Merajut Kembali Ingatan yang Terhapus

 

Merajut Kembali Ingatan yang Terhapus



Sejarah sering kali bukan sekadar rangkaian peristiwa, melainkan juga hasil konstruksi kekuasaan. Dalam konteks ini, pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara pada abad ke-15 menjadi salah satu bagian penting dari sejarah Asia yang sempat terlupakan, bahkan sengaja dihapuskan dari catatan resmi Dinasti Ming. Meskipun begitu, jejak-jejak fisik dan kultural dari ekspedisi besar tersebut tetap bertahan di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Semarang, Cirebon, Palembang, hingga Aceh.

Upaya merajut kembali ingatan yang terhapus ini bukan hanya penting untuk meluruskan narasi sejarah, tetapi juga untuk membangun pemahaman yang lebih utuh tentang hubungan historis antara Indonesia dan Tiongkok. Kehadiran Cheng Ho di Nusantara bukan dalam rangka penjajahan, melainkan membawa misi perdamaian, diplomasi, dan pertukaran budaya. Ia menjadi simbol dari kemungkinan hubungan antarbangsa yang saling menghormati dan memperkaya.

Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim keturunan Hui yang dipercaya Kaisar Yongle untuk memimpin armada terbesar pada zamannya, adalah figur unik dalam sejarah global. Perjalanannya membawa serta bukan hanya teknologi dan barang-barang dagangan, tetapi juga nilai-nilai toleransi, kerja sama, dan penghargaan terhadap keragaman. Di Indonesia, peninggalannya masih bisa ditemukan dalam bentuk kelenteng, cerita rakyat, hingga nama-nama tempat yang terkait dengan kehadirannya.

Mengenang Cheng Ho bukan berarti memuja masa lalu secara romantis, tetapi menjadi langkah strategis dalam membangun kesadaran sejarah yang inklusif. Ini juga relevan dalam konteks kebangsaan Indonesia yang dibangun dari interaksi berbagai budaya. Mengakui warisan multikultural dari masa lalu membantu kita memahami identitas bangsa yang kaya dan kompleks.

Di tengah dinamika geopolitik saat ini, mempelajari kembali peran Cheng Ho membuka ruang bagi diplomasi budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Pelayaran Cheng Ho bisa menjadi simbol jembatan peradaban, bukan jurang pemisah. Ia mengajarkan bahwa perbedaan bukan untuk ditakuti, melainkan dirayakan dan dijadikan kekuatan bersama.

Dengan demikian, merajut kembali ingatan tentang pelayaran Cheng Ho adalah sebuah upaya untuk tidak melupakan bagian penting dari perjalanan sejarah kita. Ia adalah kisah tentang dialog lintas budaya, tentang harmoni dalam perbedaan, dan tentang masa depan yang bisa dibangun melalui pemahaman akan masa lalu.

Content Creator

Akang Marta (Indramayutradisi.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel