Mengembalikan Marwah Seni Indramayu: Antara Tantangan Modernisasi dan Tanggung Jawab Bersama

 

Mengembalikan Marwah Seni Indramayu: Antara Tantangan Modernisasi dan Tanggung Jawab Bersama



Seni pertunjukan di Indramayu, khususnya sandiwara, kini berada di persimpangan jalan. Pembicaraan mendalam mengenai perkembangannya telah menyingkap berbagai tantangan serius: pergeseran nilai seni, dampak masif dari komersialisasi, serta minimnya regulasi dan pembinaan yang efektif. Dulu, sandiwara adalah jantung budaya, bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan yang sarat akan pesan moral dan kearifan lokal. Namun, dorongan pasar dan kemudahan akses media digital telah mengubah orientasi ini, seringkali mengorbankan esensi edukatif demi popularitas sesaat.

Fenomena "bodoran" atau lawakan yang mendominasi pementasan, seringkali tanpa filter etika, adalah bukti nyata. Kata-kata kasar dan lirik lagu yang tidak mendidik kini dengan mudah tersebar, membentuk persepsi negatif tentang budaya Indramayu. Lebih mirisnya, banyak seniman yang mengejar keuntungan finansial dengan mengabaikan narasi cerita yang utuh, padahal bercerita adalah metode paling efektif untuk menanamkan nilai. Akibatnya, generasi muda terpapar konten yang bisa merusak karakter, dan orang tua kesulitan menemukan media untuk mendongengkan keteladanan.

Krisis ini diperparah oleh kurangnya peran aktif lembaga terkait, seperti Dewan Kesenian Indramayu. Dulu, ada mekanisme pengawasan yang menjamin mutu dan etika. Kini, hal itu lenyap, digantikan kesan bahwa lembaga hanya berputar pada ranah elitis, jauh dari persoalan substansial di lapangan. Regulasi yang jelas untuk seniman lokal nyaris tidak ada, membuat mereka terombang-ambing tanpa arah, seringkali harus bersaing harga karena hilangnya ciri khas grup. Ini juga mencerminkan minimnya keberpihakan pemerintah daerah yang kadang lebih memilih mendatangkan seniman luar ketimbang memberdayakan talenta lokal.

Meski demikian, di balik tantangan ini, tersimpan harapan besar. Seni adalah cerminan budaya dan identitas daerah, dan Indramayu berhak memiliki seni yang berkualitas. Untuk mengembalikan marwah ini, semua pihak harus bersatu. Para seniman harus menyadari tanggung jawab moral mereka, tidak hanya sebagai penghibur, tetapi juga pendidik. Organisasi seni dan Dewan Kesenian harus lebih proaktif dalam pembinaan etika dan penyusunan regulasi yang berpihak pada seniman lokal. Pemerintah daerah wajib memberikan dukungan nyata melalui kebijakan pemberdayaan dan promosi. Terakhir, masyarakat harus berperan aktif sebagai penonton cerdas yang mengapresiasi dan mendukung karya seni bermutu.

Mari bersama menjaga dan memajukan seni Indramayu. Hanya dengan kolaborasi dan komitmen, nilai-nilai kearifan lokal akan tetap lestari, menginspirasi generasi mendatang, dan menjadikan seni Indramayu tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan membanggakan.

Content Creator

Akang Marta (Indramayutradisi.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel