Kejawen dan Islam: Memahami Perbedaan dan Merajut Harmoni di Indramayu
Kejawen dan Islam: Perbedaan dan Titik Temu
Pertanyaan yang sering muncul
adalah: apakah Kejawen mirip dengan Islam, ataukah ia memiliki ajaran yang
sangat berbeda? Pada dasarnya, Kejawen dan Islam adalah dua sistem kepercayaan
yang sangat berbeda
dalam banyak aspek fundamentalnya.
Kejawen dan Islam adalah dua
sistem kepercayaan dengan perbedaan fundamental dalam banyak aspek.
1.
Konsep Ketuhanan
Islam menekankan tauhid mutlak, keyakinan pada satu Tuhan Maha Esa
(Allah SWT) yang transenden. Kejawen, meskipun memiliki konsep "Sang Hyang
Tunggal" atau "Gusti Kang Murbeng Dumadi", lebih fokus pada manunggaling kawula Gusti—penyatuan
hamba dengan Tuhan, serta pencarian keselarasan spiritual dengan kekuatan Ilahi
yang imanen di alam semesta. Kejawen juga mengakui entitas spiritual lain
seperti roh leluhur dan makhluk halus sebagai perantara.
2.
Kitab Suci dan
Nabi
Islam berpegang pada Al-Qur'an sebagai kitab suci dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan
terakhir. Sebaliknya, Kejawen tidak memiliki kitab suci tunggal atau nabi.
Ajarannya diturunkan melalui tradisi
lisan, petuah leluhur, dan pengalaman spiritual individu.
3.
Ritual Formal
Islam memiliki ritual formal yang jelas dan wajib seperti salat lima
waktu, puasa, zakat, dan haji. Ritual Kejawen lebih batiniah, individual, dan fleksibel,
sering berupa tirakat (prihatin), puasa mutih, meditasi, dan upacara adat
seperti selamatan atau ruwatan. Konsep peribadatan Kejawen lebih menekankan
pada laku batin, keselarasan hidup,
dan penghayatan nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan,
bukan ritual terstruktur.
4.
Hukum dan Syariat
Islam memiliki hukum syariat yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Kejawen, di sisi lain, lebih berfokus pada etika dan moralitas universal yang terintegrasi dengan
budaya, tanpa sistem hukum formal yang ketat. Prinsip seperti kejujuran,
kerendahan hati, gotong royong, dan kesederhanaan adalah inti moralitas
Kejawen.
Titik Temu dan Akulturasi
Meskipun berbeda, akulturasi intens
antara Kejawen dan Islam telah terjadi selama berabad-abad dalam
konteks masyarakat Jawa, melahirkan apa yang dikenal sebagai Islam
Nusantara atau Islam Kejawen. Banyak praktik dan kepercayaan Kejawen diadaptasi
atau diislamisasi, seperti penggunaan doa Islam dalam selamatan, atau
interpretasi spiritual Islam yang selaras dengan pandangan kosmik Kejawen. Ini
menunjukkan kemampuan Kejawen untuk beradaptasi dan berdialog
dengan kepercayaan lain tanpa kehilangan identitas intinya.
Merajut Masa Depan Indramayu: Sinergi Kearifan
Lokal dan Nilai Universal
Masyarakat Indramayu memiliki peluang emas untuk membangun masa
depan yang cerah dengan mengintegrasikan kearifan Kejawen dan nilai-nilai Islam.
Keduanya, meski berbeda dalam ritual dan konsep fundamental, memiliki titik
temu krusial dalam etika universal yang dapat menjadi pondasi kuat.
Penting bagi kita untuk senantiasa mendorong toleransi dan
pemahaman antar keyakinan. Dengan mengakui dan menghargai keberagaman spiritual
yang telah lama berakar di tanah Jawa, kita bisa fokus pada kesamaan.
Nilai-nilai seperti kejujuran, gotong royong, dan keselarasan hidup—yang
inheren dalam Kejawen dan juga sangat ditekankan dalam Islam—harus terus
dilestarikan dan diamalkan.
Harmoni ini tidak hanya akan memperkuat identitas budaya
Indramayu, tetapi juga mendorong pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan
alam. Memahami bahwa alam adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan kita,
sebagaimana diajarkan oleh kedua tradisi, akan memandu kita menuju praktik yang
lebih bertanggung jawab. Pada akhirnya, sinergi ini akan melahirkan masyarakat
Indramayu yang berbudaya, religius, dan berkarakter kuat, tanpa sedikit pun
mengorbankan akar spiritualnya. Inilah jalan menuju kemajuan yang holistik dan
berkelanjutan.