Ads

Cahaya di Alas Sinang: Legenda Pangeran Cakrabuana di Jawa Barat Bagian 1.

 

Jejak Sang Pangeran



Di suatu masa, ketika fajar pertama menyingkap tirai kabut lembut di pegunungan Jawa Barat, terdengar kabar tentang seorang pemuda dari Pajajaran yang menapaki bumi dengan langkah penuh hikmah. Ia bukan pemuda biasa; ia adalah Pangeran Cakrabuana, cucu Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran yang terkenal adil dan bijaksana. Sosoknya telah menjadi legenda sejak lahir, bukan karena darah biru semata, tetapi karena hatinya yang lembut dan kecerdasannya yang menembus batas tradisi.

Pangeran Cakrabuana bukan hanya seorang bangsawan, tetapi juga penyebar ilmu dan agama yang menekankan kedamaian. Setiap langkahnya selalu mempertimbangkan hati manusia, menghargai tradisi yang telah diwariskan leluhur, dan mengutamakan kelembutan dalam berdakwah. Ketika ia berbicara tentang Allah dan ajaran-Nya, suaranya tidak menggelegar seperti perintah seorang raja, melainkan mengalun bagai aliran sungai yang menenangkan, menembus jiwa pendengar dengan ketulusan dan kebijaksanaan.

Sejak mendirikan pusat kekuasaan Islam di Pakungwati, Cirebon, Pangeran Cakrabuana memutuskan untuk berkeliling ke pedalaman, menjangkau desa-desa yang jauh dari pusat kerajaan, menyebarkan cahaya ilmu dan agama. Ia tidak membawa pasukan, pedang, atau senjata untuk memaksa orang percaya padanya. Yang dibawanya hanyalah kitab suci, cerita-cerita bijak, dan seni dakwah yang lembut. Di setiap desa, ia menggelar pertunjukan wayang kulit, mengajarkan nilai kebaikan melalui musik, tarian, dan cerita yang tersusun rapi, sehingga hati rakyat perlahan terbuka.

Pedukuhan demi pedukuhan disinggahi. Ia datang seperti angin sejuk yang menembus rerimbunan pepohonan, tanpa mengganggu ketentraman alam dan penduduk. Orang-orang menyambutnya dengan rasa penasaran; ada yang takut, ada yang kagum. Namun, mereka segera merasakan kedamaian yang belum pernah dirasakan sebelumnya saat melihat Pangeran tersenyum lembut dan menyapa mereka. Konon, sebelum tiba di Cempaka Mulia, Pangeran telah menorehkan jejak di banyak pedukuhan sepanjang pesisir utara Jawa, membawa berkah bagi mereka yang tulus menyimak ajaran-Nya.

Setiap langkah Pangeran seakan mendapat restu alam. Sungai yang dilewatinya mengalir tenang, tanpa guncangan meskipun hujan baru saja reda. Pepohonan bergoyang pelan seolah menundukkan dahan, memberi ruang bagi jejak kaki seorang pemuda yang membawa ilmu dan cahaya. Burung-burung bersiul merdu, menambah harmoni pagi itu, seakan menuntun Pangeran di jalannya. Bahkan binatang-binatang kecil tampak menghentikan aktivitasnya sejenak, memberi penghormatan kepada seorang yang membawa ketulusan dalam setiap langkahnya.

Dalam perjalanan itu, Pangeran tidak sekadar berjalan; ia merenung, mengamati, dan belajar dari alam. Setiap bunga yang mekar, setiap daun yang jatuh, baginya adalah pelajaran tentang kehidupan, tentang kesabaran, dan tentang kerapuhan sekaligus keindahan ciptaan Tuhan. Ia selalu berkata kepada murid-murid yang menemaninya, “Lihatlah alam dengan mata hati. Dari sana kita belajar tentang keseimbangan, keadilan, dan kasih sayang.”

Murid-muridnya belajar banyak dari setiap langkah. Mereka menuliskan setiap kisah, setiap pelajaran, dan setiap pengalaman. Pangeran mengajarkan bahwa ilmu dan agama tidak bisa dipaksakan; ia harus diterima dengan hati terbuka. Sehingga, dakwahnya bukan sekadar menyebarkan kepercayaan, tetapi menumbuhkan kesadaran dan pengertian.

Hari demi hari, desa demi desa, jejak Pangeran Cakrabuana semakin dikenal. Kisah tentang pemuda bijaksana yang berjalan tanpa senjata, menyebarkan cahaya melalui seni dan kata-kata yang lembut, tersebar hingga pedalaman hutan dan perkampungan terpencil. Orang-orang mulai menyebutnya bukan sekadar cucu Prabu Siliwangi, tetapi “Pemuda Cahaya” yang menghadirkan kedamaian dan berkah bagi setiap hati yang tulus.

Dan akhirnya, kabar tentang keberadaannya sampai ke pedukuhan Cempaka Mulia, sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan Sinang yang lebat dan misterius. Warga pedukuhan, yang sejak lama menjaga tradisi Kesanghyangan dan memuja roh leluhur, mulai bersiap menyambut sosok yang konon mampu menenangkan hati manusia dan alam sekitarnya. Mereka belum tahu bahwa kedatangan Pangeran Cakrabuana akan mengubah hidup mereka selamanya, membuka jalan bagi cahaya baru yang mengharmoniskan tradisi lama dan ajaran yang dibawa dari luar.

Dan begitulah, langkah demi langkah, Pangeran Cakrabuana menorehkan jejaknya di bumi Jawa Barat—jejak yang bukan sekadar menginjak tanah, tetapi menancapkan pelajaran, cahaya, dan keberkahan bagi setiap insan yang menatapnya dengan hati terbuka.

Konten Creator

Akang Marta

Indramayutradisi.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel