Menjaga Angin Damai di Pabean Udik: Sebuah Episentrum Integritas Demokrasi Desa
Menjaga Angin Damai di Pabean Udik: Sebuah Episentrum Integritas Demokrasi Desa
Pengambilan nomor urut calon Kuwu (Kepala Desa) di Pabean Udik, Indramayu, yang berlangsung kondusif dan tertib pada Selasa (25/11/2025) lalu, bukanlah sekadar berita prosedural biasa. Ia adalah sinyal penting: bahwa di tengah panasnya suhu politik desa, masih ada harapan kuat untuk menjaga integritas dan kedewasaan demokrasi akar rumput.
Kondusivitas yang dilaporkan dari Balai Desa Pabean Udik patut diacungi jempol. Dihadiri oleh Camat, Kapolsek, Danramil, BPD, hingga tokoh masyarakat, acara penetapan tiga calon Kuwu—Saeful Anwar, Irul Sabarullah, dan Iskak—menjadi panggung uji coba bagi komitmen bersama. Hasilnya, sebuah deklarasi Pilwu Damai diteken oleh para kandidat. Ini adalah modal sosial yang sangat berharga.
Namun, di balik laporan "berjalan aman dan kondusif" ini, tersimpan pekerjaan rumah (PR) besar yang harus diwaspadai, terutama mengingat Pilwu serentak di Indramayu akan digelar pada 10 Desember mendatang.
Pertama, Ujian Netralitas Panitia.
Meskipun Panitia Pilwu di bawah komando H. Tatang telah berhasil menjalankan tahapan penetapan dengan mekanisme yang transparan—termasuk teknik dua segmen untuk pengambilan nomor urut—netralitas mereka akan diuji sesunggai-sungguhnya pada tahapan kampanye, pemungutan suara, hingga penghitungan.
Dengan total 10.500 hak pilih, 45 RT, 11 RW, dan 21 TPS, mobilisasi massa di Pabean Udik adalah medan yang rentan gesekan. Panitia harus benar-benar memastikan bahwa tata tertib, dari jadwal kampanye hingga penggunaan fasilitas desa, ditegakkan tanpa pandang bulu. Kegagalan menjaga netralitas akan mencederai kepercayaan publik dan berpotensi menyulut 'cluster Pilkades' yang dikhawatirkan oleh Kapolsek Indramayu.
Kedua, Kedewasaan Emosi Kolektif.
Pilkades, atau Pilwu, sering kali bukan hanya pertarungan ide dan program, melainkan pertarungan loyalitas kesukuan, kekerabatan, dan emosi kolektif. Kasus bentrokan pendukung calon kuwu di berbagai daerah sering menjadi bukti bahwa demokrasi desa mudah tersandera oleh luapan emosi massa.
Peran para Calwu di Pabean Udik menjadi krusial. Pernyataan mereka untuk "menciptakan Pilkades yang aman dan kondusif" harus diterjemahkan menjadi pengendalian ketat terhadap para pendukungnya. Deklarasi damai di atas kertas akan sia-sia jika di lapangan, tim sukses masih memainkan politik provokasi, fitnah, atau bahkan politik uang.
Ketiga, Waspada Politik Uang.
Indramayu memiliki rekam jejak yang sensitif terhadap politik transaksional di tingkat desa. Kondusifitas di tahap penetapan tidak menjamin tahapan kampanye (2-4 Desember) akan bebas dari serangan fajar atau praktik suap pemilih.
Panitia, BPD, dan masyarakat harus bertindak sebagai mata dan telinga yang efektif untuk mencegahnya. Calon yang menang melalui politik uang akan melahirkan kepemimpinan yang korup dan mengkhianati amanah.
Jalan ke Depan
Kondusifitas di Pabean Udik adalah angin segar bagi Pilkades Serentak 2025 di Indramayu. Ia menunjukkan bahwa perangkat desa dan masyarakat sipil mampu duduk bersama dan menjalankan prosedur demokrasi dengan baik.
Namun, ketenangan ini tidak boleh membuat lengah. Setelah prosesi simbolis penetapan, kini tiba saatnya bagi para Calwu untuk beradu gagasan program yang substantif. Fokus harus bergeser dari nomor urut dan euforia massa, menjadi pembahasan mengenai arah baru desa: tata kelola pemerintahan yang bersih, pembangunan infrastruktur, hingga kesiapan menghadapi tantangan Pilkades Digital di masa depan.
Pilkades Pabean Udik bukan hanya tentang memilih satu Kuwu. Ini adalah ujian integritas kolektif bagi demokrasi desa. Ketenangan yang tercipta harus terus dijaga hingga 10 Desember, memastikan bahwa Pilwu menjadi instrumen untuk melahirkan pemimpin yang berintegritas, bukan hanya pemimpin yang pandai memobilisasi dukungan.
