Ketegangan Politik Pasca Pilpres 2024: Implikasi Ketidakhadiran Gibran dalam Silaturahmi Purnawirawan TNI

 

Ketegangan Politik Pasca Pilpres 2024: Implikasi Ketidakhadiran Gibran dalam Silaturahmi Purnawirawan TNI



Indramayutradisi.com: Ketidakhadiran Gibran Rakabuming Raka dalam acara silaturahmi purnawirawan Angkatan Darat, meskipun berstatus sebagai Wakil Presiden, menambah lapisan kompleksitas dalam situasi politik pasca-Pilpres 2024. Dedy Kurnia Syah mengamati bahwa ketidakhadiran tersebut bukan hanya merupakan persoalan administratif atau formal, tetapi juga memiliki makna politis yang mendalam. Meskipun Gibran memberikan alasan bahwa ia bukan bagian dari TNI, pilihan untuk tidak hadir dalam acara yang penuh dengan simbolisme ini menimbulkan kesan adanya pemisahan atau ketegangan antara Gibran dan sejumlah elemen dalam militer yang memiliki pengaruh politik signifikan, terutama para purnawirawan TNI.

Secara politis, ketidakhadiran Gibran dalam acara yang dihadiri oleh banyak tokoh penting dari kalangan purnawirawan TNI menunjukkan bahwa meskipun ia adalah Wakil Presiden, ia belum sepenuhnya diterima atau dianggap bagian dari keluarga besar TNI. Pilihan untuk tidak hadir dalam acara tersebut mengirimkan sinyal bahwa hubungan antara Gibran dan purnawirawan TNI masih dalam proses penataan, dan mungkin saja terkait dengan dinamika internal politik yang lebih luas. Hal ini semakin diperburuk dengan kenyataan bahwa Menteri Agama, yang tidak terkait langsung dengan TNI, justru hadir. Kehadiran Menteri Agama di acara tersebut menegaskan adanya selektivitas undangan yang mungkin berhubungan dengan pilihan politik atau afiliasi tertentu, di luar pertimbangan jabatan formal.

Dedy Kurnia Syah berpendapat bahwa ketidakhadiran Gibran ini berpotensi menjadi sinyal bahwa kekuasaan atau dukungan politik yang sebelumnya diharapkan oleh Anwar Utsman—melalui jalan yang terbuka untuk Gibran—tidak terwujud dengan sempurna. Anwar Utsman, yang mungkin berharap Gibran akan memberikan dukungan politik bagi dirinya, justru kini terperangkap dalam situasi di mana ia mungkin menyesali keputusan tersebut. Ketidakpastian dan ketegangan antara Gibran dan kalangan militer, serta ketidakpastian dalam hubungan politiknya, menunjukkan bahwa jalan yang sebelumnya terbuka bisa saja menjadi bumerang bagi pihak-pihak yang mendukungnya.

Dalam konteks ini, ketidakhadiran Gibran dapat dianggap sebagai tanda bahwa hubungan politik dalam pemerintahan, terutama dengan pihak-pihak yang berpengaruh seperti TNI dan purnawirawan, sangat menentukan stabilitas politik. Bagi Anwar Utsman, yang kini berada dalam posisi sulit, kejadian ini bisa menjadi titik balik yang memaksa dirinya untuk mengevaluasi kembali langkah-langkah yang diambilnya dalam mendukung Gibran. Ketidakhadiran Gibran, meski tampak seperti isu kecil, berpotensi memperburuk situasi politik yang sudah tegang, dengan dampak yang lebih luas bagi masa depan karier politik Anwar dan Gibran.

Sumber : dari podcast RH Channel dan Dedy Kurnia 🔴GEGER! ANWAR USMAN MENYESAL BUKA JALAN GIBRAN NYAPRES? INI KATA PENGAMAT POLITIK DEDI KURNIA SYAH!! Dari link: https://youtu.be/VGUSmyTU3Ns?t=2388

Penulis

Akang Marta

Kontributor Indramayutradisi.com

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel