ASAL-USUL RAWA BOLANG DAN MISTERI TUNGGAK JATI BAGIAN 10.
ASAL-USUL RAWA BOLANG DAN MISTERI TUNGGAK JATI BAGIAN 10.
Perspektif Modern Kisah Tunggak Jati: Dongeng
atau Kearifan Lokal
Bagi
sebagian orang luar, kisah tentang Tunggak Jati di Rawa Bolang
mungkin terdengar seperti dongeng atau cerita rakyat yang dilebih-lebihkan.
Kisah tentang pohon jati yang diyakini memiliki kekuatan supranatural, burung
yang jatuh, ternak yang hilang, hingga orang yang jatuh sakit setelah melanggar
larangan, sering dianggap sebagai mitos tanpa dasar. Namun, jika ditelusuri
lebih dalam, cerita-cerita ini menyimpan makna yang jauh lebih kompleks dan
mendalam. Mereka adalah bentuk kearifan lokal yang lahir dari
interaksi manusia dengan alam, sekaligus cara masyarakat menanamkan nilai-nilai
penghormatan terhadap lingkungan.
Mitos
yang berkembang tidak muncul tanpa alasan. Kisah burung yang jatuh ketika
terbang di atas Tunggak Jati, misalnya, bisa saja memiliki penjelasan alami.
Kabut tebal dan kelembapan tinggi yang kerap menyelimuti rawa dapat membuat
burung kehilangan arah atau tenaga, sehingga jatuh ke tanah atau permukaan air.
Dengan demikian, legenda burung yang jatuh diubah menjadi simbol peringatan
agar orang tidak sembarangan mendekati tunggak atau melintas di sekitar rawa.
Demikian
pula dengan hewan ternak yang hilang. Hewan seperti kerbau atau kambing sering
dijaga ketat, tetapi ada kalanya mereka memasuki rawa yang berlumpur dalam dan
tenggelam. Kejadian seperti ini kemudian ditafsirkan secara mistis: hewan
hilang karena “ditelan” kekuatan gaib Tunggak Jati. Cerita ini berfungsi
sebagai pengingat agar penduduk selalu berhati-hati dalam merawat ternak dan
tidak membiarkan mereka berkeliaran di area berbahaya.
Begitu
pula peringatan tentang orang yang jatuh sakit setelah melanggar aturan di
sekitar tunggak. Penyakit yang muncul bisa berasal dari kondisi lingkungan,
seperti gigitan serangga, air yang lembap, atau paparan mikroba. Namun,
masyarakat menafsirkan hal ini dalam bingkai mistis, sehingga muncul kisah
orang yang tertimpa akibat melanggar larangan. Dengan cara ini, cerita rakyat
menjadi sarana pendidikan sosial: menanamkan disiplin, rasa hormat, dan
kesadaran akan batasan alam bagi setiap individu.
Kearifan
lokal ini juga terlihat dalam praktik ritual dan tata cara yang berkembang.
Misalnya, saat mengambil ikan dari Rawa Bolang, penduduk akan membaca doa atau
melakukan ritual kecil sebagai bentuk penghormatan kepada roh penjaga rawa.
Tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan kesadaran ekologis
yang dibalut dengan simbol dan cerita rakyat. Dengan begitu, masyarakat belajar
menjaga sumber daya alam sekaligus menghormati nilai-nilai budaya yang telah
diwariskan.
Selain
itu, mitos Tunggak Jati membentuk identitas komunitas. Cerita-cerita yang
diwariskan turun-temurun membuat masyarakat merasa terhubung dengan alam di
sekitar mereka, sekaligus menjaga tradisi yang membedakan mereka dari komunitas
lain. Bahkan ketika dijelaskan dengan logika modern, simbolisme mitos tetap
relevan: ia mengajarkan tentang kehati-hatian, kesadaran ekologis, dan
penghormatan terhadap hal-hal yang lebih besar dari manusia.
Dengan
demikian, meskipun bagi orang luar kisah Tunggak Jati terlihat seperti dongeng,
sebenarnya ia adalah mekanisme budaya yang mengajarkan nilai-nilai
penting. Ia mengingatkan manusia bahwa alam bukan semata tempat
tinggal atau sumber daya, tetapi juga ruang yang harus dihormati, dijaga, dan
diperlakukan dengan bijaksana. Dalam bingkai ini, mitos Tunggak Jati bukan
sekadar cerita rakyat, melainkan cermin kearifan lokal yang hidup dan relevan
hingga kini.
Konten Creataor
Akang Marta
Indramayutradisi.com