Relasi Parasosial dan Krisis Abstraksi Kognitif
Relasi
Parasosial dan Krisis Abstraksi Kognitif
Penulis: Akang Marta
Istilah Parasocial Relationship (PSR),
yang pertama kali diperkenalkan oleh Horton dan Wohl (1956), menggambarkan
hubungan satu arah yang terjalin antara penonton dan tokoh media (selebriti, influencer, karakter fiksi). Ketika hubungan ini
menjadi patologis (disorder), ia menunjukkan kesulitan dalam membedakan
realitas sosial.
1.
Parasocial Relationship sebagai Hasil Kegagalan Empirisme Sosial
PSR didasarkan pada abstraksi sosial
yang diproduksi media dan diserap tanpa verifikasi empiris yang memadai.
·
Empirisme
Sosial yang Terdistorsi: Dalam interaksi sosial nyata (real-social interaction), kita menerima data empiris
kompleks: ekspresi wajah, bahasa tubuh, timbal balik, dan konteks situasional.
Ini adalah data kaya yang melatih kemampuan kita untuk membaca realitas sosial.
·
Abstraksi
Cacat: Hubungan parasosial menyediakan data yang sudah diabstraksikan dan disederhanakan oleh media (dikurasi,
disunting, diidealkan). Individu dilatih untuk berinteraksi dengan model abstrak (persona) yang selalu konsisten, tanpa
kerumitan dan kontradiksi dari hubungan sosial nyata.
·
Dampak
Kognitif: Jika individu terbiasa dengan model sosial yang
disederhanakan dan selalu positif ini, kemampuan mereka untuk mengolah data
empiris yang berantakan, kontradiktif, dan tidak terduga dalam hubungan nyata
akan merosot. Ini adalah kegagalan dalam melatih empirisme sosial yang
diperlukan untuk membangun abstraksi hubungan yang matang.
2.
Imajinasi Non-Rasional dan Kebutuhan Realitas yang Disederhanakan
Klaim bahwa PSR adalah sebuah disorder
menyiratkan bahwa individu tidak
dapat membedakan dengan jelas antara realitas sosial dan fiksi yang mereka
imajinasikan. Hal ini terkait langsung dengan isu imajinasi non-rasional
yang Anda angkat sebelumnya:
·
Penciptaan
Realitas yang Mungkin :
Individu yang terlibat dalam PSR yang parah mungkin mengimajinasikan
hal-hal yang tidak mungkin terjadi (hubungan intim, persahabatan
sejati dengan selebriti) berdasarkan data yang disederhanakan yang mereka
terima.
·
Melarikan
Diri dari Kompleksitas Empiris:
Hubungan parasosial adalah bentuk abstraksi simplistis
yang lebih mudah dihadapi daripada kompleksitas dan risiko yang melekat dalam
hubungan sosial nyata (yang menuntut toleransi terhadap ketidakpastian dan
ketidaksempurnaan, yang merupakan bagian dari empirisme).
3.
Kaitan dengan Pelatihan Kognitif yang Tidak Rasional
Hubungan antara pelatihan yang tidak rasional dan
kecenderungan PSR dapat dilihat dalam siklus penguatan keyakinan yang tidak
teruji:
|
Aspek
Pelatihan Tidak Rasional |
Hubungan
dengan PSR |
|
Penerimaan Klaim Mustahil
|
Individu dilatih untuk meyakini narasi (meski
bertentangan dengan bukti empiris); memercayai persona media yang sempurna
adalah perpanjangan dari penerimaan narasi non-empiris. |
|
Kurangnya Falsifikasi Kognitif |
Tidak adanya pelatihan untuk menguji dan
membuktikan kesalahan (falsify) suatu
klaim. Dalam PSR, individu tidak pernah menguji secara empiris
(berinteraksi nyata) klaim yang mereka buat tentang tokoh media. |
|
Kebutuhan akan Wisdom yang Sederhana |
Penolakan terhadap abstraksi yang rumit dan
rasionalitas yang menuntut (seperti yang ditunjukkan oleh akal sehat yang tidak umum ) digantikan oleh pencarian 'kebijaksanaan'
sederhana dari tokoh media, yang menawarkan interpretasi dunia yang mudah
dicerna. |
1.
Relasi
Parasosial: Manifestasi Krisis Kognitif dan Pelarian dari Empirisme Sosial
Relasi
Parasosial (PSR) berfungsi sebagai indikator krisis kognitif kolektif. PSR
adalah kecenderungan untuk memprioritaskan hubungan satu arah yang teridealisi
dengan tokoh media (persona) daripada menghadapi kerumitan hubungan sosial
nyata. Hubungan nyata kaya akan data empiris yang kontradiktif dan menuntut
falsifikasi kognitif. Sebaliknya, persona media menawarkan model abstrak yang
sudah disunting dan disederhanakan, yang secara kognitif lebih mudah diproses.
Ketika
individu dilatih dalam budaya yang menolak kesulitan empirisme dan rasionalitas
(misalnya, melalui klaim tidak ada yang
tidak mungkin ), akal mencari
kenyamanan. Individu akan cenderung mengganti realitas sosial yang menantang
dengan realitas yang mudah diimajinasikan dan bebas batasan rasional.
PSR,
dalam bentuk disorder-nya, adalah manifestasi dari kegagalan ini:
penolakan untuk mengolah data empiris yang kompleks demi kenyamanan model
abstrak yang sempurna. Upaya pemulihan kognitif harus mencakup pelatihan
intensif dalam empirisme sosial untuk mengatasi ketidakmampuan membedakan
antara fiksi dan realitas sosial.
