketua GP Ansor pada 1953.

Sangat wajar apabila kita meneladani dan mencoba merekonstruksi riwayat perjalanan singkat KH. Imron Rosyadi yang menjadi kebanggaan warga NU Indramayu. Bahwasanya kita juga bisa menjadi orang yang berpengaruh dan memiliki andil yang tinggi di NU asalkan kita memiliki semangat yang tinggi untuk terus membangun generasi-generasi warga Nahdliyin khususnya di Indramayu agar terus memiliki semangat belajar ilmu agama terutama di pesantren dan belajar ilmu Umum sampai ke jenjang yang paling tinggi. Kalau melihat konteks sekarang jiwa zaman (zeitgeist) mengharuskan warga NU minimal harus berpendidikan sarjana agar warga Nahdliyin bisa bersaing dengan organisasi Islam lainnya seperti Muhammadiyah, Persis, PUI, Mathlaul Anwar dan lain sebagainya. (Selesai)


Baca bagian 1 DISINI

Baca bagian 2 DISINI

Baca bagian 3 DISINI

Sumber : Jejak Ulama Nahdlatul Ulama di Kabupaten Indramayu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel