S U R A T





Bagi seorang penulis kadang menulis surat itu merupakan kebahagiaan, kebahagian tiada tara. Bisa mengulang kenangan, seakan kejadian itu terjadi kembali. Suatu ketika Mahbub Junaidi menulis surat tentang kenangan lebaran di rumah sakit dalam status tahanan. Mahbub berlebaran di rumah sakit bersama keluarganya di kamar yang sempit.

Mengenang betapa bahagianya saat berkumpul itu Mahbub Djunaidi menulis surat :

“Alangkah bahagianya papa berlebaran bersamamu semua, walaupun tidur berdesakan di lantai. Ketahuilah kebahagiaan itu terletak di dalam hati, bukan pada benda-benda mewah, pada rumah mentereng dan gemerlapan. Benda sama sekali tak menjamin kebahagiaan hati. Cintaku kepadamu semuanya yang membikin hatiku bahagia. Hati tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Papa orang yang sudah banyak makan garam hidup.”

“Hanya kejujuran, kepolosan, apa adanya yang bisa memikat hatiku, bukan hal-hal yang berlebih-lebihan.”

Sekarang mungkin surat itu bisa jadi e-mail, pesan WA tapi kelihatannya rasanya agak berbeda. Kadang surat itu ditulis dengan deraian air mata dan juga perasaan berbunga-bunga. Kira-kira begitulah entah mengapa pagi ini terkenang Mahbub Junaidi. Lahu al-Fatihah. (Yahya)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel