Mayor Tan Tjin Kie, Putra Terbaik Bangsa asal Cirebon

Tak ada keluarga Tionghoa memiliki kepemimpinan sehebat keluarga Tan Tjin Kie, yang mampu memimpin orang-orang Tionghoa Cirebon selama tujuh generasi berturut-turut. Bukan hanya orang-orang Tionghoa, beliau juga disayangi oleh berbagai kalangan. 


Mayor Tan, begitu dihormati oleh semua kalangan, baik itu dari keluarga Keraton-keraton penting di Jawa, seperti Sultan Cirebon, Sultan Jogja, Sultan Solo dan sebagainya. Juga oleh pihak  Belanda, bahkan dari Kekaisaran Tiongkok saat itu.

Memang Istimewa sekali kisah tentang Mayor Tan. 

Beliau juga mewakili kepentingan orang-orang Arab di Cirebon. Banyak persoalan, baik dari orang Tionghoa dan Arab, yang mampu diselesaikannya tanpa campur tangan pengadilan dari pemerintahan Hindia Belanda.

Kebijakan dan kedermawanannya adalah legenda tersendiri bagi orang-orang Cirebon. 

Menurut sejarawan Dr. Th. Pigeaud, Tan Tjin Kie adalah "Pelindung Besar Dari Kesenian Jawa"  beliau memiliki koleksi wayang-wayang, topeng-topeng indah dan juga manuskrip-manuskrip kuno, juga memiliki dalang yang istimewa.

Mayor Tan sangat kaya, memiliki dua pabrik gula yang modern.

10 ribu gulden, disumbangkannya untuk rumah sakit, aktif memberantas perjudian, membantu lembaga pendidikan dan lain-lain. Beliau menolak memungut pajak madat/opium, padahal itu adalah satu kekuasaan besar yang dimilikinya, kekayaannya tak akan terbatas jika dia mau melakukannya.

Tan Tjin Kie, meninggal tahun 1919 dan pemakamannya dihadiri sekitar 250 ribu orang.

Cirebon dibanjiri orang-orang yang ingin menghormati dan menghadiri pemakaman orang besar ini. Wakil-wakil Kesultanan, Pegawai-pegawai tinggi Belanda, Konsol Jenderal Tiongkok juga nampak hadir. Semua hotel penuh. 

Hampir setiap rumah di Cirebon menerima tamu-tamu, bahkan banyak yang harus tidur dibawah langit alias, tak terkecuali orang-orang Belanda, karena kehabisan tempat. Harga-harga naik 8 kali lipat, juga makanan. 

Proses pemakaman Mayor Tan, amat istimewa, sulit dicari bandingannya sampai saat ini. 

Untuk memimpin upacara saja, didatangkan 2 paderi Lama (Buddhis Tibet) dari Singapura. Satu peleton serdadu memberikan salvo tanda penghormatan. Wakil-wakil perkumpulan Tionghoa mengambil bagian depan sepanjang 800 meter. Juga nampak orang-orang Arab mengikuti, satu hal yang amat langka. 

Seseorang baru dapat dikenal secara utuh, dari  bagaimana cara orang-orang, memperlakukannya ketika meninggal. Mayor Tan Tjin Kie adalah satu orang besar kebanggaan bangsa Indonesia, ratusan ribu orang dari beragam kalangan, mengantarkannya dalam proses pemakaman. 

Saatnya, nama Mayor Tan Tjin Kie dikenang dalam ruang-ruang kelas, ketika materi sejarah sedang diajarkan. (Soe)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel