Ancaman Tersembunyi: Dampak Seni Tak Edukatif pada Jiwa Generasi Muda Indramayu

 

Ancaman Tersembunyi: Dampak Seni Tak Edukatif pada Jiwa Generasi Muda Indramayu



Seni seharusnya menjadi jembatan peradaban, media yang tak hanya menghibur, tetapi juga membentuk karakter dan menanamkan nilai. Namun, di Indramayu, ketika kesenian mulai mengabaikan fungsi edukatifnya, dampaknya paling telak menghantam generasi muda. Anak-anak, terutama di usia sekolah dasar, adalah kelompok yang paling rentan. Mereka bagaikan spons, menyerap apa pun yang mereka lihat dan dengar tanpa filter yang memadai, menjadikan mereka sasaran empuk bagi konten seni yang tidak pantas.

Contoh yang sangat mengkhawatirkan adalah fenomena anak-anak SD yang gemar menonton video "bodoran" atau lawakan di YouTube. Video-video ini, yang seringkali sarat dengan kata-kata kasar atau tidak pantas, secara perlahan merusak tatanan moral dan etika berbahasa mereka. Para guru di sekolah pun merasakan keprihatinan mendalam. Mereka menyaksikan langsung bagaimana perilaku dan tutur kata anak-anak menjadi kasar, mencerminkan apa yang mereka serap dari tontonan tersebut. Ini adalah bukti nyata betapa dahsyatnya pengaruh seni dalam membentuk karakteristik individu, baik positif maupun negatif. Sebuah seni yang tidak mendidik bisa menjadi racun pelan yang merusak fondasi moral bangsa.

Lebih dari sekadar paparan kata-kata kasar, kurangnya cerita yang utuh dalam pementasan sandiwara juga menimbulkan dampak serius. Di era modern ini, banyak orang tua yang merasa kesulitan atau tidak terbiasa mendongeng atau menceritakan kisah-kisah bermoral kepada anak-anak mereka. Seni pertunjukan, terutama sandiwara, seharusnya bisa mengisi kekosongan ini. Ia adalah media yang sangat efektif untuk menyampaikan cerita-cerita tentang masa lalu, kepahlawanan, nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, atau kebijaksanaan hidup lainnya kepada generasi muda. Namun, jika ceritanya tidak tuntas, atau bahkan terabaikan demi segmen lawakan semata, maka anak-anak kehilangan kesempatan berharga untuk menyerap pelajaran hidup melalui media yang menarik dan interaktif.

Padahal, kefiguran atau keteladanan yang terbentuk dari cerita-cerita inspiratif sangatlah penting untuk membentuk karakter dan moralitas anak-anak. Jika sumber-sumber cerita tersebut tidak lagi menyediakan konten yang memadai, bagaimana kita bisa berharap generasi mendatang memiliki landasan moral yang kuat? Kita perlu "flashback" ke belakang, merenungkan bagaimana seni di masa lalu berhasil menjadi media transmisi nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seni bukan hanya cerminan, tetapi juga pembentuk peradaban.

Oleh karena itu, adalah kewajiban kolektif untuk mengembalikan fungsi seni sebagai media edukasi. Ini membutuhkan kerja sama erat antara seniman, organisasi seni, dan pemerintah. Mereka harus berkolaborasi untuk menciptakan konten seni yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa, sebuah langkah krusial untuk memastikan bahwa generasi mendatang di Indramayu tumbuh dengan karakter yang kuat, moralitas yang baik, dan kecintaan terhadap seni yang beretika. Jika tidak, kita berisiko menciptakan generasi yang kehilangan arah, terbawa arus hiburan tanpa makna, dan terputus dari akar budaya luhur mereka.

Content Creator

Akang Marta (Indramayutradisi.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel