ASAL-USUL RAWA BOLANG DAN MISTERI TUNGGAK JATI BAGIAN 13.
Tunggak Jati: Dongeng, Simbol, dan Penghormatan terhadap Alam
Bagi
generasi muda, kisah Tunggak Jati di Rawa Bolang
sering terdengar seperti dongeng yang penuh imajinasi. Cerita tentang pohon
jati tua yang konon memiliki kekuatan gaib, burung yang jatuh saat terbang
rendah di atasnya, atau hewan ternak yang lenyap secara misterius kerap
dianggap berlebihan dan sulit dipercaya. Namun, bagi para tetua desa, cerita
ini jauh lebih dari sekadar mitos. Ia adalah media pendidikan yang diwariskan secara
turun-temurun, bertujuan menanamkan sikap hormat dan kesadaran
ekologis terhadap alam sekitar.
Fenomena
rawa yang bisa menelan hewan atau bahkan manusia tanpa jejak dijelaskan melalui
simbol-simbol gaib agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Burung yang jatuh
atau ternak yang hilang dijadikan cerita mistis agar setiap individu, termasuk
generasi muda, memahami bahwa rawa bukan sekadar genangan air biasa. Ia
memiliki kedalaman, lumpur yang dapat menenggelamkan siapa pun yang lengah,
serta ekosistem yang harus dihormati. Dengan menafsirkan kejadian alam melalui
bahasa spiritual, masyarakat menyederhanakan risiko menjadi kisah yang bisa
diterima dan diingat oleh semua kalangan.
Secara
alamiah, Rawa Bolang memang berbahaya. Lumpur yang dalam dan permukaan air yang
tampak tenang menyimpan jebakan bagi hewan atau manusia yang terlalu dekat.
Hewan yang terjebak bisa tenggelam perlahan, dan dari kejauhan tampak seolah
lenyap begitu saja. Peristiwa-peristiwa ini kemudian dihubungkan dengan Tunggak
Jati: batang pohon jati yang tetap tegak di tengah rawa dianggap sebagai penanda
batas aman sekaligus simbol penjaga gaib. Penduduk belajar
untuk menghormati batas ini, menahan diri dari kesembronoan, dan menjaga keselamatan
diri maupun hewan ternak mereka.
Lebih
dari sekadar peringatan, mitos Tunggak Jati juga mengajarkan nilai budaya dan
spiritual. Generasi muda diajarkan bahwa alam memiliki aturan dan kekuatan
sendiri, yang harus dihormati. Ritual sederhana, seperti membaca doa sebelum
mengambil ikan atau memberi sesajen kecil sebagai bentuk penghormatan kepada
roh penjaga rawa, menjadi bagian dari proses pendidikan nilai-nilai ini.
Cara-cara ini bukan hanya simbolik, tetapi juga membentuk etika
ekologis yang berkelanjutan, menghubungkan manusia dengan alam
melalui budaya dan kepercayaan lokal.
Selain
itu, cerita Tunggak Jati memperkuat identitas komunitas. Kisah yang
diwariskan turun-temurun membuat generasi muda merasa terikat dengan lingkungan
mereka dan menjaga tradisi yang telah ada. Cerita ini mengingatkan bahwa alam
bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga ruang sakral yang menuntut kesadaran,
tanggung jawab, dan penghormatan.
Dengan
demikian, Tunggak Jati bukan sekadar dongeng untuk menakut-nakuti. Ia adalah
simbol harmonisasi antara alam, budaya, dan spiritualitas. Generasi muda
belajar dari cerita ini bahwa manusia memiliki kewajiban untuk hidup selaras
dengan alam, menghormati kekuatan yang tak terlihat, dan menjaga keseimbangan
lingkungan. Rawa Bolang, bersama Tunggak Jati, tetap menjadi pengingat hidup
bahwa alam dan manusia memiliki hubungan yang harus dijaga dengan penuh
kesadaran dan hormat.
Konten Creataor
Akang Marta
Indramayutradisi.com