Urgensi Intervensi Lembaga dan Regulasi: Menyelamatkan Etika Seni Indramayu

 

Urgensi Intervensi Lembaga dan Regulasi: Menyelamatkan Etika Seni Indramayu



Kondisi seni pertunjukan di Indramayu saat ini secara gamblang menunjukkan urgensi intervensi dari lembaga-lembaga terkait. Salah satu pilar yang seharusnya memegang peran sentral adalah Dewan Kesenian Indramayu (DKI). Sayangnya, dari pengamatan yang ada, peran DKI dinilai belum optimal. Ada kesan kuat bahwa DKI dan organisasi seni lainnya lebih banyak berkutat di ranah elitis dan politis, sehingga persoalan-persoalan substansial yang dihadapi para pelaku seni di lapangan—mulai dari kualitas pertunjukan hingga kesejahteraan seniman—justru terabaikan.

Kunjungi channel Youtube kami DISINI

Padahal, mekanisme pengawasan dan pembinaan seni pertunjukan di masa lampau jauh lebih terstruktur. Dikisahkan bahwa setiap grup seni yang akan mengadakan pementasan wajib melaporkan aktivitasnya kepada Dewan Kesenian. Kemudian, dari Dewan Kesenian, atau perwakilan dari Dinas Pendidikan, Kesenian, dan Kebudayaan, akan diutus pengawas untuk memantau langsung jalannya pementasan. Mereka tidak hanya memastikan kesesuaian cerita dengan etika dan moral masyarakat, tetapi juga memeriksa perizinan dan identitas para personel. Sebuah sistem yang, meskipun tidak sempurna, setidaknya menunjukkan komitmen terhadap kualitas dan etika.

Namun, praktik pengawasan semacam ini kini sudah tidak ada. Beberapa pihak merasa tidak nyaman diawasi, bahkan menganggap kehadiran pengawas seperti "pungli" yang hanya meminta data tanpa memberikan pembinaan yang berarti. Akibatnya, seniman di lapangan merasa tidak perlu kooperatif, menciptakan kekosongan dalam pembinaan dan pengawasan. Inilah yang pada akhirnya membuat etika pertunjukan semakin terabaikan, dan seni Indramayu berpotensi kehilangan arah.

Lebih lanjut, masalah regulasi juga menjadi sorotan tajam. Hingga saat ini, belum ada regulasi yang jelas dan memadai untuk seniman lokal di Indramayu. Kurangnya campur tangan pemerintah daerah, baik eksekutif maupun legislatif, serta Dewan Kesenian itu sendiri, membuat seniman merasa tidak terlindungi dan tidak mendapatkan porsi yang seharusnya dalam pengembangan seni lokal. Kondisi ini berimbas langsung pada minimnya pemberdayaan seniman dan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mereka. Tanpa payung hukum yang jelas, mereka rentan terhadap eksploitasi dan persaingan yang tidak sehat.

Regulasi yang jelas sangat diperlukan untuk menjaga kualitas seni dan memastikan bahwa seni tetap menjadi media yang positif. Regulasi dapat mencakup standar etika pertunjukan yang wajib dipatuhi, perlindungan hak cipta seniman agar mereka mendapatkan penghargaan yang layak, serta skema pemberdayaan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan mereka. Tanpa kerangka regulasi yang kuat, seni akan terus didorong oleh logika pasar dan komersialisasi semata, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat, khususnya generasi muda.

Pemerintah daerah seharusnya menunjukkan keberpihakan yang lebih besar pada seni lokal. Contoh nyata adalah ketika diadakan pertunjukan di pendopo yang justru mendatangkan musisi dari luar Indramayu. Jika tujuannya adalah memperkenalkan seni, mengapa bukan seniman Indramayu yang dilibatkan? Ini justru terkesan "mengeruk" sumber daya dari Indramayu untuk dibawa keluar, alih-alih memajukan talenta lokal. Seharusnya, ketika ada pementasan, seniman-seniman di wilayah Indramayu yang diutamakan untuk tampil, sehingga mereka merasa bangga dan memiliki kesempatan untuk lebih memperkenalkan seni Indramayu ke kancah yang lebih luas. Peran lembaga dan regulasi yang kuat bukan hanya tentang pengawasan, tetapi juga tentang pembinaan, pemberdayaan, dan perlindungan demi masa depan seni yang beretika dan bermartabat.

Content Creator

Akang Marta (Indramayutradisi.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel