Bagian 1: Jejak Teror di Pabrik Tua: Kisah Afrizal dan Nenek Bergaun Putih
Jejak Teror di Pabrik Tua: Kisah Afrizal dan Nenek Bergaun Putih
Afrizal, seorang pemuda berusia 30 tahun, menatap kosong ke luar jendela
kafe RJ5. Matanya yang kosong seolah menembus dinding, kembali ke masa lalu
yang kelam, saat teror seorang nenek bergaun putih mencengkeram hidupnya di
sebuah pabrik tua. Kisahnya, yang ia bagikan di hadapan Fajar, sang pembawa
acara RJ5, adalah sebuah pengingat pahit tentang bahaya mencari nafkah tanpa
perhitungan.
"Terus-terusan diteror sama sosok nenek-nenek pas di pabrik itu,
Mas?" tanya Fajar, nada suaranya penuh empati.
Afrizal mengangguk perlahan. "Betul, Mas. Saya dari dua hari kerja
itu, si nenek itu neror saya sampai saya kehilangan tangan saya."
Fajar mengerutkan kening. "Sosoknya seperti apa, Mas?"
"Pakaiannya putih, Mas. Bajunya itu banyak darahnya di sini,"
Afrizal menunjuk dadanya, "raut mukanya putih tapi keriput, rambutnya juga
putih, panjang sepaha. Yang paling menakutkan, kukunya itu panjang banget. Saya
sampai merinding." Ia mengusap lengannya, bulu kuduknya masih berdiri
mengingat detail mengerikan itu.
"Pada saat kehilangan tangan itu, si nenek ini mempengaruhi apa,
Mas?" Fajar melanjutkan.
"Saya dapat bisikan, Mas. Suaranya itu memang jelas banget seperti
nenek-nenek. Karena saya waktu itu keadaan capek banget, masuklah bisikan itu
si nenek-nenek itu di kuping kiri saya. Dia terus ngebisikin ke saya, 'Masukin tangan kamu, masukin tangan kamu.' Kayak gitu. Dan
akhirnya, ya saya terhasut sama dia, Mas."
Nafas Afrizal tercekat. "Itu mesin giling, Mas. Dan setelah
kejadian itu, neneknya juga masih sering muncul. Saya udah enggak kerja di
situ, istilahnya dirumahin dulu selama pemulihan. Akhirnya saya masuk lagi,
Mas, dan dari situ banyak yang ngelihat kejadian, katanya ngelihat nenek-nenek
gitu."
Afrizal mengakhiri sesi wawancara dengan pesan yang mendalam. "Saya
pengin berbagi pengalaman aja sama teman-teman, maksudnya itu mengedukasi gitu
bahwa cari kerja itu jangan selalu buru-burulah gitu, takutnya ya kita kan
enggak tahu ya gitu hari apes enggak ada di kalender gitu kan, Mas ya.
Mudah-mudahanlah teman-teman di rumah enggak seperti saya gitu kan."