Ads

Komparasi Strategi Pelatihan Kognitif Guru (Singapura & Israel)

 

Komparasi Strategi Pelatihan Kognitif Guru (Singapura & Israel)

Penulis: Akang Marta



Model solusi kita menekankan perlunya melatih guru agar menjadi fasilitator penalaran yang menguasai meta-kognisi (berpikir tentang cara berpikir) dan falsifikasi (menguji batasan/kesalahan). Strategi ini sangat tercermin dalam sistem pendidikan yang terdepan secara global.

1.      Singapura: Penguatan Abstraksi melalui Kerangka Konseptual

Sistem pendidikan Singapura dikenal sangat berorientasi pada hasil dan unggul dalam tes PISA (Programme for International Student Assessment), khususnya dalam Matematika dan Sains, yang menuntut kemampuan abstraksi tinggi.

Aspek Strategi Singapura

Relevansi dengan Krisis Kognitif Indonesia

Kurikulum   Less is More   & Mastery

Kurikulum Matematika Singapura fokus pada kedalaman (masteri) daripada keluasan. Guru dilatih untuk memastikan siswa benar-benar menguasai konsep abstrak (misalnya, model-drawing untuk pemecahan masalah) sebelum pindah ke topik berikutnya.

Pelatihan Meta-Kognitif Guru (Thinking Skills)

Guru secara eksplisit dilatih untuk mengajarkan siswa bagaimana mereka berpikir (thinking skills). Ini mencakup strategi pemecahan masalah, refleksi diri, dan pemahaman proses kognitif mereka sendiri.

Profesionalisme Tinggi: Guru memiliki status profesional tinggi, gaji kompetitif, dan jam pelatihan wajib yang intensif, memastikan mereka memiliki kekayaan pengalaman pedagogis yang kaya.

Mengatasi Keterbatasan Guru: Menarik individu paling kompeten ke dalam profesi dan memastikan mereka terus diperlengkapi dengan strategi pengajaran empirisme dan abstraksi yang efektif.

2.      Israel: Budaya Falsifikasi dan Debat Kritis (Challenging Authority)

Israel, dengan penekanan kuat pada inovasi dan STEM, menunjukkan bagaimana budaya yang menghargai ketidaksetujuan yang konstruktif dapat meningkatkan kognisi rasional.

Aspek Strategi Israel

Relevansi dengan Krisis Kognitif Indonesia

Pedagogi Chutzpah

Konsep Chutzpah (keberanian, kadang dianggap lancang) dalam konteks akademis mendorong siswa untuk menantang dan mempertanyakan otoritas (guru, teks, atau klaim yang diterima).

Fokus pada Inquiry-Based Learning

Kurikulum sangat mengutamakan pembelajaran berbasis penyelidikan di mana siswa harus merancang eksperimen dan menyajikan bukti yang mendukung atau menolak hipotesis.

Keterkaitan Industri-Akademisi: Terdapat aliran informasi dua arah yang kuat antara universitas, militer (unit teknologi canggih), dan industri startup.

Memperkaya Empirisme Fungsional: Memastikan bahwa abstraksi yang diajarkan di sekolah memiliki relevansi fungsional tinggi dan dapat digunakan untuk inovasi dan pemecahan masalah dunia nyata.

3.      Reformasi Pedagogi: Mengubah Guru Menjadi Pelatih Rasionalitas melalui Meta-Kognisi dan Falsifikasi

Solusi fundamental untuk meningkatkan kognisi kolektif dan IQ terletak pada reformasi metodologi pengajaran. Fokus harus bergeser dari 'apa' yang diajarkan (fakta) menjadi 'bagaimana' penalaran diajarkan. Negara-negara maju menawarkan model:

Singapura unggul dalam membangun Abstraksi yang Kuat melalui penguasaan konsep dan meta-kognisi (berpikir tentang cara berpikir). Sementara itu, Israel menanamkan Rasionalitas Kritis dan Falsifikasi melalui budaya debat dan penolakan terhadap penerimaan pasif.

Indonesia harus mengadaptasi strategi ini dengan menjadikan pelatihan guru dalam meta-kognisi dan falsifikasi sebagai prioritas utama kebijakan. Langkah ini secara langsung menyerang inti masalah sistemik. Tujuannya adalah mengubah peran guru dari sekadar penyampai fakta menjadi pelatih rasionalitas yang mahir. Dengan demikian, guru dapat secara efektif membimbing siswa melalui siklus komplementer empirisme (verifikasi data) dan abstraksi (pembentukan model fungsional), memastikan output kognitif yang lebih tinggi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel